Emanasi sebelum meninggalnya sang pendahulu (ma-dhey tulku)
Biasanya seorang reinkarnasi adalah seseorang yang terlahir kembali sebagai seorang manusia setelah sebelumnya telah meninggalkan dunia. Makhluk-makhluk biasa secara umum tidak akan mampu memanifestasikan seorang emanasi sebelum dirinya meninggal (ma-dhey tulku), tapi para Bodhisattva tingkat tinggi, yang mampu bermanifestasi dalam ratusan bahkan ribuan tubuh secara bersamaan, bisa memanifestasikan sebuah emanasi sebelum dirinya meninggal. Di dalam sistem pengenalan para Tulku bangsa Tibet, ada emanasi-emanasi yang termasuk arus batin yang sama dengan sang pendahulu, emanasi-emanasi yang terhubung antara satu dengan lainnya melalui kekuatan karma dan doa-doa aspirasi, dan emanasi-emanasi yang muncul sebagai hasil dari berkah dan janji.
Tujuan utama dari kemunculan seorang reinkarnasi adalah untuk melanjutkan aktivitas sang pendahulu yang belum selesai dalam rangka melayani Dharma dan para makhluk. Dalam kasus seorang Lama yang merupakan makhluk biasa, sebagai pengganti dari reinkarnasi yang termasuk dalam arus batin yang sama, maka ada orang lain yang memiliki koneksi dengan Lama tersebut melalui karma dan doa-doa yang murni, bisa saja dikenali sebagai emanasinya. Sebagai alternatif, bisa juga sang Lama menunjuk seorang penerus, yang kalau bukan muridnya adalah seseorang yang masih muda yang dikenali sebagai emanasinya. Karena pilihan-pilihan ini dimungkinkan dalam kasus seorang makhluk biasa, maka seorang emanasi sebelum seorang pendahulu meninggal yang tidak berada dalam arus batin yang sama juga dimungkinkan. Dalam beberapa kasus, seorang Lama tingkat tinggi bisa memiliki beberapa reinkarnasi pada waktu bersamaan, misalnya inkarnasi tubuh, ucapan, dan batin, dan seterusnya. Dewasa ini, sudah dikenali adanya emanasi-emanasi sebelum kematian seperti Dudjom Jigdral Yeshe Dorje dan Chogye Trichen Ngawang Khyenrab.
Menggunakan Kendi Emas
Seiring dengan memburuknya zaman kemerosotan, dan semakin banyaknya Lama-lama tingkat tinggi yang dikenali, beberapa untuk tujuan-tujuan politis, maka semakin banyak reinkarnasi yang dikenali melalui cara-cara tidak pantas dan patut dipertanyakan, yang berakibat kerusakan parah terhadap Dharma.
Semasa konflik antara Tibet dan orang-orang Gurkha (1791-93), Pemerintah Tibet terpaksa meminta bantuan militer dari pihak Manchu. Hasilnya, pasukan militer Gurkha bisa diusir keluar Tibet, tapi setelah itu, pejabat-pejabat Manchu mengajukan sebuah proposal yang terdiri dari 29-poin dengan tameng untuk menjadikan administrasi Pemerintahan Tibet lebih efisien. Proposal ini mencakup saran untuk menarik undian dari sebuah Kendi Emas untuk memutuskan reinkarnasi para Dalai Lama, Panchen Lama, dan Hutuktu, sebuah gelar Mongolia yang diberikan kepada Lama-lama tingkat tinggi. Karena itu, prosedur ini diikuti dalam kasus mengenali para reinkarnasi Dalai Lama, Panchen Lama, dan Lama-lama tingkat tinggi lainnya. Ritual yang harus diikuti ditulis oleh Dalai Lama Kedelapan, Jampel Gyatso. Bahkan walaupun sebuah sistem seperti ini telah diperkenalkan, prosedur ini dihapuskan oleh Dalai Lama Kesembilan, Ketiga-belas, dan saya sendiri, Dalai Lama Keempat Belas.
Bahkan dalam kasus Dalai Lama Kesepuluh, reinkarnasi otentiknya telah ditemukan dan sesungguhnya prosedur ini tidak diikuti, tapi semata-mata untuk melucu kepada orang-orang Manchu, ketika itu diumumkan bahwa prosedur ini telah dijalankan.
Sistem Kendi Emas sesungguhnya hanya digunakan dalam kasus Dalai Lama Kesebelas dan Keduabelas. Namun, Dalai Lama Keduabelas sudah berhasil dikenali sebelum prosedur ini digunakan. Karena itu, hanya ada satu kasus ketika seorang Dalai Lama dikenali dengan menggunakan metode ini. Sama halnya, di antara para reinkarnasi Panchen Lama, terkecuali yang Kedelapan dan Kesembilan, belum pernah ada contoh-contoh di mana metode ini digunakan. Sistem ini dipaksakan oleh orang-orang Manchu, tapi orang-orang Tibet tidak memiliki keyakinan terhadapnya karena tidak memiliki kualitas spiritual apa pun. Akan tetapi, jika dilaksanakan dengan sejujur-jujurnya, kelihatannya kita bisa saja menganggapnya sama dengan cara peramalan dengan metode bulatan adonan (zen tak).
Di tahun 1880, pada saat pengenalan Dalai Lama Ketigabelas selaku reinkarnasi dari Dalai Lama Keduabelas, jejak-jejak hubungan Pemuka Agama-Pelindung antara Tibet dan Manchu masih ada. Beliau dikenali sebagai reinkarnasi tanpa kesalahan oleh Panchen Lama Kedelapan, ramalan dari peramal Nechung dan Samye, dan dari pengamatan terhadap penglihatan yang muncul di Lhamoi Latso, itu sebabnya prosedur Kendi Emas tidak diikuti. Ini bisa dipahami dengan jelas dari kesaksian terakhir Dalai Lama Ketigabelas di Tahun Monyet Air (1933) yang mana Beliau menyatakan:
“Sebagaimana yang Anda semua ketahui, saya tidak terpilih melalui undian dari kendi emas, tapi pemilihan diri saya sudah diprediksi dan diramal. Sejalan dengan ramalan dan prediksi inilah, saya dikenali selaku reinkarnasi Dalai Lama dan naik takhta.”
Ketika saya dikenali sebagai inkarnasi Dalai Lama Keempatbelas di tahun 1939, hubungan Pemuka Agama-Pelindung antara Tibet dan Cina sudah berakhir. Karenanya, sama sekali tidak dibutuhkan konfirmasi reinkarnasi dengan menggunakan Kendi Emas. Sudah banyak diketahui bahwa Wali Tibet dan Majelis Nasional Tibet telah mengikuti prosedur pengenalan reinkarnasi Dalai Lama dengan mempertimbangkan ramalan Lama-lama besar, ramalan dan penglihatan di Lhamoi Latso; pihak Cina tidak terlibat sama sekali. Meski demikian, beberapa pejabat Kuomintang yang prihatin belakangan secara licik menebar kebohongan di surat-surat kabar dengan mengklaim bahwa mereka telah menyetujui untuk melanjutkan penggunaan Kendi Emas dan bahwasanya Wu Chung-tsin memimpin upacara penobatan saya, dan seterusnya. Kebohongan ini dibongkar oleh Ngabo Ngawang Jigme, Wakil Ketua Komite Tetap Kongres Nasional Rakyat, yang dianggap oleh Republik Rakyat Cina sebagai seseorang yang paling progresif, pada Sesi Kedua Kongres Rakyat Kelima mengenai Wilayah Otonomi Tibet (31 Juli 1989). Ini sangat jelas, ketika pada akhir pidatonya, yang mana ia memberikan penjelasan rinci dan memaparkan bukti-bukti dokumenter, ia mempertanyakan:
“Apa gunanya Partai Komunis menuruti dan melanjutkan kebohongan-kebohongan Kuomintang?”
Strategi yang Menipu dan Harapan-harapan Palsu
Beberapa waktu yang lampau, ada beberapa kasus para manajer yang tidak bertanggung-jawab yang mengurusi tanah/ rumah para Lama yang cukup berada, yang terlibat dalam metode-metode tidak tepat dalam mengenali para reinkarnasi, yang tentu saja telah meremehkan Dharma, komunitas monastik dan masyarakat kami. Lebih lanjut, sejak era Manchu, otoritas politik Cina telah berulang kali menggunakan beragam cara yang licik dan menipu dengan memanfaatkan Buddhisme, guru-guru Buddhis, dan para Tulku sebagai alat untuk memenuhi tujuan-tujuan politik mereka seiring dengan keterlibatan mereka di dalam urusan-urusan Tibet dan Mongolia. Kini, penguasa-penguasa otoriter dari Republik Rakyat Cina, yang selaku komunis menolak agama, tapi masih saja melibatkan diri pada urusan-urusan agama, telah memaksakan apa yang disebut sebagai kampanye re-edukasi dan mendeklarasikan sesuatu yang dinamakan Peraturan Nomor Lima, sehubungan dengan kontrol dan pengenalan para reinkarnasi, yang diberlakukan sejak 1 September 2007. Ini sungguh memalukan dan amat tercela. Pemaksaan beragam metode yang tidak benar untuk mengenali para reinkarnasi dalam rangka menghapuskan tradisi-tradisi budaya Tibet yang unik akan berakibat kerusakan yang akan sulit untuk diperbaiki.
Lebih jauh lagi, mereka mengatakan bahwa mereka sedang menanti kematian saya dan akan mengenali Dalai Lama Kelimabelas berdasarkan pilihan mereka. Sudah jelas terlihat dari aturan dan regulasi mereka baru-baru ini, berikut deklarasi-deklarasi selanjutnya yang telah dikeluarkan, bahwa mereka memiliki strategi terperinci untuk menipu orang-orang Tibet, pengikut Buddhis tradisi Tibet, dan komunitas dunia. Dari itu, karena saya memiliki tanggung-jawab untuk melindungi Dharma dan semua makhluk dan melawan skema yang sangat merugikan itu, dengan ini saya mendeklarasikan pernyataan berikut.