Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Topik Buddhisme => Diskusi Umum => Topic started by: Deva19 on 22 July 2010, 05:35:26 PM

Title: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: Deva19 on 22 July 2010, 05:35:26 PM
siapakah pembunuh yang mampu mencapai kesucian sotapanna?

Jawab : Seorang algojo yang terbebas dari rasa bersalah atas pembunuhan yang selalu dilakukan selama hidupnya .

Apakah pembunuhan yang dilakukan bukan atas kehendak diri sendiri merupakan suatu pelanggaran?

Mungkin jawabannya dapat ditemukan dalam kisah berikut :

Pada masa kehidupan Budha, ada sebuah cerita tentang seorang algojo yang bertugas melakukan hukuman mati. Selama hidupnya, dia melayani raja sebagai seorang algojo. sampai menjelang tua dia mengundurkan diri karena sudah tidak kuat lagi melakukan tugasnya.

Bikhu Sariputa bertemu dengan algojo itu ketika ia menjelang ajal. Bikhu Sariputa membabarkan Dhamma untuknya, tetapi dia tidak dapat berkonsentrasi  pada Dhamma yang dibabarkan, karena terlalu banyak hal yang bertentangan dengan apa yang telah dilakukan oleh algojo tersebut.

Mengetahui hal itu, Bikhu Sariputa bertanya, "Apakah Anda melakukan eksekusi berdasarkan keinginan Anda atau atas perintah Raja?"

Algojo itu menjawab, "saya harus melaksanakan perintah raja. Saya tidak membunuh atas kehendak saya sendiri."

Bikhu Sariputa melanjutkan,"Jika begitu adanya, apakah hal itu dikatakan pelanggaran?" Bikhu Sariputa melanjutkan pembabarannya. Orang tua itu mulai berpikir dan kelihatan ia terbebas dari rasa bersalah dan pikirannya menjadi tenang. Sembari mendengarkan Dhamma yang dibabarkan bikhu Sariputta, dia mencapai tataran Culasotapanna (pemenang arus muda) dan terlahir kembali di alam deva (deva-loka) setelah kematiannya.

Sumber : ABHIDHAMMA SEHARI-HARI, HAL. 74
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: L1M on 22 July 2010, 05:45:24 PM
manteb banget ceritanya ^:)^ ^:)^
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: No Pain No Gain on 22 July 2010, 05:53:12 PM
pembunuhan yang dilandasi dengan niat (secara teori) akan menghasilkan kamma buruk...makanya sebaiknya dihindari..

tetapi melihat kembali cerita di atas, seorang algojo membunuh bukan secara tidak sengaja..tentunya menghasilkan kamma buruk..nah, spy algojo ini dapt berkonsentarsi thdp pembabaran Dhamma, maka YM. Bikkhu Sariputta dengan kebijaksanaan Nya membuat algojo itu tenang dengan memberikan pertanyaan tsb..
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: Deva19 on 22 July 2010, 06:11:14 PM
pembunuhan yang dilandasi dengan niat (secara teori) akan menghasilkan kamma buruk...makanya sebaiknya dihindari..

tetapi melihat kembali cerita di atas, seorang algojo membunuh bukan secara tidak sengaja..tentunya menghasilkan kamma buruk..nah, spy algojo ini dapt berkonsentarsi thdp pembabaran Dhamma, maka YM. Bikkhu Sariputta dengan kebijaksanaan Nya membuat algojo itu tenang dengan memberikan pertanyaan tsb..

jika pertanyaan sariputta tersebut harus dijawab, maka jawaban yang benar menurut bro NPNG itu gimana?
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: johan3000 on 22 July 2010, 06:30:44 PM
pembunuhan yang dilandasi dengan niat (secara teori) akan menghasilkan kamma buruk...makanya sebaiknya dihindari..

tetapi melihat kembali cerita di atas, seorang algojo membunuh bukan secara tidak sengaja..tentunya menghasilkan kamma buruk..nah, spy algojo ini dapt berkonsentarsi thdp pembabaran Dhamma, maka YM. Bikkhu Sariputta dengan kebijaksanaan Nya membuat algojo itu tenang dengan memberikan pertanyaan tsb..

jika pertanyaan sariputta tersebut harus dijawab, maka jawaban yang benar menurut bro NPNG itu gimana?

Nahh kalau gw jadi algojo,

gw bisa minta cuti sama raja dulu... bilang mau pulang kampung lihat binik yg cantik...

ehhhh raja gak mau....

maka gw siapan rencana utk kabur ke negara lain deh yg suasanya lebih kondusif....(hahahaa)

jadi pilihan masih terbuka lebar....
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: Deva19 on 22 July 2010, 06:34:52 PM
pembunuhan yang dilandasi dengan niat (secara teori) akan menghasilkan kamma buruk...makanya sebaiknya dihindari..

tetapi melihat kembali cerita di atas, seorang algojo membunuh bukan secara tidak sengaja..tentunya menghasilkan kamma buruk..nah, spy algojo ini dapt berkonsentarsi thdp pembabaran Dhamma, maka YM. Bikkhu Sariputta dengan kebijaksanaan Nya membuat algojo itu tenang dengan memberikan pertanyaan tsb..

jika pertanyaan sariputta tersebut harus dijawab, maka jawaban yang benar menurut bro NPNG itu gimana?

Nahh kalau gw jadi algojo,

gw bisa minta cuti sama raja dulu... bilang mau pulang kampung lihat binik yg cantik...

ehhhh raja gak mau....

maka gw siapan rencana utk kabur ke negara lain deh yg suasanya lebih kondusif....(hahahaa)

jadi pilihan masih terbuka lebar....

lain lagi dengan saya, bro Johan.

kalau hidup di masa itu, saya tidak akan memilih jadi algojo. saya akan memilih jadi raja, atau menjadi murid sang budha saja. kan pilihan itu juga terbuka lebar. betul enggak?
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: Deva19 on 22 July 2010, 06:36:19 PM
tapi masalahnya, apakah kita sedang mendiskusikan tentang pilihan profesi di zaman sang Budha?
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: Indra on 22 July 2010, 06:49:38 PM
membunuh kekotoran batin adalah yang paling dianjurkan oleh Buddha
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: johan3000 on 22 July 2010, 06:54:05 PM
pembunuhan yang dilandasi dengan niat (secara teori) akan menghasilkan kamma buruk...makanya sebaiknya dihindari..

tetapi melihat kembali cerita di atas, seorang algojo membunuh bukan secara tidak sengaja..tentunya menghasilkan kamma buruk..nah, spy algojo ini dapt berkonsentarsi thdp pembabaran Dhamma, maka YM. Bikkhu Sariputta dengan kebijaksanaan Nya membuat algojo itu tenang dengan memberikan pertanyaan tsb..

selain niat, juga harus melihat sebab yg pertama......

spt jalan yg rusak dpt membunuh manusia.... itu merupakan sebab yg utama...
walaupun sebagian orang berkata itu bukan niat membunuh...
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: No Pain No Gain on 22 July 2010, 07:29:11 PM
pembunuhan yang dilandasi dengan niat (secara teori) akan menghasilkan kamma buruk...makanya sebaiknya dihindari..

tetapi melihat kembali cerita di atas, seorang algojo membunuh bukan secara tidak sengaja..tentunya menghasilkan kamma buruk..nah, spy algojo ini dapt berkonsentarsi thdp pembabaran Dhamma, maka YM. Bikkhu Sariputta dengan kebijaksanaan Nya membuat algojo itu tenang dengan memberikan pertanyaan tsb..

jika pertanyaan sariputta tersebut harus dijawab, maka jawaban yang benar menurut bro NPNG itu gimana?

jawaban saya:
walaupun peristiwa pembunuhan itu terjadi karena keinginan diri sendiri ataupun tdk, peristiwa tersebut merupakan suatu bagian dr masa lalu, tidak dapat diubah, dan tidak ada gunanya untuk disesali. Penyesalan yang berkepanjangan hanya akan merugikan perkembangan batin sendiri. Hiduplah pada masa sekarang, bukan pada masa lalu ataupun masa depan..

Dalam kehdpan sehari2, kalimat tersebut biasanya saya ulang2 untuk diri sendiri jg jika saya telah melakukan perbuatan yang mengakibatkan penyesalan di kemudian hari..dan ternyata sukses  ;D

intinya: yang udah berlalu biarlah berlalu, jika dipikirkan terus hanya bikin rugi diri sendiri..ga ada untung2 nya..yang ptg tidak mengulanginya lagi...
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: Kelana on 22 July 2010, 07:32:04 PM
Ask: apakah sama antara culasotapanna dengan sotapanna ??
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: Mr. pao on 22 July 2010, 07:50:37 PM
pembunuhan yang dilandasi dengan niat (secara teori) akan menghasilkan kamma buruk...makanya sebaiknya dihindari..

tetapi melihat kembali cerita di atas, seorang algojo membunuh bukan secara tidak sengaja..tentunya menghasilkan kamma buruk..nah, spy algojo ini dapt berkonsentarsi thdp pembabaran Dhamma, maka YM. Bikkhu Sariputta dengan kebijaksanaan Nya membuat algojo itu tenang dengan memberikan pertanyaan tsb..

jika pertanyaan sariputta tersebut harus dijawab, maka jawaban yang benar menurut bro NPNG itu gimana?

jawaban saya:
walaupun peristiwa pembunuhan itu terjadi karena keinginan diri sendiri ataupun tdk, peristiwa tersebut merupakan suatu bagian dr masa lalu, tidak dapat diubah, dan tidak ada gunanya untuk disesali. Penyesalan yang berkepanjangan hanya akan merugikan perkembangan batin sendiri. Hiduplah pada masa sekarang, bukan pada masa lalu ataupun masa depan..

Dalam kehdpan sehari2, kalimat tersebut biasanya saya ulang2 untuk diri sendiri jg jika saya telah melakukan perbuatan yang mengakibatkan penyesalan di kemudian hari..dan ternyata sukses  ;D

intinya: yang udah berlalu biarlah berlalu, jika dipikirkan terus hanya bikin rugi diri sendiri..ga ada untung2 nya..yang ptg tidak mengulanginya lagi...
yap setuju, contoh:  anggulimala
setelah mendengarkan kotbah sang Buddha anggulimala dan algojo ini sepenuhnya telah melepas semua bentuk pembunuhan.
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: Indra on 22 July 2010, 07:57:31 PM
Ask: apakah sama antara culasotapanna dengan sotapanna ??

This refers to vipassana practitioners who do not have any ariya quality other than sufficient faith in and love for the Tathagata. For faith in and love for the Buddha arise in monks who are seated doing vipassana meditation. They are as if taken by the hands and placed in heaven by that faith, by that love. It seems they are of fixed destinies. Moreover, the ancient theras (elders) call such a monk a minor stream-enterer (culasotapanna).
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: xenocross on 22 July 2010, 09:07:46 PM
dan perlu diingat bahwa algojo itu masih harus lahir kembali dan masih harus menerima karma buruk.
Angulimala sih udah langsung kabur ke Nibbana...
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 22 July 2010, 10:12:27 PM
Ask: apakah sama antara culasotapanna dengan sotapanna ??

This refers to vipassana practitioners who do not have any ariya quality other than sufficient faith in and love for the Tathagata. For faith in and love for the Buddha arise in monks who are seated doing vipassana meditation. They are as if taken by the hands and placed in heaven by that faith, by that love. It seems they are of fixed destinies. Moreover, the ancient theras (elders) call such a monk a minor stream-enterer (culasotapanna).

Seingat saya sih nggak, karena belum magga dan phala. Tetapi seingat saya cula sotapanna pasti akan jadi minimal sotapanna di kehidupan selanjutnya di alam dewa.
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: Indra on 22 July 2010, 10:19:01 PM
Ask: apakah sama antara culasotapanna dengan sotapanna ??

This refers to vipassana practitioners who do not have any ariya quality other than sufficient faith in and love for the Tathagata. For faith in and love for the Buddha arise in monks who are seated doing vipassana meditation. They are as if taken by the hands and placed in heaven by that faith, by that love. It seems they are of fixed destinies. Moreover, the ancient theras (elders) call such a monk a minor stream-enterer (culasotapanna).

Seingat saya sih nggak, karena belum magga dan phala. Tetapi seingat saya cula sotapanna pasti akan jadi minimal sotapanna di kehidupan selanjutnya di alam dewa.

dalam sutta2 sering disebutkan istilah "faith-follower" dan "Dhamma-follower" yg biasanya disebutkan di bawah Sotapanna, mungkin dua itu yg dimaksudkan
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 22 July 2010, 10:27:08 PM
Betul sekali om, di MN itu tuh Alagaddupama Sutta.
Kalau di SN, posisinya di bawah Sotapanna. Sarakāni Sutta.

Dari Mogok Sayadaw:

Quote
These persons may not have experienced the realities of existence through the Bhavanamaya panna and have not reached the noble status as a human. When they die they will be reborn in one of the six Deva realms (heavens) and will attain either Sotapanna, Sakadagam, Anagam or Arahat in the following ways.
1. Yogi (meditator) who had fulfilled the four conditions and died with the reflection of the three realities of existence, Acicca, Dukkha and Anatta, would be reborn as a Deva immediately, but the continuity of the last thought would enable the Yogi to reflect upon these realities before the Yogi realised that he or she was a Deva. This reflection will result in a noble status immediately and a teacher is not required to assist him for liberation.
2. Yogi who had fulfilled the four conditions, but died without the reflection of the realities would be reborn as a Deva. The Yogi will be assisted to realise these realities by the Devas who know his thought and will persuade him to reflect upon them. The Yogi will reach a noble status there and then with a little help.
3. Yogi who had fulfilled the four conditions, but died without reflection of the realities would be reborn as a Deva. The Yogi will attain a noble status within a week as a Deva after attending a meeting of Devas and hearing a discourse. The meeting is held weekly and is attended by Devas of all six heavens and discourses are given by liberated ones.
4. Yogi who died in a similar way and was reborn as a Deva would be approached by his Dhamma friends and would persuade him to continue with the practice.
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 22 July 2010, 10:32:45 PM
Kembali ke pertanyaan deva bujana:

Seingat saya pelanggaran sila pembunuhan ada 5:
1. makhluknya hidup
2. tahu makhluknya hidup
3. ada niat membunuh
4. ada tindakan membunuh
5. makhluknya mati

dalam hal algojo tersebut, tidak ada niat untuk membunuh, melainkan atas perintah raja.  karena itu bukan pelanggaran sila.

tapi secara terus terang, sangat sangat sangat sulit tidak ada niat membunuh kalau dalam posisi pekerjaan sebagai algojo.
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: ryu on 23 July 2010, 07:27:45 AM
biar lebih jelas :
Kisah Tambadathika

DHAMMAPADA VIII, 1

        Tambadathika mengabdi kepada raja sebagai penjagal para pencuri selama lima puluh lima tahun, dan ia baru saja pensiun dari pekerjaannya. Suatu hari, setelah mempersiapkan bubur nasi di rumahnya, ia pergi ke sungai untuk mandi. Ia mempersiapkan bubur nasi itu untuk dimakannya setelah kembali dari sungai.

        Pada waktu Tambadathika mengambil bubur nasi, Sariputta Thera yang baru saja bangun dari meditasi Jhana Samapatti, berada di muka pintu rumahnya.

        Pada saat melihat Sariputta Thera, Tambadathika berpikir, "Meskipun dalam hidupku saya telah menghukum mati para pencuri, sekarang saya seharusnya mempersembahkan makanan ini kepada bhikkhu itu".

        Kemudian ia mengundang Sariputta Thera untuk datang ke rumahnya dan dengan hormat mempersembahkan bubur nasi tersebut.

        Setelah bersantap Sariputta Thera mengajarkan Dhamma kepadanya, tapi Tambadathika tidak dapat memperhatikan, sebab ia begitu gelisah mengingat masa lalunya sebagai seorang penjagal. Ketika Sariputta Thera mengetahui ini, ia memutuskan untuk menanyakan dengan bijaksana apakah ia membunuh pencuri atas kehendaknya atau ia diperintahkan untuk melakukan hal itu. Tambadathika menjawab bahwa ia diperintah raja untuk membunuh mereka dan ia tidak berniat untuk membunuh.

        Kemudian Sariputta Thera bertanya, "Jika demikian, apakah kamu bersalah atau tidak?"

        Tambadathika menyimpulkan bahwa ia tidak bertanggung jawab atas perbuatan jahat tersebut, ia tidak bersalah.

        Oleh karena itu ia menjadi tenang dan meminta kepada Sariputta Thera untuk meneruskan penjelasannya. Dengan mendengarkan Dhamma penuh perhatian, ia hampir mencapai tingkat kesucian sotapatti, ia hanya mencapai anulomaññana. Setelah khotbah Dhamma berakhir, Tambadathika menyertai perjalanan Sariputta Thera sampai jarak tertentu, dan kemudian ia pulang kembali ke rumahnya.

        Pada perjalanan pulang seekor sapi (sebenarnya setan yang menyamar sebagai seekor sapi) menyeruduknya sehingga ia meninggal dunia.

        Ketika Sang Buddha berada dalam pertemuan bhikkhu pada sore hari, para bhikkhu memberitahu Beliau perihal kematian Tambadathika. Ketika ditanyakan di mana Tambadathika dilahirkan kembali, Sang Buddha berkata kepada mereka bahwa meskipun Tambadathika telah melakukan perbuatan jahat sepanjang hidupnya, karena memahami Dhamma setelah mendengarnya dari Sariputta Thera, ia telah mencapai anulomaññana sebelum meninggal dunia. Ia dilahirkan kembali di alam sorga Tusita.

        Para bhikkhu sangat heran bagaimana mungkin seseorang yang melakukan perbuatan jahat seperti itu dapat memperoleh pahala demikian besar setelah mendengarkan Dhamma hanya sekali.

        Kepada mereka, Sang Buddha berkata, "Daripada suatu penjelasan panjang yang tanpa makna, lebih baik satu kata yang mengandung pengertian dapat menghasilkan manfaat yang lebih besar".

        Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 100 berikut:

Daripada seribu kata yang tak berarti, adalah lebih baik sepatah kata yang bermanfaat, yang dapat memberi kedamaian kepada pendengarnya.

Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: ryu on 23 July 2010, 07:29:53 AM
si algojo itu telah menanam karma baik yang besar dengan berdana kepada sariputta, kemudian dia mendapatkan dhamma dari sariputta sehingga dia tidak semakin terjerumus.
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: Indra on 23 July 2010, 08:24:36 AM
si algojo itu telah menanam karma baik yang besar dengan berdana kepada sariputta, kemudian dia mendapatkan dhamma dari sariputta sehingga dia tidak semakin terjerumus.

bukan hanya besar tapi sangat besar, dikatakan bahwa dana yg dipersembahkan kepada seseorang yang baru keluar dari nirodha samapatti, bisa mengakibatkan apapun keinginan si donor akan bisa terkabulkan.
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 23 July 2010, 08:52:24 AM
yang bener? kalo ingin jadi sammasambuddha juga bisa terkabul?
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: Indra on 23 July 2010, 08:58:40 AM
yang bener? kalo ingin jadi sammasambuddha juga bisa terkabul?

bisa tapi lama..... paling cepet 4 assankheyya + 100.000 kalpa, jadi mendingan jangan disia2kan, minta yg instan aja, mis, pengen kaya, pengen jadi raja, dll
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: K.K. on 23 July 2010, 08:59:48 AM
Kembali ke pertanyaan deva bujana:

Seingat saya pelanggaran sila pembunuhan ada 5:
1. makhluknya hidup
2. tahu makhluknya hidup
3. ada niat membunuh
4. ada tindakan membunuh
5. makhluknya mati

dalam hal algojo tersebut, tidak ada niat untuk membunuh, melainkan atas perintah raja.  karena itu bukan pelanggaran sila.

tapi secara terus terang, sangat sangat sangat sulit tidak ada niat membunuh kalau dalam posisi pekerjaan sebagai algojo.
Seorang algojo yang baik selalu berusaha membunuh si terpidana dengan cepat agar tidak menimbulkan penderitaan. Saya pernah baca Tambadathika (dan semua algojo lain) pensiun setelah tidak lagi mampu membunuh terpidana dalam 1 tebasan. Untuk melakukan tebasan pembunuh itu, jelas harus ada niat. Jadi tidaklah mungkin tidak ada niat dalam membunuh kecuali "pembunuhan" yang tidak disengaja dan tidak diketahui, dan "pembunuhan" seperti itu tidak termasuk pembunuhan dalam definisi Buddhisme.

Perasaan bersalah yang menghalangi Tambadathika mencerna dhamma itu sendiri adalah salah satu akibat dari kamma pembunuhan lampaunya. Yang disampaikan Sariputta bukanlah untuk membenarkan pembunuhannya sewaktu jadi algojo, tetapi agar Tambadathika tidak "berdiam di masa lalunya" yang jahat dan terus menyesalinya. Yang saya baca juga, Tambadathika mencapai Sotapatti-Magga. Mungkin sama dengan culasotapanna?

Satu hal terakhir, saya belum pernah bertemu kisah di mana seseorang tercerahkan dalam keadaan memegang pandangan "membunuh itu benar". Ada kisah lain (kalau tidak salah di dhammapada Atthakatha juga) di mana ada nelayan bernama Ariya. Suat hari Buddha bertemu dengannya dan mengatakan pekerjaannya itu tidak sesuai dengan namanya. Maka kemudian ia meninggalkan pekerjaannya, menjadi bhikkhu dan mencapai Arahatta-phala. Jadi sebagai mata pencaharian saja, Buddha pun tidak membenarkan pembunuhan hewan, apalagi pembunuhan manusia.

Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: K.K. on 23 July 2010, 09:02:22 AM
bukan hanya besar tapi sangat besar, dikatakan bahwa dana yg dipersembahkan kepada seseorang yang baru keluar dari nirodha samapatti, bisa mengakibatkan apapun keinginan si donor akan bisa terkabulkan.
Yang saya baca bukan mengabulkan apa pun keinginan, tetapi vipakanya langsung berbuah dalam kehidupan itu (seperti Visakha yang jadi permaisuri) atau kehidupan berikutnya (seperti kisah Laja Deva, gadis yang memberikan jagung pada Maha-Kassapa).
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: Edward on 23 July 2010, 09:15:52 AM
kaga heran zaman sekarang sekali dengar ada bhikku yg ato sosok yg konon mencapai tingkat kesucian tertentu, wuzzzz...umat langsung berbondong-bondong nyari bwt yg katanya "berdana"
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: markosprawira on 23 July 2010, 10:10:37 AM
bukan hanya besar tapi sangat besar, dikatakan bahwa dana yg dipersembahkan kepada seseorang yang baru keluar dari nirodha samapatti, bisa mengakibatkan apapun keinginan si donor akan bisa terkabulkan.
Yang saya baca bukan mengabulkan apa pun keinginan, tetapi vipakanya langsung berbuah dalam kehidupan itu (seperti Visakha yang jadi permaisuri) atau kehidupan berikutnya (seperti kisah Laja Deva, gadis yang memberikan jagung pada Maha-Kassapa).


jadi bisa dibilang mempercepat berbuahnya kamma baik?
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: bond on 23 July 2010, 10:15:21 AM
kaga heran zaman sekarang sekali dengar ada bhikku yg ato sosok yg konon mencapai tingkat kesucian tertentu, wuzzzz...umat langsung berbondong-bondong nyari bwt yg katanya "berdana"

Oleh karena itu, kalo ada bhikkhu yg uda arahat suruh masuk Nirodha samapati tujuh hari dan kita tungguin. Begitu keluar langsung deh berdana. Misal mo jadi kaya, langsung kaya.  ;D
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: K.K. on 23 July 2010, 10:16:49 AM
jadi bisa dibilang mempercepat berbuahnya kamma baik?
Kalau mempercepat berbuahnya kamma baik lain, saya kurang tahu. Yang saya baca, vipaka dari berdana pada Ariya yang baru saja "bangun" dari Nirodha-Samapatti akan berbuah langsung di kehidupan itu atau kehidupan berikutnya.
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 23 July 2010, 10:28:41 AM
 ayo cepat mencapai norodha samapatti, biar bisa berdana
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: Hendra Susanto on 23 July 2010, 10:29:23 AM
jadi bisa dibilang mempercepat berbuahnya kamma baik?
Kalau mempercepat berbuahnya kamma baik lain, saya kurang tahu. Yang saya baca, vipaka dari berdana pada Ariya yang baru saja "bangun" dari Nirodha-Samapatti akan berbuah langsung di kehidupan itu atau kehidupan berikutnya.


bagaimana kita bisa tau ciri2 Ariya yang baru saja "bangun" dari Nirodha-Samapatti?
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: markosprawira on 23 July 2010, 10:49:02 AM
kaga heran zaman sekarang sekali dengar ada bhikku yg ato sosok yg konon mencapai tingkat kesucian tertentu, wuzzzz...umat langsung berbondong-bondong nyari bwt yg katanya "berdana"

Oleh karena itu, kalo ada bhikkhu yg uda arahat suruh masuk Nirodha samapati tujuh hari dan kita tungguin. Begitu keluar langsung deh berdana. Misal mo jadi kaya, langsung kaya.  ;D


jelas lobha banget........ jadi inget ama mereka yg berlomba2 berdana ama luangpu yg disebut2 udah arahat.....

jadi bisa dibilang mempercepat berbuahnya kamma baik?
Kalau mempercepat berbuahnya kamma baik lain, saya kurang tahu. Yang saya baca, vipaka dari berdana pada Ariya yang baru saja "bangun" dari Nirodha-Samapatti akan berbuah langsung di kehidupan itu atau kehidupan berikutnya.


boleh tau sumbernya bro, biar bs menambah dhamma

ayo cepat mencapai norodha samapatti, biar bisa berdana

biar bisa berdana atau menerima dana nih bro?
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: dilbert on 23 July 2010, 11:16:08 AM
siapakah pembunuh yang mampu mencapai kesucian sotapanna?

Jawab : Seorang algojo yang terbebas dari rasa bersalah atas pembunuhan yang selalu dilakukan selama hidupnya .

Apakah pembunuhan yang dilakukan bukan atas kehendak diri sendiri merupakan suatu pelanggaran?

Mungkin jawabannya dapat ditemukan dalam kisah berikut :

Pada masa kehidupan Budha, ada sebuah cerita tentang seorang algojo yang bertugas melakukan hukuman mati. Selama hidupnya, dia melayani raja sebagai seorang algojo. sampai menjelang tua dia mengundurkan diri karena sudah tidak kuat lagi melakukan tugasnya.

Bikhu Sariputa bertemu dengan algojo itu ketika ia menjelang ajal. Bikhu Sariputa membabarkan Dhamma untuknya, tetapi dia tidak dapat berkonsentrasi  pada Dhamma yang dibabarkan, karena terlalu banyak hal yang bertentangan dengan apa yang telah dilakukan oleh algojo tersebut.

Mengetahui hal itu, Bikhu Sariputa bertanya, "Apakah Anda melakukan eksekusi berdasarkan keinginan Anda atau atas perintah Raja?"

Algojo itu menjawab, "saya harus melaksanakan perintah raja. Saya tidak membunuh atas kehendak saya sendiri."

Bikhu Sariputa melanjutkan,"Jika begitu adanya, apakah hal itu dikatakan pelanggaran?" Bikhu Sariputa melanjutkan pembabarannya. Orang tua itu mulai berpikir dan kelihatan ia terbebas dari rasa bersalah dan pikirannya menjadi tenang. Sembari mendengarkan Dhamma yang dibabarkan bikhu Sariputta, dia mencapai tataran Culasotapanna (pemenang arus muda) dan terlahir kembali di alam deva (deva-loka) setelah kematiannya.

Sumber : ABHIDHAMMA SEHARI-HARI, HAL. 74

Sorry Trespassing...
Kelihatannya TS mau membuat analogi seolah-olah pembunuhan itu dapat dibenarkan ? Apa ada hubung-annya dengan agama TETANGGA yang mau di-justifikasi ?
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: Hendra Susanto on 23 July 2010, 11:17:32 AM
siapakah pembunuh yang mampu mencapai kesucian sotapanna?

Jawab : Seorang algojo yang terbebas dari rasa bersalah atas pembunuhan yang selalu dilakukan selama hidupnya .

Apakah pembunuhan yang dilakukan bukan atas kehendak diri sendiri merupakan suatu pelanggaran?

Mungkin jawabannya dapat ditemukan dalam kisah berikut :

Pada masa kehidupan Budha, ada sebuah cerita tentang seorang algojo yang bertugas melakukan hukuman mati. Selama hidupnya, dia melayani raja sebagai seorang algojo. sampai menjelang tua dia mengundurkan diri karena sudah tidak kuat lagi melakukan tugasnya.

Bikhu Sariputa bertemu dengan algojo itu ketika ia menjelang ajal. Bikhu Sariputa membabarkan Dhamma untuknya, tetapi dia tidak dapat berkonsentrasi  pada Dhamma yang dibabarkan, karena terlalu banyak hal yang bertentangan dengan apa yang telah dilakukan oleh algojo tersebut.

Mengetahui hal itu, Bikhu Sariputa bertanya, "Apakah Anda melakukan eksekusi berdasarkan keinginan Anda atau atas perintah Raja?"

Algojo itu menjawab, "saya harus melaksanakan perintah raja. Saya tidak membunuh atas kehendak saya sendiri."

Bikhu Sariputa melanjutkan,"Jika begitu adanya, apakah hal itu dikatakan pelanggaran?" Bikhu Sariputa melanjutkan pembabarannya. Orang tua itu mulai berpikir dan kelihatan ia terbebas dari rasa bersalah dan pikirannya menjadi tenang. Sembari mendengarkan Dhamma yang dibabarkan bikhu Sariputta, dia mencapai tataran Culasotapanna (pemenang arus muda) dan terlahir kembali di alam deva (deva-loka) setelah kematiannya.

Sumber : ABHIDHAMMA SEHARI-HARI, HAL. 74

Sorry Trespassing...
Kelihatannya TS mau membuat analogi seolah-olah pembunuhan itu dapat dibenarkan ? Apa ada hubung-annya dengan agama TETANGGA yang mau di-justifikasi ?

gw juga pikir gt bang awalnya... tp perkembangan thread tidak mengarah ke sono... thx to para elder :jempol:
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 23 July 2010, 11:43:12 AM
ssssssssshhhhhhhhhhh udah dialihin, eh malah dibahas =))
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: K.K. on 23 July 2010, 06:13:02 PM
Kalau mempercepat berbuahnya kamma baik lain, saya kurang tahu. Yang saya baca, vipaka dari berdana pada Ariya yang baru saja "bangun" dari Nirodha-Samapatti akan berbuah langsung di kehidupan itu atau kehidupan berikutnya.


boleh tau sumbernya bro, biar bs menambah dhamma
Tadi cari-cari tapi belum ketemu. Nanti kalau kebetulan baca lagi, saya posting sumbernya.
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: Deva19 on 23 July 2010, 06:39:18 PM
Quote
Mengetahui hal itu, Bikhu Sariputa bertanya, "Apakah Anda melakukan eksekusi berdasarkan keinginan Anda atau atas perintah Raja?"

Algojo itu menjawab, "saya harus melaksanakan perintah raja. Saya tidak membunuh atas kehendak saya sendiri."

Bikhu Sariputa melanjutkan,"Jika begitu adanya, apakah hal itu dikatakan pelanggaran?"

jika pertanyaan yang terakhir itu ditanyakan kepada umat budhis, apakah umumnya mereka akan menjawab seperti ini :

Quote from: NPNG
jawaban saya:
walaupun peristiwa pembunuhan itu terjadi karena keinginan diri sendiri ataupun tdk, peristiwa tersebut merupakan suatu bagian dr masa lalu, tidak dapat diubah, dan tidak ada gunanya untuk disesali. Penyesalan yang berkepanjangan hanya akan merugikan perkembangan batin sendiri. Hiduplah pada masa sekarang, bukan pada masa lalu ataupun masa depan..

tampaknya di situ sariputta tidak bertanya, "apakah peristiwa tersebut merupakan bagian masa lalu atau tidak?"

sariputta tidak bertanya, "apakah masa lalu dapat diubah atau tidak?"

sariputta tidak bertanya, "apakah ada manfaatnya menyesali masa lalu atau tidak?"

sariputta tidak bertanya, "apakah penyesalan yang berkepanjangan merusak batin atau tidak?"

sariputta tidak bertanya, "di masa mana kita hidup?"

tapi sariputta bertanya, "Jika begitu adanya, apakah hal itu dikatakan pelanggaran?"

tidak adakah seorangpun yang bisa menjawab, "ya" atau "tidak" ???????

apakah pertanyaan sariputta tersebut, terlalu sulit untuk difahami?
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: No Pain No Gain on 23 July 2010, 06:50:26 PM
Quote
Mengetahui hal itu, Bikhu Sariputa bertanya, "Apakah Anda melakukan eksekusi berdasarkan keinginan Anda atau atas perintah Raja?"

Algojo itu menjawab, "saya harus melaksanakan perintah raja. Saya tidak membunuh atas kehendak saya sendiri."

Bikhu Sariputa melanjutkan,"Jika begitu adanya, apakah hal itu dikatakan pelanggaran?"

jika pertanyaan yang terakhir itu ditanyakan kepada umat budhis, apakah umumnya mereka akan menjawab seperti ini :

Quote from: NPNG
jawaban saya:
walaupun peristiwa pembunuhan itu terjadi karena keinginan diri sendiri ataupun tdk, peristiwa tersebut merupakan suatu bagian dr masa lalu, tidak dapat diubah, dan tidak ada gunanya untuk disesali. Penyesalan yang berkepanjangan hanya akan merugikan perkembangan batin sendiri. Hiduplah pada masa sekarang, bukan pada masa lalu ataupun masa depan..

tampaknya di situ sariputta tidak bertanya, "apakah peristiwa tersebut merupakan bagian masa lalu atau tidak?"

sariputta tidak bertanya, "apakah masa lalu dapat diubah atau tidak?"

sariputta tidak bertanya, "apakah ada manfaatnya menyesali masa lalu atau tidak?"

sariputta tidak bertanya, "apakah penyesalan yang berkepanjangan merusak batin atau tidak?"

sariputta tidak bertanya, "di masa mana kita hidup?"

tapi sariputta bertanya, "Jika begitu adanya, apakah hal itu dikatakan pelanggaran?"

tidak adakah seorangpun yang bisa menjawab, "ya" atau "tidak" ???????

apakah pertanyaan sariputta tersebut, terlalu sulit untuk difahami?

no comment aja akh bro.. ;D

terserah bro deva mau nanggapinnya gmn....toh itu pandangan bro kok..ga ada rugi di saya..

case closed ...peace.. ;D
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: Deva19 on 23 July 2010, 06:51:05 PM
Quote from: dilbert
Sorry Trespassing...
Kelihatannya TS mau membuat analogi seolah-olah pembunuhan itu dapat dibenarkan ? Apa ada hubung-annya dengan agama TETANGGA yang mau di-justifikasi ?

seolah-olah anda takut, kalau keyakinan anda yang salah akan terbongkar kesalahannya. pertanyaan anda itu, apa ada hubunganya dengan topik diskusi di sini?
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: Deva19 on 23 July 2010, 06:52:14 PM
Quote
Mengetahui hal itu, Bikhu Sariputa bertanya, "Apakah Anda melakukan eksekusi berdasarkan keinginan Anda atau atas perintah Raja?"

Algojo itu menjawab, "saya harus melaksanakan perintah raja. Saya tidak membunuh atas kehendak saya sendiri."

Bikhu Sariputa melanjutkan,"Jika begitu adanya, apakah hal itu dikatakan pelanggaran?"

jika pertanyaan yang terakhir itu ditanyakan kepada umat budhis, apakah umumnya mereka akan menjawab seperti ini :

Quote from: NPNG
jawaban saya:
walaupun peristiwa pembunuhan itu terjadi karena keinginan diri sendiri ataupun tdk, peristiwa tersebut merupakan suatu bagian dr masa lalu, tidak dapat diubah, dan tidak ada gunanya untuk disesali. Penyesalan yang berkepanjangan hanya akan merugikan perkembangan batin sendiri. Hiduplah pada masa sekarang, bukan pada masa lalu ataupun masa depan..

tampaknya di situ sariputta tidak bertanya, "apakah peristiwa tersebut merupakan bagian masa lalu atau tidak?"

sariputta tidak bertanya, "apakah masa lalu dapat diubah atau tidak?"

sariputta tidak bertanya, "apakah ada manfaatnya menyesali masa lalu atau tidak?"

sariputta tidak bertanya, "apakah penyesalan yang berkepanjangan merusak batin atau tidak?"

sariputta tidak bertanya, "di masa mana kita hidup?"

tapi sariputta bertanya, "Jika begitu adanya, apakah hal itu dikatakan pelanggaran?"

tidak adakah seorangpun yang bisa menjawab, "ya" atau "tidak" ???????

apakah pertanyaan sariputta tersebut, terlalu sulit untuk difahami?

no comment aja akh bro.. ;D

terserah bro deva mau nanggapinnya gmn....toh itu pandangan bro kok..ga ada rugi di saya..

case closed ...peace.. ;D

ya, saya juga terserah bro aja. saya tidak mencampuri apa yang ada di dalam otak anda. itu sih urusan anda sendiri. dan sayapun tidak merasa dirugikan sedikitpun.
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: ryu on 23 July 2010, 10:24:50 PM
Kalau mempercepat berbuahnya kamma baik lain, saya kurang tahu. Yang saya baca, vipaka dari berdana pada Ariya yang baru saja "bangun" dari Nirodha-Samapatti akan berbuah langsung di kehidupan itu atau kehidupan berikutnya.


boleh tau sumbernya bro, biar bs menambah dhamma
Tadi cari-cari tapi belum ketemu. Nanti kalau kebetulan baca lagi, saya posting sumbernya.

yang ini bukan :
Kisah Lajadevadhita
 
DHAMMAPADA IX, 3
 
        Suatu ketika Mahakassapa Thera sedang berdiam di gua Pippali dan berada dalam suasana batin khusuk bermeditasi mencapai konsentrasi tercerap (samapatti) selama tujuh hari. Segera setelah beliau bangun dari samapatti, beliau berkeinginan memberi kesempatan pada seseorang untuk mendanakan sesuatu kepada orang yang baru bangkit dari samapatti.

        Beliau melihat keluar dan menemukan seorang pelayan muda sedang menabur jagung di halaman rumah. Maka thera berdiri di depan pintu rumahnya untuk menerima dana makanan. Wanita itu meletakkan seluruh jagungnya ke mangkuk thera. Ketika wanita itu pulang setelah mendanakan jagung kepada thera, dia dipatuk oleh seekor ular berbisa dan meninggal dunia. Dia terlahir kembali di alam surga Tavatimsa dan dikenal sebagai Lajadevadhita. Laja berarti jagung.

        Laja menyadari bahwa dia terlahir kembali di alam surga Tavatimsa karena dia telah berdana jagung kepada Mahakassapa Thera, maka ia sangat menghormati Mahakassapa Thera. Kemudian Laja memutuskan, dia harus melakukan jasa baik kepada thera agar kebahagiaannya dapat bertahan. Jadi setiap pagi wanita itu pergi ke vihara tempat thera berdiam, menyapu halaman vihara, mengisi air kolam mandi, dan melakukan jasa-jasa lainnya.

        Pada mulanya thera berpikir samanera-samanera yang melakukan pekerjaan tersebut. Tetapi pada suatu hari thera mengetahui yang melakukan pekerjaan tersebut adalah dewi wanita. Kemudian thera memberi tahu dewi wanita tersebut untuk tidak datang ke vihara itu lagi. Orang-orang akan membicarakan hal-hal yang tidak baik jika dia tetap datang ke vihara.

        Mendengar hal itu Lajadevadhita sangat sedih, menangis dan memohon kepada thera, "Tolong jangan hancurkan kekayaan dan harta benda saya".

        Sang Buddha mendengar tangisannya dan kemudian mengirim cahaya dari kamar harum Beliau dan berkata kepada dewi wanita tersebut, "Devadhita, itu adalah tugas murid-Ku Kussapa untuk melarangmu ke vihara, melakukan perbuatan baik adalah tugas seseorang yang berniat besar memperoleh buah perbuatan baik. Tetapi, sebagai seorang gadis, tidak patut untuk datang sendirian dan melakukan berbagai pekerjaan di vihara".

        Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 118 berikut:

Apabila seseorang berbuat bajik, hendaklah dia mengulangi perbuatannya itu dan bersuka cita dengan perbuatannya itu, sungguh membahagiakan akibat dari memupuk perbuatan bajik.

        Lajadevadhita mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma itu berakhir.***
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: ryu on 23 July 2010, 10:45:31 PM
tambahan :
Kisah Uttara Seorang Umat Awam
 
DHAMMAPADA XVII, 3

        Uttara adalah putri dari Punna, seorang buruh tani yang bekerja pada pria kaya bernama Sumana di Rajagaha. Suatu hari, Punna dan istrinya berdana makanan kepada Sariputta Thera di saat beliau baru saja mencapai keadaan pencerahan mental yang dalam (norodha samapatti). Sebagai akibat dari perbuatan baik itu mereka mendadak menjadi kaya. Punna menemukan emas di tanah yang ia bajak, dan secara resmi raja menyatakan Punna sebagai seorang bankir yang besar.

        Pada suatu kesempatan, Punna sekeluarga berdana mekanan kepada Sang Buddha dan para bhikkhu selama tujuh hari, dan pada hari ketujuh, setelah mendengarkan khotbah Sang Buddha, mereka sekeluarga mencapai tingkat kesucian sotapatti.

        Kemudian Uttara putri Punna, menikah dengan anak dari Sumana. Keluarga Sumana bukan keluarga Buddhis, sehingga Uttara tidak merasa bahagia di rumah suaminya.

        Ia pun bercerita kepada ayahnya, Punna, "Ayah, mengapa ayah mengurung saya di kandang ini? Di sini saya tidak melihat para bhikkhu dan saya tidak memiliki kesempatan berdana kepada para bhikkhu".

        Punna menjadi menyesal dan ia segera memberi uang sebesar 15.000 kepada Uttara. Setelah mendapat izin dari suaminya, Uttara menggunakan uangnya untuk menyewa seorang wanita untuk menggantikan dirinya memenuhi kebutuhan suaminya. Akhirnya ditetapkan bahwa Sirima, seorang pelacur yang sangat cantik dan terkenal, menggantikannya sebagai seorang istri selama 15 hari.

        Selama waktu itu, Uttara memberikan dana makanan kepada Sang Buddha dan para bhikkhu.

        Pada hari kelima belas saat ia sibuk menyiapkan makanan di dapur, suaminya melihat dari balik jendela kamar dan tersenyum seraya bergumam pada dirinya sendiri, "Betapa bodohnya ia. Dia tak tahu cara bersenang-senang. Dia selalu menyibukkan diri dengan upacara pemberian dana".

        Sirima melihat suami Uttara tersenyum pada Uttara, ia menjadi sangat cemburu pada Uttara, ia lupa bahwa dirinya hanya sebagai istri penganti yang dibayar. Menjadi tak terkendali, segera Sirima pergi ke dapur dan mengambil sesendok besar mentega panas dengan maksud mengguyurkannya di kepala Uttara. Uttara melihatnya datang, namun ia tidak memiliki maksud buruk pada Sirima. Ia menyadari, berkat Sirima lah ia dapat mendengarkan Dhamma, berdana makanan, dan berbuat kebaikan lainnya, sehingga ia merasa berterima kasih pada Sirima.

        Tiba-tiba ia menyadari bahwa Sirima datang mendekat dan hendak menuangkan mentega panas ke arahnya, ia pun berseru, "Bila aku memiliki maksud buruk terhadap Sirima, biarlah mentega panas ini melukaiku, tapi bila aku tidak memiliki maksud buruk padanya, mentega panas ini tak akan melukaiku".

        Karena Uttara tidak memiliki maksud buruk terhadap Sirima, mentega panas yang dituang di kepalanya hanya terasa bagai air dingin. Sirima berpikir pasti mentega itu telah menjadi dingin saat dituangkan, maka ia bermaksud mengambil mentega panas yang lain. Saat hendak menuangkan mentega panas tersebut, pelayan-pelayan Uttara menyerang dan memukulnya keras-keras. Uttara menghentikan para pelayannya dan menyuruh mereka mengobati luka Sirima dengan balsam.

        Akhirnya Sirima teringat akan kedudukannya yang sebenarnya, dan ia menyesal bahwa ia telah melakukan kesalahan terhadap Uttara, dan meminta Uttara mengampuninya.

        Uttara pun menjawab, "Aku memiliki seorang ayah. Aku harus bertanya kepadanya apakah aku harus menerima permintaan maafmu".

        Sirima berkata bahwa ia siap pergi memohon pengampunan pada Punna, ayah Uttara.

        Uttara menjelaskan padanya, "Sirima, saat aku mengatakan 'ayahku', maksud saya bukan ayahku yang sebenarnya, yang membawaku pada rantai kelahiran kembali ini. Yang kumaksud 'ayahku' adalah Sang Buddha, yang telah menolongku memotong rantai kelahiran kembali, yang telah mengajariku Dhamma, Kebenaran Sejati".

        Sirima pun memohon untuk bertemu dengan Sang Buddha. Sehingga pada hari berikutnya direncanakan Sirima akan menyerahkan dana makanan kepada Sang Buddha dan para bhikkhu.

        Setelah bersantap, Sang Buddha diberitahu perihal Sirima dan Uttara. Kemudian Sirima mengakui bahwa ia telah berbuat kesalahan terhadap Uttara dan memohon Sang Buddha apakah ia dapat dimaafkan, karena jika tidak, Uttara tidak akan memaafkannya. Kemudian Sang Buddha bertanya kepada Uttara bagaimana perasaannya saat Sirima menyiramkan mentega panas ke arahnya.

        Uttara pun menjawab, "Bhante, karena saya telah berhutang budi pada Sirima, saya tetap tidak naik darah, tidak memiliki maksud buruk padanya. Saya selalu memancarkan cinta saya kepadanya".

        Lalu Sang Buddha berkata, "Bagus, bagus, Uttara! Dengan tidak memiliki maksud jahat, kau telah mengatasi mereka yang berbuat kesalahan padamu. Dengan tidak melukai, kau dapat mengatasi mereka yang melukaimu. Dengan bermurah hati kau dapat mengatasi orang kikir, dengan berbicara benar kau dapat mengatasi mereka yang berbohong".

        Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 223 berikut:

Kalahkan kemarahan dengan cinta kasih dan kalahkan kejahatan dengan kebajikan. Kalahkan kekikiran dengan kemurahan hati, dan kalahkan kebohongan dengan kejujuran.

        Sirima dan lima ratus wanita mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma itu berakhir.***

Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: ryu on 23 July 2010, 10:48:24 PM
Quote
Mengetahui hal itu, Bikhu Sariputa bertanya, "Apakah Anda melakukan eksekusi berdasarkan keinginan Anda atau atas perintah Raja?"

Algojo itu menjawab, "saya harus melaksanakan perintah raja. Saya tidak membunuh atas kehendak saya sendiri."

Bikhu Sariputa melanjutkan,"Jika begitu adanya, apakah hal itu dikatakan pelanggaran?"

jika pertanyaan yang terakhir itu ditanyakan kepada umat budhis, apakah umumnya mereka akan menjawab seperti ini :

Quote from: NPNG
jawaban saya:
walaupun peristiwa pembunuhan itu terjadi karena keinginan diri sendiri ataupun tdk, peristiwa tersebut merupakan suatu bagian dr masa lalu, tidak dapat diubah, dan tidak ada gunanya untuk disesali. Penyesalan yang berkepanjangan hanya akan merugikan perkembangan batin sendiri. Hiduplah pada masa sekarang, bukan pada masa lalu ataupun masa depan..

tampaknya di situ sariputta tidak bertanya, "apakah peristiwa tersebut merupakan bagian masa lalu atau tidak?"

sariputta tidak bertanya, "apakah masa lalu dapat diubah atau tidak?"

sariputta tidak bertanya, "apakah ada manfaatnya menyesali masa lalu atau tidak?"

sariputta tidak bertanya, "apakah penyesalan yang berkepanjangan merusak batin atau tidak?"

sariputta tidak bertanya, "di masa mana kita hidup?"

tapi sariputta bertanya, "Jika begitu adanya, apakah hal itu dikatakan pelanggaran?"

tidak adakah seorangpun yang bisa menjawab, "ya" atau "tidak" ???????

apakah pertanyaan sariputta tersebut, terlalu sulit untuk difahami?
sebaiknya baca cerita lengkapnya :
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,17352.msg278536.html
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: Deva19 on 24 July 2010, 12:18:57 AM
Quote from: ryu
sebaiknya baca cerita lengkapnya :
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,17352.msg278536.html

sebaiknya anda renungkan kembali dengan pikiran yang jernih, apa yang dipertanyakan oleh Sariputta itu.
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: ryu on 24 July 2010, 07:47:47 AM
apakah anda tidak mengerti?
ada beberapa poin dalam cerita ini :
Quote
        Setelah bersantap Sariputta Thera mengajarkan Dhamma kepadanya, tapi Tambadathika tidak dapat memperhatikan, sebab ia begitu gelisah mengingat masa lalunya sebagai seorang penjagal. Ketika Sariputta Thera mengetahui ini, ia memutuskan untuk menanyakan dengan bijaksana apakah ia membunuh pencuri atas kehendaknya atau ia diperintahkan untuk melakukan hal itu. Tambadathika menjawab bahwa ia diperintah raja untuk membunuh mereka dan ia tidak berniat untuk membunuh.

        Kemudian Sariputta Thera bertanya, "Jika demikian, apakah kamu bersalah atau tidak?"

        Tambadathika menyimpulkan bahwa ia tidak bertanggung jawab atas perbuatan jahat tersebut, ia tidak bersalah.

        Oleh karena itu ia menjadi tenang dan meminta kepada Sariputta Thera untuk meneruskan penjelasannya. Dengan mendengarkan Dhamma penuh perhatian, ia hampir mencapai tingkat kesucian sotapatti, ia hanya mencapai anulomaññana. Setelah khotbah Dhamma berakhir, Tambadathika menyertai perjalanan Sariputta Thera sampai jarak tertentu, dan kemudian ia pulang kembali ke rumahnya.
1. Sariputta Thera menanyakan itu hanyalah agar pikiran penjagal itu tenang sehingga dia bisa mendengarkan dhamma, bukan untuk membenarkan tindakan itu.

Quote
Pada perjalanan pulang seekor sapi (sebenarnya setan yang menyamar sebagai seekor sapi) menyeruduknya sehingga ia meninggal dunia.
2. dia tetap menuai karma buruknya yaitu mati di seruduk sapi.

3. dan karma baik juga dia tuai karena telah berdana pada  Sariputta Thera.
Title: Re: Apakah semua pembunuhan itu merupakan pelanggaran?
Post by: K.K. on 24 July 2010, 08:52:45 AM
yang ini bukan :
Kisah Lajadevadhita
 
DHAMMAPADA IX, 3
 
        Suatu ketika Mahakassapa Thera sedang berdiam di gua Pippali dan berada dalam suasana batin khusuk bermeditasi mencapai konsentrasi tercerap (samapatti) selama tujuh hari. Segera setelah beliau bangun dari samapatti, beliau berkeinginan memberi kesempatan pada seseorang untuk mendanakan sesuatu kepada orang yang baru bangkit dari samapatti.

        Beliau melihat keluar dan menemukan seorang pelayan muda sedang menabur jagung di halaman rumah. Maka thera berdiri di depan pintu rumahnya untuk menerima dana makanan. Wanita itu meletakkan seluruh jagungnya ke mangkuk thera. Ketika wanita itu pulang setelah mendanakan jagung kepada thera, dia dipatuk oleh seekor ular berbisa dan meninggal dunia. Dia terlahir kembali di alam surga Tavatimsa dan dikenal sebagai Lajadevadhita. Laja berarti jagung.

        Laja menyadari bahwa dia terlahir kembali di alam surga Tavatimsa karena dia telah berdana jagung kepada Mahakassapa Thera, maka ia sangat menghormati Mahakassapa Thera. Kemudian Laja memutuskan, dia harus melakukan jasa baik kepada thera agar kebahagiaannya dapat bertahan. Jadi setiap pagi wanita itu pergi ke vihara tempat thera berdiam, menyapu halaman vihara, mengisi air kolam mandi, dan melakukan jasa-jasa lainnya.

        Pada mulanya thera berpikir samanera-samanera yang melakukan pekerjaan tersebut. Tetapi pada suatu hari thera mengetahui yang melakukan pekerjaan tersebut adalah dewi wanita. Kemudian thera memberi tahu dewi wanita tersebut untuk tidak datang ke vihara itu lagi. Orang-orang akan membicarakan hal-hal yang tidak baik jika dia tetap datang ke vihara.

        Mendengar hal itu Lajadevadhita sangat sedih, menangis dan memohon kepada thera, "Tolong jangan hancurkan kekayaan dan harta benda saya".

        Sang Buddha mendengar tangisannya dan kemudian mengirim cahaya dari kamar harum Beliau dan berkata kepada dewi wanita tersebut, "Devadhita, itu adalah tugas murid-Ku Kussapa untuk melarangmu ke vihara, melakukan perbuatan baik adalah tugas seseorang yang berniat besar memperoleh buah perbuatan baik. Tetapi, sebagai seorang gadis, tidak patut untuk datang sendirian dan melakukan berbagai pekerjaan di vihara".

        Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 118 berikut:

Apabila seseorang berbuat bajik, hendaklah dia mengulangi perbuatannya itu dan bersuka cita dengan perbuatannya itu, sungguh membahagiakan akibat dari memupuk perbuatan bajik.

        Lajadevadhita mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma itu berakhir.***
Itu memang rujukan yang saya maksud dari gadis yang memberikan jagung. Tetapi saya belum ketemu referensi tentang berdana pada Ariya yang baru "bangun" dari Nirodha-Samapatti membuahkan hasil yang langsung.