//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Apa penjelasan tentang makna yang terkandung dalam dhamma cakka sutta  (Read 11919 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline intan mutiara sari

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 41
  • Reputasi: 3
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Hello teman teman tolong ya apa penjelasan tentang makan yang terkandung dalam dhamma cakka sutta????makasih banyak atas informasinya,semoga di balas Tuhan,amien......... ^:)^   :)

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Tuhan? Amien?..

=_="

ewwwww....:vomit:

Offline intan mutiara sari

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 41
  • Reputasi: 3
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Makna Dhamma Cakka Sutta
« Reply #2 on: 14 April 2010, 04:05:11 PM »
Sorry ya teman teman intan tanya lagi ini, berikan penjelasan dari makna yang terkandung dalam dhamma cakka sutta.Terima kasih atas segal informasinya tentang hal hal yang telah intan tanyakan.

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Makna Dhamma Cakka Sutta
« Reply #3 on: 14 April 2010, 04:07:22 PM »
sutta itu tentang 4 Kebenaran Ariya.

btw kok bahasanya kaya pertanyaan sebuah soal?

4 Kebenaran Ariya: ShowHide

"Idam kho pana, bhikkhave, dukkham ariyasaccam: jātipi dukkhā, jarāpi dukkhā, byādhipi dukkho, maranampi dukkham, appiyehi sampayogo dukkho, piyehi vippayogo dukkho, yampiccham na labhati tampi dukkham: samkhittena pañcupādānakkhandhā dukkhā."

"Idam kho pana, bhikkhave, dukkhasamudayam ariyasaccam: yāyam tanhā ponobbhavikā, nandirāgasahagatā tatratatrābhinandinī, seyyathidam: kāmatanhā, bhavatanhā, vibhavatanhā."

"Idam kho pana, bhikkhave, dukkhanirodham ariyasaccam: yo tassāyeva tanhāya asesavirāganirodho cāgo patinissaggo mutti anālayo."

"Idam kho pana, bhikkhave, dukkhanirodhagāminī patipadā ariyasaccam: ayameva ariyo atthangiko maggo, seyyathidam: sammāditthi sammāsankappo sammāvācā sammākammanto sammā-ājīvo sammāvāyāmo sammāsati sammāsamādhi."
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline intan mutiara sari

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 41
  • Reputasi: 3
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Makna Dhamma Cakka Sutta
« Reply #4 on: 14 April 2010, 04:16:35 PM »
Makasih ya,emang ini soal pr intan,he..he..maklum intan mah masih tergolong awam tentang sutta sutta. ;D    ;D

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Makna Dhamma Cakka Sutta
« Reply #5 on: 14 April 2010, 04:35:14 PM »
oooh... ini saya bantu copas

Quote
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa


Āsāḷha dalam bahasa Pāḷi atau Āsādha dalam bahasa Sansekerta adalah nama bulan yang bersamaan dengan bulan Juli. Bulan purnama dalam bulan Āsādha adalah hari yang penting dalam sejarah kehidupan Buddha Gotama.

Pada hari Āsādha ini lebih dari 2500 tahun yang lalu, Buddha mengajarkan hasil penemuan Beliau, yaitu Empat Kebenaran Mulia, kepada lima orang petapa yang bernama Koṇḍañña, Vappa, Bhaddiya, Mahānāma, dan Assaji. Pengajaran tersebut yang diberi nama Dhammacakkappavattana Sutta, Khotbah tentang Pemutaran Roda Dhamma, yang menyebabkan lima petapa mencapai tingkat kesucian Sotapanna; Koṇḍañña yang pertama kali mencapai kesucian disusul dengan yang lainnya. Mereka semuanya mohon ditahbiskan menjadi bhikkhu. Setelah mendengar khotbah kedua, yaitu Anattalakkhana Sutta atau Khotbah tentang Tanpa Jiwa, lima bhikkhu tersebut mencapai tingkat kesucian Arahat.

Peristiwa penting lain pada hari Āsādha yaitu terbentuknya Ariya Saṅgha yang terdiri dari enam orang suci, yaitu Buddha dan lima bhikkhu. Sejak saat itu lengkaplah sudah Tiratana atau Tiga Permata yang terdiri dari Buddharatana, Dhammaratana, dan Saṅgharatana. Demikian pula Tisaraṇa atau Tiga Perlindungan sudah lengkap, yaitu Perlindungan kepada Buddha, Dhamma, dan Saṅgha.

Khotbah dimulai dengan penjelasan tentang dua cara ekstrim yang harus dihindari oleh petapa, yaitu:

1) mengumbar nafsu indriya (kāmasukhallikānuyoga), dan

2) menyiksa diri (attakilamathānuyoga)

Jalan Tengah yang terhindar dari kedua jalan ekstrim itu, yang telah sempurna diselami oleh Sang Tathāgata, membuka mata batin, menimbulkan pengetahuan, membawa ketenangan, pengetahuan batin luar biasa, kesadaran agung, dan pencapaian Nibbāna. Jalan Tengah yang dimaksud adalah Jalan Mulia berunsur Delapan (Ariya Aṭṭhaṅgika Magga), yang terdiri dari:

1. Pandangan Benar (sammā diṭṭhi)

2. Pikiran Benar (sammā saṅkappa)

3. Ucapan Benar (sammā vācā)

4. Perbuatan Benar (sammā kammanta)

5. Penghidupan Benar (sammā ājῑva)

6. Usaha Benar (sammā vāyāma)

7. Perhatian Benar (sammā sati)

8. Konsentrasi Benar (sammā samādhi)

Kemudian Buddha menjelaskan hasil penemuan Beliau, yaitu Empat Kebenaran Mulia, yakni:

I. Kebenaran Mulia tentang Dukkha

Kelahiran, usia tua, kematian, ratap tangis, penderitaan jasmani, kepedihan hati, kekecewaan, berkumpul dengan yang tidak disenangi, berpisah dengan yang disenangi, tidak mendapat apa yang diinginkan adalah dukkha.

II. Kebenaran Mulia tentang Asal Mula Dukkha

Kesenangan (taṇha), inilah yang membuat kelahiran kembali, yang disertai dengan hawa nafsu dan kegemaran, yang menggemari objek di sana sini, yakni: kāmataṇhā (kesenangan terhadap nafsu inderawi), bhavataṇhā (kesenangan terhadap kemenjadian), dan vibhavataṇhā (kesenangan terhadap ketidakmenjadian).

III. Kebenaran Mulia tentang Musnahnya Dukkha

Musnahnya kesenangan tersebut tanpa sisa karena lenyapnya nafsu, terlepasnya kesenangan, tertolaknya kesenangan, terbebas dari kesenangan, tak terikat oleh kesenangan.

IV. Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju Musnahnya Dukkha

Jalan menuju musnahnya dukkha adalah Jalan Mulia berunsur Delapan, yaitu Pandangan Benar, Pikiran Benar, Ucapan Benar, Perbuatan Benar, Penghidupan Benar, Usaha Benar, Perhatian Benar, dan Konsentrasi Benar.

Empat Kebenaran Mulia ini dijelaskan oleh Sang Tathāgata dalam Tiga Tahap dan Dua Belas Ciri Pandangan. Tiga tahap itu adalah:

1) pengetahuan tentang Empat Kebenaran Mulia (sacca ñāṇa),

2) pengetahuan tentang apa yang harus dilakukan tentang Empat Kebenaran Mulia (kicca ñāṇa), dan

3) pengetahuan mengenai apa yang telah dilakukan dengan Empat Kebenaran Mulia itu (kata ñāṇa).

Dari Tiga Tahap Pengetahuan, maka Empat Kebenaran Mulia dijelaskan dalam Dua Belas Ciri, yaitu:

I. Kebenaran Mulia tentang Dukkha

1. Ini adalah Kebenaran Mulia tentang Dukkha

2. Kebenaran Mulia tentang Dukkha patut dipahami (pariññeyya)

3. Kebenaran Mulia tentang Dukkha telah dipahami (pariññāta)

II. Kebenaran Mulia tentang Asal Mula Dukkha

4. Ini adalah Kebenaran Mulia tentang Asal Mula Dukkha

5. Kebenaran Mulia tentang Asal Mula Dukkha patut dihindari (pahātabba)

6. Kebenaran Mulia tentang Asal Mula Dukkha telah dihindari (pahῑna)

III. Kebenaran Mulia tentang Musnahnya Dukkha

7. Ini adalah Kebenaran Mulia tentang Musnahnya Dukkha

8. Kebenaran Mulia tentang Musnahnya Dukkha patut dicapai (sacchikātabba)

9. Kebenaran Mulia tentang Musnahnya Dukkha telah dicapai (sacchikāta)

IV. Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju Musnahnya Dukkha

10. Ini adalah Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju Musnahnya Dukkha

11. Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju Musnahnya Dukkha patut dikembangkan (bhāvetabba)

12. Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju Musnahnya Dukkha telah dikembangkan (bhāvita)

Ketika pemahaman terhadap pengetahuan sebagaimana yang sebenarnya (yathābūtha ñāṇadassana) tentang Empat Kebenaran Mulia, yang terdiri dari tiga tahap dan dua belas ciri yang ada pada Sang Tathāgata telah sempurna, maka pada saat itu Sang Tathāgata menyatakan diri sebagai orang yang mencapai Penerangan Sempurna, nan tiada bandingnya di dunia, di alam dewa, alam mara, dan alam brahma, bersama dengan himpunan para samaṇa, brāhmaṇa, dewa, dan manusianya. Timbullah dalam diri Sang Tathāgata pengetahuan dan pengertian, ”Tak tergoncangkan kebebasan batinKu. Ini adalah kelahiranKu yang terakhir. Kini tidak ada tumimbal lahir lagi.”

Setelah mendengar sabda Sang Bhagavā, para bhikkhu Pañcavaggiya merasa puas dan bersuka cita atas sabda Sang Bhagavā.

Ketika Roda Dhamma (Dhammacakka) diputar oleh Sang Bhagava, di Taman Rusa Isipatana, dekat kota Bārāṇasῑ, yang tak dapat dihentikan oleh para samana, brahmana, dewa, mara, brahma, atau siapapun juga di dunia, seketika itu juga kabar gembira ini tersebar ke alam Dewa Cātummahārājika, Tāvatiṁsa, Yāma, Tusita, Nimmānarati, Paranimittavasavatti, hingga para dewa yang bersemayam di alam brahma.

Demikian pada saat itu juga, suara berkumandang hingga menembus ke alam brahma. Serentak sepuluh ribu tingkat alam berguncang, bergetar, bergoyah, dan sinar gilang-gemilang yang tiada taranya muncul di dunia melebihi kemampuan cahaya kedewaan.

Sumber:

Book of the Kindred Sayings

(Saṁyutta Nikāya) jilid 5 halaman 356

(12 Juli 2009)
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Makna Dhamma Cakka Sutta
« Reply #6 on: 14 April 2010, 04:40:37 PM »
Intan, tadi kan sudah posting di diskusi umum, kok posting di sini lagi? ;D Gak apa sih, cuma ntar km bingung sendiri carinya :)

Intan, bisa lihat di sini juga. Ini tentang "45 tahun Sang Buddha", didalamnya ada tentang Kotbah Pertama Sang Buddha. Btw, jangan copy-paste ya, belajar yang bener. Ahahahaa... ;D

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,15156.0/all.html
« Last Edit: 14 April 2010, 04:42:12 PM by Mayvise »

Offline intan mutiara sari

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 41
  • Reputasi: 3
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Makna Dhamma Cakka Sutta
« Reply #7 on: 14 April 2010, 09:36:02 PM »
Waduh intan senang banget loh teman teman telah bantu pr intan.maaf ya kalau intan telah merepotkan kalian semua.salam metta......semoga sumua makhluk berbahagia!! sadhu..sadhu..sadhu..

Offline El Sol

  • Sebelumnya: El Sol
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.752
  • Reputasi: 6
  • Gender: Male
Re: Makna Dhamma Cakka Sutta
« Reply #8 on: 14 April 2010, 11:47:40 PM »
eniwei, kayakne dia gk bakal bisa ngerti sutta ini...

:D

kakakkaakaka

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Makna Dhamma Cakka Sutta
« Reply #9 on: 15 April 2010, 05:56:03 AM »
buku biru Paritta Suci terbitan Sangha Theravada Indonesia (STI) ada tuh lengkap + terjemahannya.
 _/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Apa penjelasan tentang makna yang terkandung dalam dhamma cakka sutta
« Reply #10 on: 15 April 2010, 11:36:40 AM »
Ini saya copy-kan..

Khotbah Pertama: Roda Dhamma

Khotbah ini, atau Roda Dhamma seperti umunya disebut, - sesuai nama dalam Pali, dapat dianggap sebagai jawaban atas pertanyaan pencarian, Apakah yang membuat Sang Buddha puas akan PencerahanNya, Seperti apakah, dan dengan cara apakah Sang Buddha telah mempraktikkan sehingga Beliau terberkahi dengan pencapaian demikian. Oleh karena itu Sutta (khotbah) mengenai pembabaran ini adalah sangat penting dan layak dipelajari dengan mendalam dan terperinci.

Pada bagian pertama Sang Buddha menunjukkan cara-cara praktik yang harus dihindari oleh para bhikkhu atau mereka yang meninggalkan keduniawian, yang bercita-cita untuk mencapai kebosanan yang mengecewakan, lenyapnya kenikmatan dan kemelekatan yaitu Penerangan Sempurna atau Nibbàna. Ini adalah kedua ekstrim pemuasan indria dan penyiksaan-diri, keduanya harus dihindari oleh mereka yang bercita-cita untuk mencapai tujuan yang disebutkan di atas. PenemuanNya, demikianlah Beliau mengatakan kepada Kelima Petapa, adalah antara kedua ekstrim ini, dengan tidak mendekati salah satunya. Ini adalah praktik yang mendukung ‘Mata’ (kebijaksanaan). Pandangan terang, Kedamaian, Pengetahuan Tertinggi, Penerangan Sempurna, NIbbàna (padamnya kekotoran). Ini adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan, yang terdiri dari Pandangan Benar, Kehendak Benar, Ucapan Benar, Perbuatan Benar, Penghidupan Benar, Usaha Benar, Perhatian Benar dan Meditasi Benar.

Pada bagian ke dua Beliau mengajarkan Dhamma kepada Kelima Petapa yang dengannya Beliau menjadi tercerahkan. Ini adalah akibat dari menghindari kedua ekstrim dan menapak apa yang disebut Jalan Tengah. Dhamma itu disebut Empat Kebenaran Mulia. Ini menyiratkan Kebenaran-kebenaran dari orang-orang mulia atau kebenaran-kebenaran yang memuliakan seseorang. Empat Kebenaran itu adalah:

Kebenaran Mulia Pertama tentang Dukkha, biasanya diterjemahkan sebagai Penderitaan. Sewaktu menjelaskan manifestasinya, Sang Buddha menunjukkan fenomena kelahiran, usia tua, kematian, kesedihan, ratapan, penyakit, dukacita, keputus-asaan, berkumpul dengan yang tidak menyenangkan, berpisah dengan yang menyenangkan atau yang dicintai dan akhirnya, sebagai suatu sintesa, tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Rangkumannya, Kelima kelompok usnur kehidupan yang dilekati adalah (tempat bagi) penderitaan.

Kebenaran Mulia Ke dua tentang Dukkhasamudaya, Sebab Penderitaan. Sutta menunjuk pada Tanha atau keinginan sebagai penyebabnya. Ia menarik seseorang pada penjelmaan kembali atau kelahiran kembali, yang disertai dengan Nandi atau kenikmatan dan dengan keserakahan atau nafsu. Keinginan ini ada tiga jenis, yaitu, Keinginan untuk memiliki obyek-obyek kenikmatan indria, Keinginan untuk menjadi atau menjelma kembali dan Keinginan (pada aspek negative) untuk tidak menelma kembali (sebagai lawan dari jenis ke dua).

Kebenaran Mulia Ke tiga tentang Dukkhanirodha, Padamnya penderitaan. Menurut Sutta, hal ini dimungkinkan dengan cara memuntahkan keinginan dengan tanpa meninggalkan bekas, berpisah dengan, melepaskan dan kebebasan dari Keinginan, tanpa kemelekatan yang tertinggal.

Kebenaran Mulia ke empat tentang Dukkhanirodhagaminipatipada atau, singkatnya, Sang Jalan. Ini adalah apa yang disebut dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan seperti yang telah disebutkan sebelumnya dan telah dijelaskan.

Pada bagian ke tiga, Sang Buddha menjelaskan seperti apakah yang disebut Penerangan Sempurna,. Ini menyiratkan munculnya pengetahuan secara spontan, atau berdasarkan intuisi, terhadap tiga putaran atau tahapan dari masing-masing dari Empat Kebenaran Mulia. Demikianlah Kebijaksanaan spontan atau Kebijaksanaan intuitif mengetahui bahwa

1.   (Sehubungan dengan Kebenaran Pertama) ini adalah penderitaan, maka penderitaan ini harus diketahui, dan ini telah diketahui sekarang;
2.   (Sehubungan dengan Kebenaran Ke dua) ini adalah sebab penderitaan, maka penyebab ini harus dilenyapkan, dan ini telah dilenyapkan sekarang.
3.   (Sehubungan dengan Kebenaran Ke tiga) ini adalah padanya penderitaan, maka padamnya ini harus dicapai, dan ini telah dicapai sekarang.
4.   (Sehubungan dengan Kebenaran Ke empat) ini adalah jalan menuju padamnya penderitaan, maka jalan ini harus dikembangkan, dan ini telah dikembangkan sempurna sekarang, yaitu, dalam segala hal.

Ada istilah lain yang merujuk pada pengetahuan demikian, yang bersinonim dengan Pencerahan. Yaitu yang disebut nana atau Pandangan Terang dan melibatkan tiga putaran atau tingkat kehalusan atau kemendalaman yang disebut:

a)   Saccanana: Pandangan Terang ke dalam sifat Kebenaran-kebenaran itu sendiri. Ini menyiratkan pengetahuan bagaimana ini adalah penderitaan, ini adalah Penyebabnya, ini adalah Padamnya dan ini adalah Jalan menuju ke sana.
b)   Kiccanana: Pandangan Terang ke dalam apa yang harus dilakukan pada masing-masingnya. Demikianlah penderitaan ini harus dikenali atau diketahui; Penyebabnya harus dilenyapkan atau dihilangkan; Padamnya harus dicapai; dan Sang Jalan menuju ke sana harus dikembangkan aatu disempurnakan.
c)   Katanana: Pandangan Terang ke dalam apa yang telah dilakukan sehubungan dengan masing-masing dari Empat Kebenaran. Menyiratkan pengetahuan bahwa segala penderitaan telah dikenali atau diketahui, tidak ada yang tersisa dari jenis ini. Sehubungan dengan Kebenaran ke dua, menyiratkan pengetahuan bahwa segala penyebab penderitaan telah dilenyapkan selamanya, tidak ada lagi yang tersisa untuk dilenyapkan lebih jauh lagi. Pada Kebenaran ke tiga, ini merujuk pada pengetahuan bahwa segala lenyapnya penderitaan telah dicapai, tidak ada lagi yang tersisa untuk dicapai lebih jauh lagi. Dan sehubungan dengan kebenaran ke empat, ini menunjukkan Pengetahuan bahwa segala Jalan (yaitu, praktik) yang menuju pada Padamnya telah diikuti, tidak ada lagi yang tersisa untuk dikembangkan lebih jauh lagi.

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Apa penjelasan tentang makna yang terkandung dalam dhamma cakka sutta
« Reply #11 on: 28 April 2010, 11:58:55 PM »
Sebagian besar (bahkan mungkin semua) dari kita tentu mengetahui Kotbah Pertama yang disampaikan Buddha, yaitu Dhammacakka-ppavattana Sutta. Tapi masih ingatkah kita sutta kedua?

For ENGLISH please visit DISCOURSES OF THE BUDDHA and kindly scroll down until SECOND SUTTA


Pada saat bulan purnama di bulan Asadha, setelah Buddha membabarkan kotbahnya yang pertama, salah seorang dari lima petapa bekas muridNya yaitu Kondanna, mencapai tahap Sotapanna-phala. Dengan gembira Buddha mengatakan, "Annasi vata bho Kondanna! Annasi vata bho Kondanna!" (Kondanna sungguh telah melihat, Kondanna sungguh telah melihat). Sejak saat itu Kondanna terkenal sebagai Anna Kondanna.

Bagaimana dengan empat bekas muridNya yang lain?
Vappa mencapai Sotapanna-phala keesokan harinya. Bhaddiya pada hari berikutnya (hari kedua setelah bulan purnama). Mahanama pada hari ketiga setelah purnama, dan Assaji pada hari keempat.
Mereka semua mencapai tataran Sotapanna-phala.

Pada hari ke lima setelah bulan purnama Asadha, barulah Buddha menyampaikan kotbah tentang anatta. Kotbah tersebut diberi nama Anattalakkhana-Sutta. Setelah mendengarkan kotbah ini, barulah ke lima bhikkhu itu mencapai tataran Arahat.

Jadi kotbah ke dua ini sebenarnya amat penting.

Singkatan dari khotbah ini adalah sebagai berikut: (sumber http://www.samaggi-phala.or.id)

Rupa (badan jasmani), Vedana (perasaan), Sañña (pencerapan), Sankhara (pikiran) dan Viññana (kesadaran) adalah Lima Khandha (lima kelompok kegemaran) yang semuanya tidak memiliki Atta (roh).
Kalau sekiranya Khandha itu memiliki Atta (roh), maka ia dapat berubah sekehendak hatinya dan tidak akan menderita karena semua kehendak dan keinginannya dapat dipenuhi, misalnya 'Semoga Khandha-ku begini dan bukan begitu.'
Tetapi karena Khandha itu Anatta (tanpa roh), maka ia tidak dapat berubah sekehendak hatinya dan karena itu menderita sebab semua kehendak dan keinginannya tidak dapat dipenuhi, misalnya 'Semoga Khandha-ku begini dan bukan begitu.'

Setelah mengajar kelima orang bhikkhu itu untuk menganalisa badan jasmani dan batin sebagai lima khandha, Sang Buddha lalu menanyakan pendapat mereka mengenai hal yang di bawah ini:

"Oh, Bhikkhu, bagaimana pendapatmu, apakah Khandha itu kekal atau tidak kekal?"
"Mereka tidak kekal, Bhante."
"Di dalam sesuatu yang tidak kekal, apakah terdapat kebahagiaan atau penderitaan?"
"Di sana terdapat penderitaan, Bhante."
"Mengenai sesuatu yang tidak kekal dan penderitaan, ditakdirkan untuk musnah, apakah tepat kalau dikatakan bahwa itu adalah 'milikku', 'aku' dan 'diriku'?"
"Tidak tepat, Bhante."

Selanjutnya Sang Buddha mengajar untuk jangan melekat kepada lima khandha tersebut dengan melakukan perenungan sebagai berikut:
Karena kenyataannya memang demikian, maka lima khandha yang lampau atau yang ada sekarang ini, kasar atau halus, menyenangkan atau tidak menyenangkan, jauh atau dekat, harus diketahui sebagai Khandha (Kelompok Kchidupan/Kegemaran) semata-mata.
Selanjutnya engkau harus melakukan perenungan dengan memakai Kebijaksanaan bahwa semua itu bukanlah milikmu atau kamu ataudirimu.


Siswa Yang Ariya yang mendengar uraian ini, akan melihatnya dengan jelas dari segi itu, dan akan merasa jemu terhadap lima khandha tersebut. Setelah merasa jemu, ia akan melepaskan nafsu-nafsu keinginan. Setelah melepaskan nafsu-nafsu keinginan batinnya, ia tidak melekat lagi kepada sesuatu.
Karena tidak melekat lagi kepada sesuatu maka akan timbul Pandangan Terang, sehingga ia mengetahui bahwa ia sudah terbebas. Siswa Yang Ariya itu tahu bahwa ia sekarang sudah terbebas dari tumimbal lahir, kehidupan suci telah dilaksanakan dan selesailah tugas yang harus dikerjakan dan tidak ada sesuatu pun yang masih harus dikerjakan untuk memperoleh Penerangan Agung.
Sewaktu kelima bhikkhu tersebut merenungkan khotbah Sang Buddha, mereka semua dapat membersihkan diri mereka dari segala kekotoran batin (asava) dan terbebas seluruhnya dari kemelekatan (upadana) dan mencapai tingkat kesucian yang tertinggi, yaitu Arahat.
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Apa penjelasan tentang makna yang terkandung dalam dhamma cakka sutta
« Reply #12 on: 28 April 2010, 11:59:30 PM »
Setelah mencapai Pencerahan Sempurna di kaki Pohon Bodhi, selama tujuh minggu Bhagava tetap berada di sekitar pohon tersebut.

Pada hari ke lima puluh, Buddha bangkit dari duduknya di dekat Pohon Rajayatana (minggu ke 7), dan kembali duduk di dekat Pohon Ajapala (minggu ke 5). Saat itu, muncullah perasaan kasih sayang yang luar biasa (Maha Karuna) bagi semua mahluk dan Buddha berpikir :
"Bagaimanakah cara yang baik untuk menjelaskan Dhamma yang agung ini supaya para mahluk yang menderita akan sanggup menerimanya?"

Our English readers please refer to ACAYANA SUTTA - Sutta Nipata 6:1

Muncullah Brahma Sahampati, diiringi para dewata, menghadap Buddha. Setelah memberi hormat, Brahma Sahampati memohon Buddha untuk membabarkan Dharma.
Dengan demikian lengkaplah dua unsur, yaitu secara intern ada kasih sayang Buddha dan secara extern ada permohonan Brahma Sahampati.

Saat itu memang para mahluk menganggap Brahma Sahampati adalah pribadi yang tertinggi dan paling berkuasa. Dengan melihat kenyataan bahwa bahkan Brahma Sahampati pun berlutut menghormat Buddha, para dewa, naga, yakkha dan para mahluk akan sekalian turut mengikuti teladan tersebut. Hal itu membuat mereka akan lebih siap menerima Dhamma.



BRAHMA CA LOKADHIPATI SAHAMPATI
KATANJALI ANDIUVARAM AYACATHA
SANTIDHA SATTAPPARAJAKKHAJATIKA
DESETU DHAMMAM ANUKAMPIMAM PAJAM>/li>


Brahma Sahampati, penguasa dunia
Merangkap kedua tangannya (beranjali) dan memohon:
Ada makhluk-makhluk yang memiliki sedikit debu di mata mereka.
Ajarkanlah Dhamma demi kasih sayang kepada mereka.



Menyanggupi permohonan Brahma Sahampati, mulailah Buddha memilah-milah mahluk yang layak untuk menerima Dhamma yang indah pada awalnya, indah pada pertengahannya dan indah pada akhirnya ini. Bhagava melihat jelas bahwa ada empat jenis mahluk yang dapat diumpamakan seperti tanaman teratai


tanaman yang hidup dalam air, tumbuh di dalam air, dan bakal bunganya pun masih di dalam air


tanaman yang hidup dalam air, mulai berkembang di dalam air, dan bakal bunganya tepat di bawah permukaan air


tanaman yang hidup dalam air, berkembang dalam air, dan bakal bunganya sudah berada di atas permukaan air


tanaman yang sakit dalam air, dan tidak akan mungkin tumbuh sampai ke permukaan air

Demikianlah seperti teratai-teratai ini, ada mahluk-mahluk dengan jumlah debu kilesa yang berbeda di mata kebijaksaan mereka, yang akan mempengaruhi kapasitas mereka dalam menerima Dhamma. Namun ada pula kelompok yang tidak mungkin pernah bisa menerima Dhamma walau seberapa sering pun mereka mendengarnya.

Sehubungan Bhagava mengetahui bahwa guru Beliau saat masih sebagai Petapa Gotama, yaitu Alara Kalama dan Uddaka Ramaputta telah wafat, Buddha memutuskan untuk pergi ke Taman Rusa dan memberikan kotbah Dhammacakka di sana kepada kelompok lima petapa (Pancavaggiya) yang pernah bersamanya saat melaksanakan dukkacariyaya selama enam tahun sebelum itu.
 _/\_
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

 

anything