Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Topik Buddhisme => Buddhisme dengan Agama, Kepercayaan, Tradisi dan Filsafat Lain => Topic started by: tesla on 09 April 2008, 04:38:55 PM

Title: J KrishnaMurti
Post by: tesla on 09 April 2008, 04:38:55 PM
minta pendapat rekan2...
menurutku pararelnya Buddhisme...

Quote from: semar00 [at
kaskus]
[size=+1]J. Krishnamurti
(1895 – 1986)
[/size]

Nama Jiddu Krishnamurti tidak asing lagi bagi para pejalan spiritual. Ia dilahirkan pada tahun 1895 di Madanapalle, India, anak ke delapan dari sebuah keluarga brahmana. Pada usia 14 tahun, ia “ditemukan” oleh C.W. Leadbeater, seorang pemimpin Teosofi, yang melihat anak itu “memiliki aura sangat luar biasa, tanpa sedikit pun sikap mementingkan diri sendiri”. Sejak itu Krishnamurti dididik oleh para pemimpin Teosofi dan disiapkan untuk menjadi “wahana” bagi “Guru Dunia” (Lord Maitreya)—yang dipercaya oleh kaum Teosofi pada waktu itu akan datang kembali ke dunia 2000 tahun setelah kedatangannya yang terakhir sebagai Yesus Kristus. Untuk menyambut peristiwa itu dibentuklah Tarekat Bintang di Timur [The Order of the Star in the East], di mana ia menjadi ketuanya. Perkumpulan itu kemudian diubah namanya menjadi Tarekat Bintang.

Namun ternyata kemudian Krishnamurti menempuh jalan-nya sendiri, menyimpang dari garis yang ditetapkan oleh Teosofi. Pada tahun 1922, dalam usia 27 tahun, ia mengalami proses Pencerahan yang berlangsung selama 3 hari, di mana ia mengalami kesadaran yang berubah:
[indent]“... Ada seseorang tengah memperbaiki jalan, orang itu adalah aku; beliung yang dipegangnya adalah aku; batu yang tengah dipecahnya adalah bagian dariku; helai rumput yang rapuh adalah aku; dan pohon di samping orang itu adalah aku.”[/indent]
Dan pada akhir proses Pencerahan itu ia menyatakan:
[indent]“Aku sangat berbahagia karena aku telah melihat. Tak ada yang akan kembali seperti dulu lagi. Aku telah minum air yang jernih dan murni dari sumber mata air kehidupan, dan dahagaku telah terpuaskan. Tak akan pernah lagi aku berada dalam kegelapan; aku telah melihat Cahaya itu. ... Aku telah menyentuh Welas Asih yang menyembuhkan segenap kesedihan dan penderitaan; itu bukan untukku sendiri, melainkan untuk dunia. Sumber Kebenaran telah terbuka bagiku dan kegelapan telah lenyap. Cinta dalam seluruh kemegahannya telah memabukkan hatiku; hatiku tak akan pernah tertutup lagi. Aku telah minum dari pancuran Sukacita dan Keindahan abadi. ”[/indent] Ia menggambarkan dirinya “mabuk Illahi”.

Pada tahun 1929 dibubarkannya Tarekat Bintang dengan berkata:
[indent]“Saya nyatakan bahwa kebenaran adalah wilayah tanpa jalan [Truth is a pathless land[/b]], dan kalian tak dapat mendekatinya melalui jalan apa pun, melalui agama apa pun, melalui sekte apa pun. Itulah sudut pandangku, dan saya berpegang pada itu secara mutlak dan tanpa syarat.
Kebenaran, yang tanpa batas, tak terkondisi, tak dapat didekati melalui jalan apa pun, tak dapat diorganisir; tidak semestinya dibentuk suatu organisasi untuk menuntun atau memaksa orang menempuh suatu jalan tertentu. ... Anda mungkin membentuk tarekat-tarekat lain, Anda akan terus masuk organisasi lain untuk mencari kebenaran. ... Aku tidak ingin masuk organisasi spiritual apa pun; harap pahami ini. Jika suatu organisasi dibentuk untuk tujuan itu, itu akan menjadi tongkat penopang, kelemahan, belenggu, dan pasti akan melumpuhkan manusia, dan menghalanginya tumbuh, untuk menegakkan keunikannya, yang terletak pada penemuannya sendiri akan Kebenaran mutlak yang tak terkondisi. ... Aku tidak menginginkan pengikut. Pada saat kalian mengikuti seseorang, kalian tidak lagi mengikuti Kebenaran. ... Oleh karena aku bebas, tak terkondisi, utuh, bukan bagian, bukan relatif, melainkan seluruh kebenaran yang abadi, aku menghendaki mereka yang ingin memahamiku, untuk bebas pula, bukan mengikutiku, bukan membuat dariku sebuah kurungan, yang akan menjadi sebuah agama, sebuah sekte. ... Kini aku telah memutuskan untuk membubarkan Tarekat ini, karena kebetulan aku menjadi Ketuanya. Kalian boleh membentuk organisasi-organisasi lain dan mengharapkan orang lain. Aku tak peduli dengan itu, tidak pula dengan menciptakan kurungan-kurungan baru, dan hiasan-hiasan baru untuk kurungan itu. Satu-satunya minatku hanyalah membuat manusia bebas secara mutlak, tanpa terkondisi.”[/indent]

Pada tahun 1930 ia keluar dari Perhimpunan Teosofi.

Sejak itu ia berkelana ke banyak kota di berbagai benua, berbicara kepada setiap orang yang mau mendengarkannya. Kehidupan seperti itu dijalaninya sampai ia meninggal dunia pada tahun 1986, dalam usia 91 tahun, di Ojai, California. Puluhan judul buku diterbitkan di seluruh dunia berisikan ceramah, dialog dan tulisannya. Beberapa sekolah yang menyelenggarakan pendidikan berdasarkan ajarannya didirikan di India, Inggris dan California.

Dalam sebuah tulisan singkat pada tahun 1980, ia menguraikan intisari ajarannya, yang disebutnya The Core of the Teachings[/i]:
[indent]“Intisari ajaran Krishnamurti terkandung dalam pernyataan yang dibuatnya pada tahun 1929, ketika ia berkata, ‘Kebenaran adalah wilayah tanpa jalan’. Manusia tidak bisa sampai ke situ melalui organisasi apa pun, melalui kepercayaan apa pun, melalui dogma, pendeta atau ritual apa pun, tidak pula melalui pengetahuan filosofis atau teknik psikologis. Ia harus menemukannya melalui cermin relasi, melalui pemahaman akan isi batinnya sendiri, melalui pengamatan dan bukan melalui analisis intelektual atau pembedahan introspektif. Manusia telah membangun di dalam dirinya citra-citra [images] sebagai pagar keamanan—religius, politis dan pribadi. Ini terwujud sebagai simbol, ide dan kepercayaan. Beban citra-citra ini mendominasi pemikiran, relasi dan kehidupan sehari-hari manusia. Citra-citra inilah penyebab dari masalah-masalah kita, oleh karena citra-citra ini memisahkan manusia dari manusia. Persepsinya mengenai kehidupan dibentuk oleh konsep-konsep yang telah tertanam dalam batinnya. Isi kesadarannya adalah seluruh eksistensinya. Isi ini sama bagi seluruh kemanusiaan. Individualitas adalah nama, wujud dan budaya superfisial yang diperolehnya dari tradisi dan lingkungan. Keunikan manusia bukan terletak pada yang superfisial, melainkan pada kebebasan sepenuhnya dari isi kesadarannya, yang sama bagi seluruh umat manusia. Jadi ia bukanlah individu.

Kebebasan bukanlah reaksi, kebebasan bukanlah pilihan. Hanyalah anggapan manusia saja yang merasa bebas karena ia mempunyai pilihan. Kebebasan adalah pengamatan murni tanpa arah, tanpa takut akan hukuman dan ganjaran. Kebebasan adalah tanpa motif; kebebasan bukan terletak pada akhir evolusi manusia, melainkan pada langkah pertama dari eksistensinya. Dalam pengamatan orang mulai menemukan tidak adanya kebebasan. Kebebasan ditemukan dalam kesadaran tanpa-memilih akan eksistensi dan kegiatan kita sehari-hari.

Pikiran adalah waktu. Pikiran lahir dari pengalaman dan pengetahuan, yang tidak terpisah dari waktu dan masa lampau. Waktu adalah musuh psikologis manusia. Tindakan kita didasarkan pada pengetahuan dan dengan demikian pada waktu, sehingga manusia selalu menjadi budak masa lampau. Pikiran selalu terbatas dan dengan demikian kita hidup dalam konflik dan pergulatan terus-menerus. Tidak ada evolusi psikologis.

Bila manusia sadar akan gerak pikirannya sendiri, ia akan melihat pemisahan antara si pemikir dan pikirannya, antara si pengamat dan yang diamati, antara yang mengalami dan yang dialami. Ia akan menemukan bahwa pemisahan ini ilusi. Maka hanya di situlah terdapat pengamatan murni, yang adalah pencerahan tanpa secercah bayangan dari masa lampau atau dari waktu. Pencerahan tanpa-waktu
[timeless] ini menghasilkan perubahan mendalam dan radikal dalam batin.

Negasi total adalah esensi dari yang positif. Bila terdapat negasi dari semua hal yang telah dibuat oleh pikiran secara psikologis, maka hanya di situlah terdapat cinta
[love], yakni welas asih [compassion] dan kecerdasan [intelligence].

[Bold dan underline dari semar.][/indent]
Salam,
semar

Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: HokBen on 09 April 2008, 04:50:26 PM
Inget nama J K , inget Pak Hudoyo..
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: tesla on 09 April 2008, 04:54:42 PM
^apa hubungannya ben?
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: tesla on 09 April 2008, 04:59:53 PM
Quote from: semar di kaskus;27650475
[size=+1]
Kelekatan Adalah Pelarian Diri[/color][/b][/size]

[indent]Cobalah sekadar menyadari keterkondisian Anda. Anda hanya dapat mengetahuinya secara tidak langsung, dalam hubungan dengan sesuatu yang lain. Anda tidak dapat menyadari keterkondisian Anda sebagai suatu abstraksi, oleh karena ia lalu menjadi sekadar kata-kata, tanpa banyak arti. Kita hanya bisa menyadari adanya konflik. Konflik muncul apabila tidak terdapat keterpaduan antara tantangan dan respons. Konflik ini adalah akibat dari keterkondisian kita. Keterkondisian adalah kelekatan: kelekatan pada kerja, pada tradisi, pada harta benda, pada orang, pada gagasan, dan sebagainya. Jika tidak terdapat kelekatan, apakah ada keterkondisian? Tentu tidak. Jadi mengapa kita melekat? Saya melekat kepada negaraku oleh karena dengan identifikasi seperti itu saya punya arti. Saya mengidentifikasikan diri saya dengan pekerjaan saya, dan pekerjaan itu menjadi penting. Aku adalah keluargaku, harta bendaku; saya melekat kepadanya. Obyek kelekatan itu memberikan kepada saya cara untuk melarikan diri dari kehampaan diri saya sendiri. Kelekatan adalah pelarian diri, dan pelarian diri itulah yang memperkuat pengkondisian.[/indent]

[Dari: J. Krishnamurti - The Book of Life[/b]]

Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 09 April 2008, 05:14:21 PM
Ada hubungannya dengan Buddhisme? Kalau ada coba dijelaskan.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: tesla on 09 April 2008, 05:31:43 PM
Ada hubungannya dengan Buddhisme? Kalau ada coba dijelaskan.

bro... jgn delete cepat2 yah...

kebanyakan yg dipost di thread lain di sub forum ini berlabel Buddha tetapi secara content tidak. yg gua post di sini tidak berlabel Buddha tetapi content Buddhisme. memang tidak ada 4 kebenaran ariya, jalan utama beruas 8, kamma & rebirth...

contentnya adalah anatta & nibbana...
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: nyanabhadra on 09 April 2008, 05:48:06 PM
Ada hubungannya dengan Buddhisme? Kalau ada coba dijelaskan.

bro... jgn delete cepat2 yah...

kebanyakan yg dipost di thread lain di sub forum ini berlabel Buddha tetapi secara content tidak. yg gua post di sini tidak berlabel Buddha tetapi content Buddhisme. memang tidak ada 4 kebenaran ariya, jalan utama beruas 8, kamma & rebirth...

contentnya adalah anatta & nibbana...

Setelah mempelajari buddhis dgn benar dan tepat, barulah bisa membedakan antara pandangan buddhis maupun non-buddhis.

memang ada kandungan shunyata, anattha, prajna........bahkan Agaman Hindu juga terdapat kemiripan dengan ajaran Buddha, karena Buddha mengajarkan hal yang universal, kebenaran sejati, jadi wajar ada persamaan, namun Tesla jg perlu mengetahui fokus jalur di mana. jika tidak fokus pada satu jalur, perpencarahan batin dan penggabungan (mixture) konsep non-buddhis bisa bercampur, entah hasilnya seperti apa?? saya tidak tahu.

memang kebenaran tertinggi / kebenaran sejati tidak mengenal pembatas antara pandangan buddhis dan non buddhis, mereka share the truth to certain level, sisanya saya tidak berani komen, apalagi setelah membandingkan pikiran, ucapan, dan tindakan JK.....apakah terdapat suatu keselarasan???
coba periksa ucapan dan tindakan Buddha Shakyamuni, apakah selaras?

naskah2 seperti ini, karya JK, Anad Krhisna, dll...boleh juga dilirik, namun saya pribadi enggan melihat terlalu banyak, namun terserah anda, kalau tertarik yah silakan memperdalam.

semoga menjadi bahan renungan bersama,

bown and respect,
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: tesla on 09 April 2008, 06:11:50 PM
Setelah mempelajari buddhis dgn benar dan tepat, barulah bisa membedakan antara pandangan buddhis maupun non-buddhis.
bagaimana mempelajari Buddhist dg "benar dan tepat"?
bagaimana saya tahu yg saya pelajari itu sudah "benar & tepat?" ---> rasanya ini kembali ke masing2 individu atau aliran yah... Samanera memilih jalur Tibetan Buddhist, tentu saja telah memiliki pandangan Tibetan Buddhist lah yg "benar & tepat". tapi hal itu belum tentu sama bagi individu lain ;)

Quote
memang ada kandungan shunyata, anattha, prajna........bahkan Agaman Hindu juga terdapat kemiripan dengan ajaran Buddha, karena Buddha mengajarkan hal yang universal, kebenaran sejati, jadi wajar ada persamaan, namun
pernyataan yg menarik...
terus terang dari pengalaman hidup saya sekarang saya baru menemukan konsep anatta kedua kalinya di sini sehingga saya mungkin menjadi terlalu bersemangat. terima kasih sudah memberitahukan informasi ini kepada saya.

Quote
Tesla jg perlu mengetahui fokus jalur di mana. jika tidak fokus pada satu jalur, perpencarahan batin dan penggabungan (mixture) konsep non-buddhis bisa bercampur, entah hasilnya seperti apa?? saya tidak tahu.
secara content memang tidak selengkap ajaran Buddha, tetapi sampai saat ini saya belum menemukan yg non-buddhist :) Buddhist ataupun Non-Buddhist itu sendiri pun adalah konsep yg tak penting. lebih penting bagi saya adalah memilah mana yg benar dan mana yg salah :)
seandainya saya menemukan sesuatu yg salah dalam tulisan J Krishnamurti ini (atau dalam ajaran Buddha) tentu saja tidak akan saya ikutin. saya menyadari bahwa pada taraf tertentu saya juga belum bisa membedakan mana yg benar dan salah. saya masih umat perumahtangga, oleh karena itu masih butuh bimbingan terutama oleh anggota sangha ;)

alangkah baiknya bila samanera bersedia menunjukkan mana yg salah, agar saya tidak binggung :)

Quote
memang kebenaran tertinggi / kebenaran sejati tidak mengenal pembatas antara pandangan buddhis dan non buddhis, mereka share the truth to certain level, sisanya saya tidak berani komen, apalagi setelah membandingkan pikiran, ucapan, dan tindakan JK.....apakah terdapat suatu keselarasan???

coba periksa ucapan dan tindakan Buddha Shakyamuni, apakah selaras?
apakah ada makna terselubung di tulisan samanera? atau murni hanya sebuah dorongan agar saya selalu ber-ehipassiko?

Quote
naskah2 seperti ini, karya JK, Anad Krhisna, dll...boleh juga dilirik, namun saya pribadi enggan melihat terlalu banyak, namun terserah anda, kalau tertarik yah silakan memperdalam.

semoga menjadi bahan renungan bersama,

bown and respect,

bow and respect
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: tesla on 09 April 2008, 06:43:32 PM
Quote from: semar00;27651566
Bunga luar biasa yang tak pernah layu ini

Pernahkah Anda bertanya kepada diri sendiri, mengapa umat manusia tidak memiliki ini? Mereka punya anak, bersanggama, kelembutan, berbagi sesuatu bersama dalam pertemanan, persahabatan, perkawanan, tetapi yang ini, mengapa mereka tidak memilikinya? Pernahkah Anda bertanya, dengan santai ketika Anda tengah berjalan sendirian di sebuah jalan yang kotor, atau duduk dalam sebuah bus, atau berlibur di tepi pantai, atau berjalan di hutan dengan banyak burung, pepohonan, sungai kecil dan binatang liar -- pernahkah Anda bertanya, mengapa manusia, yang telah hidup berjuta-juta tahun, tidak memiliki ini, bunga luar biasa yang tak pernah layu ini? ...

J Krishnamurti - Freedom from the Known, 123

[Dari: JKrishnamurti.org - Daily Quote]

Buddha mengajarkan kepada kita 3 corak umum, salah satunya adalah: sabbe sankhara anicca
semua yg terkondisi adalah tidak kekal. Bunga yg tidak pernah layu yg dimaksud menurut saya memiliki nama "nibbana" (hanya nibbana lah yg tidak termasuk dalam objek berkondisi, oleh karena itu corak anicca tidak berlaku hanya pada nibbana) di Buddhisme...
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: andry on 09 April 2008, 10:45:51 PM
 :)) selamat menyelami bro tesla..
memang kenapa bro telsa??
apa yg ingin anda pertanyakan ttg Jiddu Krishnamurti?
saya belum paham.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: tesla on 09 April 2008, 11:08:10 PM
:)) selamat menyelami bro tesla..
memang kenapa bro telsa??
apa yg ingin anda pertanyakan ttg Jiddu Krishnamurti?
saya belum paham.

pertama cuma ingin share...
menurutku sangat selaras dgn ajaran Buddha (padahal tidak melalui path Buddha (jalan beruas 8)... hanya meditasi (samadhi)...)
bro andry tahu banyak tentang J Krishnamurti ini?
apa J Krishnamurti ini punya background Buddhisme atau pencapaiannya adalah hasil meditasi yg mirip vipassana (pengamatan bathin) ??
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: andry on 09 April 2008, 11:33:57 PM
:)) selamat menyelami bro tesla..
memang kenapa bro telsa??
apa yg ingin anda pertanyakan ttg Jiddu Krishnamurti?
saya belum paham.

pertama cuma ingin share...
menurutku sangat selaras dgn ajaran Buddha (padahal tidak melalui path Buddha (jalan beruas 8)... hanya meditasi (samadhi)...)
bro andry tahu banyak tentang J Krishnamurti ini?
apa J Krishnamurti ini punya background Buddhisme atau pencapaiannya adalah hasil meditasi yg mirip vipassana (pengamatan bathin) ??
Wah saya tidak tahu banyak bro, maaf..
sejauh yang saya ketahui, sama seperti post anda di awal..
Krishnamurti lebih ke penyelaman dalam diri..
melihat ke dalam dimana tiada dualitas..
di krishnamurti memang tidak diberikan step2.. untuk pembebasan batin, tidak seperti di buddhis kita diberikan jalur arya beruas delapan, sejauh yang saya ketahui pula, J.K hanya melihat apa adanya..(mirip kan dgn vipasana bhavana?)
pencarian anda,penyelaman anda, tidak ada yang dapat membantu anda, hanya diri anda sendiri yang dapat membantunya..

Selamat menyelam bro tesla,
 _/\_
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: uwi on 10 April 2008, 01:06:35 AM
:)) selamat menyelami bro tesla..
memang kenapa bro telsa??
apa yg ingin anda pertanyakan ttg Jiddu Krishnamurti?
saya belum paham.

pertama cuma ingin share...
menurutku sangat selaras dgn ajaran Buddha (padahal tidak melalui path Buddha (jalan beruas 8)... hanya meditasi (samadhi)...)
bro andry tahu banyak tentang J Krishnamurti ini?
apa J Krishnamurti ini punya background Buddhisme atau pencapaiannya adalah hasil meditasi yg mirip vipassana (pengamatan bathin) ??

jk background nya theosophy. ambil dari kaskus ya? coba ikuti thread mmd pak semar disana. ya inget jk inget pak hudoyo, karena pak hudoyo giat menyebarkan uraian jk, salah satunya di milis-spiritual pada yahoogroups, silahkan mampir :).
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: nyanabhadra on 10 April 2008, 01:39:48 AM
Setelah mempelajari buddhis dgn benar dan tepat, barulah bisa membedakan antara pandangan buddhis maupun non-buddhis.
bagaimana mempelajari Buddhist dg "benar dan tepat"?
bagaimana saya tahu yg saya pelajari itu sudah "benar & tepat?" ---> rasanya ini kembali ke masing2 individu atau aliran yah... Samanera memilih jalur Tibetan Buddhist, tentu saja telah memiliki pandangan Tibetan Buddhist lah yg "benar & tepat". tapi hal itu belum tentu sama bagi individu lain ;)


Silakan cari, cara pertama adalah studi, kemudian renungkan berulang kali, setelah itu meditasikan, dan terapkan, rasakan sendiri manisnya gula, namun bukan aku yang makan terus kamu yang menberi deskripsi manis, makan sendiri tuh gula :)

terus kita ngomong benar dan tepat, kita butuh ruang yg lebih luas utk berbicara aspek studi, perenungan, dan meditasi, maaf terlalu panjang utk nulis di sini.

Anda bukanlah saya, bagaimana anda bisa tahu kalau saya memandang Tibetan Mahayana yang tepat dan benar? terlalu cepat menurunkan kesimpulan seperti ini tesla, jangan menilai buku dari sampulnya :)

Saya belajar filsafat mahayana secara umum, dan saya juga mempelajari Theravada. jadi semuanya dalam proses eksplorasi, dan fokus sy memang di mahayana tibetan, namun bukan berarti ini yg tepat dan benar....maaf....saya terpaksa menolak kesimpulan darimu ;)

bow and respect,
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sumedho on 10 April 2008, 05:25:28 AM
hmm semar itu pak hudoyo hupudio koq. awalnya dikasih tahu mas uwi, lalu belakangan pak hud sendiri yang ngaku. Sekarang emang dia sedang getol maen di kaskus. kalo pada mau tahu lebih banyak tentang hubungan JK dan Buddhisme, nanti aye undang kesini deh :)
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 10 April 2008, 08:08:16 AM
Teosophy, menarik sekali. Dari dulu saya beranggapan Teosophy ini agak "menyimpang". Mereka memang sangat dekat dengan Buddhisme, tetapi dengan ada konsep mirip "atta" (tuhan universal).

Bhikkhu Ashin Jinarakitha sebelum jadi anggota Sangha juga Teosophy ini kan? Dan Ibu Parwati Soepangat salah satu tokok Buddhis terkenal juga aktif di Teosphy adalah guru saya dulu, dan juga guru Samanera dulu semasa kuliah sebelum penahbisan.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: morpheus on 10 April 2008, 08:23:12 AM
yg dimaksud bang uwi backgroundnya theosophy, bukan berarti jk itu penganut theosophy... theosophy itu semacam perkumpulan "new age" yg mengandalkan wangsit2 dari yg mereka sebut "masters".

jk dulunya "ditemukan" oleh orang theosophy yg namanya leadbeater. konon leadbeater terpesona menyaksikan aura sang anak begitu indah, pertanda pencapaian spiritual tertentu. jk kemudian diboyong oleh leadbeater dan disokong oleh pentolan theosophy annie besant. oleh theosphy, jk diprediksikan besarnya akan menyatu dengan salah satu "master" yg tertinggi, yaitu "maitreya", menjadi guru dunia ;D

akan tetapi, setelah kematian adiknya, jk mengalami semacam pencerahan tersendiri dan mulai mengajarkan ajaran2 yg seperti kita temuin sekarang. akhirnya jk yg waktu itu ketua "order of the star" (salah satu organisasi theosophy) membubarkan perkumpulan yg diketuainya dengan pidato yg terkenal "truth is a pathless land". sejak itu jk berdiri sendiri, tidak mau memiliki pengikut ataupun dipanggil guru dunia lagi. dia mengajarkan ajarannya secara independen dari kota ke kota... sebagian anggota theosophy mengikuti jk dari satu kotbah ke kotbah lainnya dan sebagian lainnya menganggap jk telah "tersesat" dan mengkhianati theosophy...
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: williamhalim on 10 April 2008, 10:01:18 AM
yg dimaksud bang uwi backgroundnya theosophy, bukan berarti jk itu penganut theosophy... theosophy itu semacam perkumpulan "new age" yg mengandalkan wangsit2 dari yg mereka sebut "masters".

jk dulunya "ditemukan" oleh orang theosophy yg namanya leadbeater. konon leadbeater terpesona menyaksikan aura sang anak begitu indah, pertanda pencapaian spiritual tertentu. jk kemudian diboyong oleh leadbeater dan disokong oleh pentolan theosophy annie besant. oleh theosphy, jk diprediksikan besarnya akan menyatu dengan salah satu "master" yg tertinggi, yaitu "maitreya", menjadi guru dunia ;D

akan tetapi, setelah kematian adiknya, jk mengalami semacam pencerahan tersendiri dan mulai mengajarkan ajaran2 yg seperti kita temuin sekarang. akhirnya jk yg waktu itu ketua "order of the star" (salah satu organisasi theosophy) membubarkan perkumpulan yg diketuainya dengan pidato yg terkenal "truth is a pathless land". sejak itu jk berdiri sendiri, tidak mau memiliki pengikut ataupun dipanggil guru dunia lagi. dia mengajarkan ajarannya secara independen dari kota ke kota... sebagian anggota theosophy mengikuti jk dari satu kotbah ke kotbah lainnya dan sebagian lainnya menganggap jk telah "tersesat" dan mengkhianati theosophy...


Yap.
Ada yg cocok dengan jalan yg ditawarkan JK, ada pula yg merasa kurang tepat... jadi, kembali ke pribadi masing2.

Secara global, memang ajaran JK ada benang merahnya dengan Buddhism mainstream, terutama Anatta, Padamnya si Aku.

Bro Ben, jadi undang Pak Hud untuk sharing sedikit tentang "JK dan Buddhism" bagi forum ini? Akan sangat menarik karena langsung dari pakarnya.

Anumodana

 _/\_
 
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sumedho on 10 April 2008, 10:10:05 AM
Nanti malam saya kirim email atau mungkin telp ke pak Hud. Mengingat dia adalah mantan bhikkhu juga, tentu beliau bisa menjelaskan dengan "bahasa" buddhis bisa lebih mengena utk teman2x, kalau mau bahasa umum/sekuler juga bisa.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: tesla on 10 April 2008, 08:14:13 PM
Silakan cari, cara pertama adalah studi, kemudian renungkan berulang kali, setelah itu meditasikan, dan terapkan, rasakan sendiri manisnya gula, namun bukan aku yang makan terus kamu yang menberi deskripsi manis, makan sendiri tuh gula :)

terus kita ngomong benar dan tepat, kita butuh ruang yg lebih luas utk berbicara aspek studi, perenungan, dan meditasi, maaf terlalu panjang utk nulis di sini.
sebenarnya maksud saya bukan bertanya mana yg 'benar & tepat' tadi... maksud saya adalah mana yg benar & tepat dapat berbeda tergantung masing2 individu.

terima kasih atas jalan penulusuran yg samanera bersedia utk share.

bow

Quote
Anda bukanlah saya, bagaimana anda bisa tahu kalau saya memandang Tibetan Mahayana yang tepat dan benar? terlalu cepat menurunkan kesimpulan seperti ini tesla, jangan menilai buku dari sampulnya :)
maafkan saya...
boleh saya tahu kenapa samanera memilih jalan yg sekarang padahal menurut samanera sendiri ini bukanlah path yg tepat & benar?

Quote
Saya belajar filsafat mahayana secara umum, dan saya juga mempelajari Theravada. jadi semuanya dalam proses eksplorasi, dan fokus sy memang di mahayana tibetan, namun bukan berarti ini yg tepat dan benar.
yup sama seperti saya...
secara umum saya mempelajari Buddhisme, tapi tidak menutup mata untuk melihat pelajaran di luar Buddhisme :)
artinya kita berdua sama2 hasil yg samanera katakan sebelumnya tidak tahu seperti apa hasilnya nanti ;)

Quote
...maaf....saya terpaksa menolak kesimpulan darimu ;)
tidak, maafkan saya yg salah berkesimpulan...
semoga kesimpulan saya tidak menjadi objek penolakan di bathin samanera

Quote
bow and respect,
bow & respect
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: tesla on 10 April 2008, 09:27:25 PM
Nanti malam saya kirim email atau mungkin telp ke pak Hud. Mengingat dia adalah mantan bhikkhu juga, tentu beliau bisa menjelaskan dengan "bahasa" buddhis bisa lebih mengena utk teman2x, kalau mau bahasa umum/sekuler juga bisa.


mantan bhikkhu? :o
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: uwi on 10 April 2008, 09:54:04 PM
setahu saya pak hudoyo mantan bhikkhu :)
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: tesla on 10 April 2008, 10:02:21 PM
sekarang di jalur Buddhist atau pathless (JK?)?
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 10 April 2008, 10:14:45 PM
http://www.friendster.com/group-discussion/index.php?t=msg&th=419285&prevloaded=1&&start=40 (http://www.friendster.com/group-discussion/index.php?t=msg&th=419285&prevloaded=1&&start=40)

Kelihatannya agak ke arah pathless, berbeda pandangan dengan saya
Menunggu Pak Hudoyo untuk diskusi yang lebih menarik
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: nyanabhadra on 10 April 2008, 10:32:17 PM
sebenarnya maksud saya bukan bertanya mana yg 'benar & tepat' tadi... maksud saya adalah mana yg benar & tepat dapat berbeda tergantung masing2 individu.

terima kasih atas jalan penulusuran yg samanera bersedia utk share.

bow
Benar dan tepat hanyalah kesimpulan sementara juga, ketika pemahamanmu telah 'upgrade', definisi anda juga sedikit berbeda lagi tentang yg benar dan tepat, namun apa yg aku yakin definisi paling tepat adalah anicca, dukkha, anattha, shunyata, dan nirvana (ADASN), lain lagi kalau bicara realisasi atas ADASN, ini sudah pasti ga bisa dibantah.

Quote
maafkan saya...
boleh saya tahu kenapa samanera memilih jalan yg sekarang padahal menurut samanera sendiri ini bukanlah path yg tepat & benar?

Jalan Buddha :) sedang mencari-cari di semua aliran yg ada, namun sy tetap fokus pada mahayana.

Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: tesla on 10 April 2008, 10:54:50 PM
sebenarnya maksud saya bukan bertanya mana yg 'benar & tepat' tadi... maksud saya adalah mana yg benar & tepat dapat berbeda tergantung masing2 individu.

terima kasih atas jalan penulusuran yg samanera bersedia utk share.

bow
Benar dan tepat hanyalah kesimpulan sementara juga, ketika pemahamanmu telah 'upgrade', definisi anda juga sedikit berbeda lagi tentang yg benar dan tepat, namun apa yg aku yakin definisi paling tepat adalah anicca, dukkha, anattha, shunyata, dan nirvana (ADASN), lain lagi kalau bicara realisasi atas ADASN, ini sudah pasti ga bisa dibantah.

Quote
maafkan saya...
boleh saya tahu kenapa samanera memilih jalan yg sekarang padahal menurut samanera sendiri ini bukanlah path yg tepat & benar?

Jalan Buddha :) sedang mencari-cari di semua aliran yg ada, namun sy tetap fokus pada mahayana.



Anumodana _/\_
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sumedho on 11 April 2008, 08:37:10 AM
maap teman2x, sehubungan ada domestic issue, kemarin jadi tidak sempat. Coba nanti. tadi pagi saya sudah sempat telp beliau dan mengundang kemari.

sementara itu, bisa baca juga cerita beliau disini http://dhammacitta.org/artikel/hudoyo-hupudio/bhante-khantidharo-yang-saya-kenal
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: SandalJepit on 11 April 2008, 01:45:59 PM
sekarang di jalur Buddhist atau pathless (JK?)?
pathless == tanpa jalan.   :o :o :o .. maksudnye apa ini.. ?  :o :o :o
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sumedho on 11 April 2008, 03:11:24 PM
FYI, pak hud ada bimbing retreat meditasi weekend ini, mungkin minggu malam atau senin baru bisa on lagi.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Lex Chan on 11 April 2008, 03:33:56 PM
Nanti malam saya kirim email atau mungkin telp ke pak Hud. Mengingat dia adalah mantan bhikkhu juga, tentu beliau bisa menjelaskan dengan "bahasa" buddhis bisa lebih mengena utk teman2x, kalau mau bahasa umum/sekuler juga bisa.
mantan bhikkhu? :o

Iya, kalau tidak salah guru Pak Hudoyo adalah alm. YM. Bhante Vin Vijjano.. :)
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Lex Chan on 11 April 2008, 03:46:51 PM
sekarang di jalur Buddhist atau pathless (JK?)?
pathless == tanpa jalan.   :o :o :o .. maksudnye apa ini.. ?  :o :o :o

Bro SandalJepit programmer C languange ya? ^-^

Menurut saya, jalur Buddhis dan pathless pada hakikatnya sama. Jadi mengapa dibedakan? Bedanya hanya di kulit, yaitu ritual, pembacaan paritta / mantra, sujud, dll.. :)

Yang dimaksud dengan pathless adalah "diam" / "berhenti" / "tidak ke mana-mana". Untuk memahami ini, cobalah untuk mengacu pada ucapan Buddha kepada Angulimala yang kira-kira demikian: "Angulimala, saya sudah 'berhenti'. Kamulah yang belum 'berhenti'."
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: tesla on 11 April 2008, 05:13:23 PM
sekarang di jalur Buddhist atau pathless (JK?)?
pathless == tanpa jalan.   :o :o :o .. maksudnye apa ini.. ?  :o :o :o

Bro SandalJepit programmer C languange ya? ^-^

Menurut saya, jalur Buddhis dan pathless pada hakikatnya sama. Jadi mengapa dibedakan? Bedanya hanya di kulit, yaitu ritual, pembacaan paritta / mantra, sujud, dll.. :)

Yang dimaksud dengan pathless adalah "diam" / "berhenti" / "tidak ke mana-mana". Untuk memahami ini, cobalah untuk mengacu pada ucapan Buddha kepada Angulimala yang kira-kira demikian: "Angulimala, saya sudah 'berhenti'. Kamulah yang belum 'berhenti'."

bedanya satu ada label ("Buddha"),
yg satu lagi ga ada label.

& IMO, label pada agama Buddha sendiri sebenarnya muncul pada praktek Buddhisme sekarang ini. kalau mengacu pada sutta, setahu saya Sang Buddha tidak pernah melabeli ajarannya.

OOT: Banyak yg punya background IT di sini yah... :)
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 11 April 2008, 05:15:31 PM
yang melabeli kadang-kadang punya alasan lain, biar gak kecampur-campur pandangan salah

mau tidak mau
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: SandalJepit on 11 April 2008, 05:28:00 PM
keliatan banget ya kalau orang IT.. :D .  tombolnya ketekan 2 kali jadi "== " mustinya "="  :P
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: tesla on 11 April 2008, 09:00:23 PM
yang melabeli kadang-kadang punya alasan lain, biar gak kecampur-campur pandangan salah

mau tidak mau
dan fanatisme adalah konsekuensinya
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Forte on 11 April 2008, 09:28:44 PM
keliatan banget ya kalau orang IT.. :D .  tombolnya ketekan 2 kali jadi "== " mustinya "="  :P
biar benar2 exact sama dengan ^-^
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sumedho on 11 April 2008, 09:53:22 PM
kalo bener2x exact  === di js  ^-^

 :backtotopic:
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: tesla on 13 April 2008, 10:26:06 AM
Keinginan Selamanya Tetap Keinginan

    Untuk menghindarkan penderitaan kita memupuk sikap melepaskan. Setelah diperingatkan bahwa kelekatan cepat atau lambat menghasilkan kesedihan, kita ingin menjadi lepas. Kelekatan memang memuaskan, tetapi setelah melihat kepedihan di dalamnya, kita ingin pemuasan dengan cara lain, yakni melalui kelepasan. Kelepasan sama saja dengan kelekatan selama memberikan pemuasan. Jadi yang sesungguhnya kita cari adalah pemuasan; kita haus akan pemuasan dengan cara apa pun.

    Kita bergantung atau melekat oleh karena hal itu memberikan kenikmatan, keamanan, kekuasaan, rasa sejahtera, sekalipun di dalamnya terdapat kesedihan dan ketakutan. Kita mencari kelepasan juga demi kenikmatan, supaya tidak tersakiti, supaya tidak terluka di dalam batin. Pencarian kita adalah demi kenikmatan, pemuasan. Tanpa menyalahkan atau membenarkan kita harus mencoba memahami proses ini, oleh karena kalau kita tidak memahaminya maka tidak ada jalan keluar dari kebingungan dan kontradiksi kita. Dapatkah keinginan dipuaskan, ataukah itu merupakan sumur tanpa dasar? Entah kita menginginkan sesuatu yang rendah atau yang luhur, keinginan selamanya tetap keinginan, api yang membakar, dan apa yang dapat dilalapnya akan segera menjadi abu; tetapi keinginan akan pemuasan tetap ada, terus membara, terus melalap, tanpa akhir. Kelekatan dan kelepasan sama-sama mengikat, dan kedua-duanya harus diatasi.

[Dari: J. Krishnamurti - The Book of Life]
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: uwi on 14 April 2008, 09:33:57 PM
" kedua-duanya harus diatasi"
apa itu yang dapat mengatasi kedua hal itu?
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 15 April 2008, 08:37:40 AM
Mau tahu nih, apa sih definisi yang jelas dari pathless?

Apakah :
a. Tidak ada jalan?
b. Semua jalan sama saja?
c. Jalan tidak perlu dikasih label?
d. ???

Mohon petunjuknya.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: uwi on 15 April 2008, 09:03:20 AM
Pidato pembubaran Ordo Bintang Timur yang diucapkan Krishnamurti di Ommen pada tgl 3 Agustus 1929. Pidato ini kemudian diberi nama: "Kebenaran Adalah Wilayah Tanpa Jalan"  ["Truth Is A Pathless Land"], dicetak ulang dan dibuat pamflet berkali-kali, dan dijuluki "manifesto Krishnamurti".
----------------------------------------------------------

KEBENARAN ADALAH WILAYAH TANPA JALAN
Pembubaran Perkumpulan Bintang

Pagi ini kita akan membahas tentang pembubaran Perkumpulan Bintang. Banyak orang akan bersukacita, dan yang lain akan bersedih hati. Tapi ini bukan masalah bersukacita atau bersedih hati, oleh karena ini tidak bisa dihindarkan lagi, seperti akan saya jelaskan.

Anda mungkin ingat akan cerita bagaimana setan bersama seorang sahabatnya berjalan di jalanan, ketika mereka melihat di depan mereka seseorang membungkuk dan memungut sesuatu dari tanah, mengamatinya, lalu memasukkannya ke dalam sakunya. Sahabat itu bertanya kepada setan, "Apa yang dipungut orang itu?" "Ia memungut sekeping kebenaran," kata setan. "Wah, tentu Anda rugi," kata sahabat itu. "Ah, sama sekali tidak," kata setan, "saya akan membantunya mengorganisirnya."

Saya nyatakan bahwa kebenaran adalah wilayah tanpa jalan, dan Anda tidak dapat mendekatinya melalui jalan apa pun, melalui agama apa pun, melalui sekte apa pun. Itulah sudut pandang saya, dan saya menganutnya secara mutlak dan tanpa syarat. Kebenaran yang tak terbatas, tanpa syarat, tak mungkin didekati melalui jalan apa pun, tak dapat diorganisir; tidak seharusnya dibentuk suatu organisasi untuk membimbing atau memaksa orang berjalan menurut suatu jalan tertentu. Bila Anda mulai memahami ini, Anda akan melihat betapa tidak mungkinnya mengorganisir suatu kepercayaan. Kepercayaan adalah masalah pribadi sepenuhnya, dan Anda tidak dapat dan tidak seharusnya mengorganisirnya. Jika Anda lakukan itu, maka kepercayaan itu akan mati, mengkristal; ia menjadi rumusan kepercayaan (creed), sekte, agama, untuk dipaksakan kepada orang lain.

Itulah yang dicoba dilakukan oleh setiap orang di seluruh dunia. Kebenaran disempitkan dan dijadikan permainan oleh mereka yang lemah, oleh mereka yang hanya sementara waktu merasa tidak puas. Kebenaran tidak dapat ditarik turun; sebaliknya, setiap orang harus berupaya naik mendapatkannya. Anda tidak dapat membawa puncak gunung turun ke lembah. Bila Anda ingin sampai ke puncak gunung, Anda harus melewati lembah, mendaki lereng gunung, tanpa takut akan jurang-jurang menganga yang berbahaya. Anda harus mendaki menuju kebenaran; kebenaran tidak dapat "ditarik turun" atau diorganisir untuk Anda.

Organisasi terutama memupuk minat pada ide, tetapi organisasi hanya membangunkan minat dari luar. Minat yang tidak lahir dari cinta terhadap kebenaran, melainkan dirangsang oleh organisasi, tidak ada artinya. Organisasi menjadi kerangka yang ke dalamnya para anggota dapat menyesuaikan diri. Mereka tidak lagi berjuang untuk mendapatkan kebenaran atau sampai ke puncak gunung, melainkan mengukir tempat yang nyaman yang ke dalamnya mereka masuk, atau membiarkan organisasi menempatkan mereka, dan menganggap organisasi itu akan membawa mereka kepada kebenaran.

Saya tidak mau menjadi anggota organisasi spiritual apa pun; harap ini dipahami. Kemudian, saya nyatakan bahwa tidak ada suatu organisasi apa pun dapat membawa manusia kepada spiritualitas.

Jika suatu organisasi diciptakan untuk keperluan itu, ia akan menjadi tongkat penyangga, kelemahan, ikatan, dan akan melumpuhkan individu, dan mencegahnya berkembang, mencegahnya menegakkan keunikan dirinya, yang terletak dalam penemuannya sendiri akan kebenaran yang mutlak, tanpa syarat. Itulah alasan lain mengapa saya memutuskan --karena saya kebetulan menjadi Ketua Perhimpunan ini-- untuk membubarkannya. Tidak seorang pun telah membujuk saya untuk mengambil keputusan ini.

Ini bukan tindakan yang hebat, oleh karena saya tidak menginginkan pengikut, dan saya bersungguh-sungguh dalam hal ini. Pada saat Anda mengikuti seseorang, Anda tidak lagi mengikuti kebenaran. Saya tidak peduli apakah Anda menyimak apa yang saya katakan atau tidak. Saya ingin melakukan sesuatu di dunia, dan saya akan melakukannya dengan konsentrasi yang tak tergoyahkan. Saya hanya peduli dengan satu hal yang esensial: yakni membebaskan manusia. Saya ingin membebaskannya dari semua kurungan, dari semua ketakutan, dan tidak mendirikan agama, sekte baru, tidak pula menegakkan teori-teori baru dan filsafat-filsafat baru.

Lalu Anda tentu akan bertanya mengapa saya pergi berkelana ke seluruh dunia, dan terus-menerus bicara. Akan saya katakan kepada Anda alasan saya melakukannya: bukan karena saya menginginkan pengikut, bukan karena saya menginginkan suatu kelompok istimewa yang terdiri dari siswa-siswa istimewa. (Betapa manusia senang berbeda dari sesamanya, betapa pun menggelikan, absurd, dan remeh perbedaan itu; saya tidak ingin mendorong absurditas itu.) Saya tidak punya murid, tidak punya rasul, baik di dunia maupun di bidang spiritualitas.

Seorang wartawan yang mewawancarai saya menganggap pembubaran suatu organisasi yang mempunyai ribuan anggota sebagai perbuatan yang hebat. Baginya ini suatu perbuatan besar, karena seperti dikatakannya, "Apa yang ingin Anda lakukan sesudah ini, bagaimana Anda akan hidup? Anda tidak akan punya pengikut, orang tidak akan mendengarkan Anda lagi." Bila ada lima orang saja yang mendengarkan, yang akan hidup, yang akan memalingkan wajah mereka kepada keabadian, itu sudah cukup. Apa gunanya memiliki ribuan anggota yang tidak mengerti, yang sepenuhnya terlilit prasangka, yang tidak mau menjadi baru, melainkan lebih suka menerjemahkan yang baru agar sesuai dengan diri mereka yang mandul dan mampat? Jika saya berbicara dengan keras, harap jangan salah paham, itu bukan tanpa kasih sayang. Jika Anda pergi kepada seorang ahli bedah untuk dibedah, bukankah ia berbaik hati membedah Anda sekalipun menyakitkan? Jadi, seperti itu pula, jika saya bicara blak-blakan, itu bukan tanpa kepedulian yang sejati -- justru sebaliknya.

Seperti saya katakan, saya hanya punya satu tujuan: membebaskan manusia, mendorongnya menuju kebebasan; membantunya melepaskan diri dari semua keterbatasan, oleh karena hanya itulah yang akan memberinya kebahagiaan abadi, memberinya realisasi diri tanpa syarat.

Oleh karena saya bebas, tak terkondisi, utuh -- bukan menjadi bagian, bukan menjadi relatif, melainkan kebenaran yang utuh dan abadi-- saya ingin mereka yang berupaya memahami saya, untuk bebas, tidak mengikuti saya, tidak membuat saya menjadi sebuah kurungan yang akan menjadi agama, sekte. Sebaliknya, hendaklah mereka bebas dari segala ketakutan -- dari ketakutan terhadap agama, dari ketakutan terhadap penyelamatan, dari ketakutan terhadap spiritualitas, dari ketakutan terhadap cinta,
dari ketakutan terhadap kematian, dari ketakutan terhadap hidup itu sendiri. Sebagaimana seorang seniman melukis karena ia suka terhadap lukisan, karena itu merupakan ekspresi dirinya, keagungannya, kesejahteraannya, demikian pula saya melakukan ini dan bukan karena saya menginginkan sesuatu dari orang lain.

Anda terbiasa dengan otoritas, atau dengan suasana otoritas yang Anda pikir akan membawa Anda kepada spiritualitas. Anda berpikir dan berharap bahwa orang lain dapat, melalui kekuatan luar biasa --mukjizat-- membawa Anda ke alam kebebasan abadi, yang adalah kebahagiaan. Seluruh pandangan Anda terhadap kehidupan didasarkan kepada otoritas itu.

Anda telah mendengarkan saya selama tiga tahun sampai sekarang, tanpa mengalami perubahan sedikit pun kecuali dalam diri segelintir orang. Sekarang kajilah apa yang saya katakan, bersikaplah kritis, supaya Anda dapat mengerti sepenuhnya, secara mendasar. Bila Anda mencari otoritas untuk membimbing Anda menuju spiritualitas, dengan sendirinya mau tidak mau Anda akan membentuk organisasi di seputar otoritas itu. Dengan pembentukan organisasi itu sendiri -- yang Anda pikir akan membantu otoritas ini untuk membimbing Anda kepada spiritualitas -- Anda terperangkap dalam sebuah kurungan.

Selama delapan belas tahun Anda telah menyiapkan peristiwa ini, menyiapkan Kedatangan Guru Dunia. Selama delapan belas tahun Anda telah berorganisasi, Anda memandang kepada seseorang untuk memberi Anda kenikmatan-kenikmatan baru bagi hati dan pikiran Anda, untuk mengubah seluruh hidup Anda, untuk memberi Anda pemahaman baru; memandang kepada seseorang untuk mengangkat Anda ke suatu tingkatan kehidupan baru, untuk memberi Anda dorongan baru, untuk membebaskan Anda -- dan sekarang lihatlah, apa yang terjadi! Kajilah, pikirkanlah sendiri, dan lihat apakah kepercayaan itu telah mengubah Anda -- bukan perubahan dangkal dengan mengenakan sebuah lencana, yang adalah remeh, absurd. Apakah suatu kepercayaan dapat melenyapkan hal-hal yang tidak penting dalam kehidupan? Itulah satu-satunya cara menilai: apakah Anda menjadi lebih bebas, lebih agung, lebih berbahaya bagi setiap masyarakat yang berdasarkan kepalsuan dan hal-hal yang tidak esensial? Apakah para anggota Perkumpulan Bintang ini telah berubah?

Alih-alih keistimewaan spiritual lama, alih-alih pujaan-pujaan lama, Anda mempunyai pujaan baru. Anda semua menggantungkan spiritualitas Anda pada orang lain, menggantungkan kebahagiaan Anda pada orang lain, menggantungkan pencerahan Anda pada orang lain; dan sekalipun Anda telah mempersiapkan kedatangan saya selama delapan belas tahun, ketika saya katakan bahwa semua ini tidak perlu, ketika saya katakan bahwa Anda harus menyingkirkan semua itu dan mencari dalam diri Anda sendiri untuk memperoleh pencerahan, memperoleh keagungan, memperoleh penyucian, memperoleh kesucian diri yang tak terkotori, tidak seorang pun di antara Anda mau melakukannya. Mungkin ada sedikit, tetapi sedikit, sangat sedikit sekali yang melakukannya.

Oleh karena itu apa gunanya berorganisasi?

Untuk apa ada orang-orang palsu dan munafik mengikutiku, yang mewujudkan kebenaran? Harap diingat bahwa saya tidak mengatakan sesuatu yang keras atau tidak ramah, tetapi kita telah sampai pada situasi yang di situ Anda harus menghadapi hal-hal seperti apa adanya. Tahun lalu saya katakan bahwa saya tidak akan berkompromi. Pada waktu itu sangat sedikit yang menyimak saya. Tahun ini saya membuatnya gamblang secara mutlak. Saya tidak tahu berapa ribu di seluruh dunia --anggota Perhimpunan ini-- yang telah mempersiapkan kedatangan saya selama delapan belas tahun, dan sekalipun demikian mereka tidak bersedia menyimak tanpa syarat, secara utuh, apa yang saya katakan. Oleh karena itu apa gunanya berorganisasi?

Seperti telah saya katakan, tujuan saya adalah membebaskan manusia tanpa syarat, karena saya nyatakan bahwa satu-satunya spiritualitas adalah tak terkotorinya diri yang abadi, serta keselarasan antara akal budi dan cinta. Ini adalah kebenaran mutlak, tak bersyarat yang adalah hidup itu sendiri. Oleh karena itu saya ingin membebaskan manusia, bersukacita seperti burung di angkasa yang jernih, tanpa beban, tanpa tergantung, mengalami ekstase dalam kebebasan itu. Dan saya -- yang untuk saya Anda telah mempersiapkan diri selama delapan belas tahun -- sekarang berkata bahwa Anda harus bebas dari semua hal ini, bebas dari segala kerumitan Anda, bebas dari segala keterlibatan Anda. Untuk itu Anda tidak perlu mempunyai sebuah organisasi yang berdasarkan kepercayaan spiritual. Untuk apa sebuah organisasi bagi lima atau sepuluh orang di dunia yang akan mengerti, yang berjuang, yang mengesampingkan semua hal yang remeh? Dan bagi mereka yang lemah tidak ada organisasi yang dapat membantu mereka untuk mencapai kebenaran, oleh karena kebenaran ada di dalam diri setiap orang; ia tidak jauh, ia tidak dekat; ia ada di situ secara abadi.

Oganisasi tidak dapat membebaskan Anda. Tidak seorang pun dari luar yang dapat membebaskan Anda; tidak pula dengan mengorganisir pemujaan, tidak dengan menyiksa diri demi untuk suatu tujuan, akan membebaskan Anda; tidak dengan bergabung ke dalam suatu organisasi, tidak pula dengan membenamkan diri dalam kesibukan, dapat membebaskan Anda. Anda menggunakan mesin tik untuk menulis surat, tetapi Anda tidak meletakkan mesin tik itu pada sebuah altar dan memujanya. Tetapi itulah yang Anda kerjakan bila organisasi menjadi perhatian utama Anda. "Berapa banyak anggotanya?" Itulah pertanyaan pertama yang diajukan semua wartawan kepada saya. "Berapa banyak pengikut Anda? Dengan melihat jumlahnya kami dapat menilai apakah yang Anda katakan benar atau tidak." Saya tidak tahu berapa banyak anggota Perhimpunan ini. Saya tidak peduli dengan semua itu. Jika seandainya ada satu orang saja yang berhasil bebas, itu sudah cukup.

Kemudian, Anda mempunyai kepercayaan bahwa hanya orang-orang tertentu yang memegang kunci kerajaan kebahagiaan. Tidak seorang pun yang memegangnya. Tidak seorang pun mempunyai otoritas untuk memegangnya. Kuncinya adalah diri Anda sendiri; di dalam perkembangan dan pemurnian dan di dalam keadaan tak terkotori dari diri itu sendiri terletak kerajaan keabadian.Dengan demikian Anda akan melihat betapa absurdnya seluruh struktur yang telah Anda bangun, mencari pertolongan dari luar, bergantung pada orang lain untuk kenyamanan Anda, untuk kebahagiaan Anda, untuk kekuatan Anda. Ini hanya dapat ditemukan di dalam diri Anda sendiri.Oleh karena itu apa gunanya berorganisasi?Anda terbiasa diberitahu seberapa jauh Anda telah maju, apa status spiritual Anda. Betapa kekanak-kanakan! Siapa lagi kalau bukan Anda sendiri yang dapat mengatakan apakah Anda indah atau buruk di dalam batin Anda? Siapa lagi kalau bukan Anda sendiri yang dapat mengatakan apakah Anda tak terkotori? Anda tidak serius dalam hal-hal ini.

Oleh karena itu apa gunanya berorganisasi? Tetapi barang siapa sungguh-sungguh ingin memahami, mencari apa yang sungguh-sungguh abadi, tanpa awal tanpa akhir, akan berjalan bersama dengan intensitas yang lebih besar, akan menjadi bahaya bagi segala sesuatu yang tidak esensial, bahaya bagi kenyataan-kenyataan palsu, bahaya bagi bayang-bayang. Dan mereka akan berkonsentrasi, mereka akan menjadi api yang menyala, karena mereka mengerti. Kumpulan seperti itulah yang perlu kita ciptakan, dan itulah tujuanku. Oleh karena berkat persahabatan sejati seperti itu -- yang agaknya tidak Anda ketahui -- akan terdapat kerjasama yang sejati di antara semua orang. Dan ini bukan karena otoritas, bukan karena penyelamatan, bukan karena penyiksaan diri untuk suatu tujuan, melainkan karena Anda sungguh-sungguh mengerti, dan oleh karena itu mampu hidup di dalam keabadian. Ini adalah sesuatu yang lebih agung daripada semua kenikmatan, daripada semua pengorbanan.Itulah beberapa alasan mengapa, setelah mempertimbangkannya secara hati-hati selama dua tahun, saya mengambil keputusan ini. Ini bukan berasal dari dorongan sesaat. Saya tidak dibujuk oleh siapa pun untuk melakukannya -- saya tidak bisa dibujuk untuk hal-hal seperti itu. Selama dua tahun saya telah memikirkannya, perlahan-lahan, dengan hati-hati, dengan sabar, dan sekarang saya memutuskan untuk membubarkan Perhimpunan ini, selagi saya kebetulan menjadi ketuanya. Anda dapat membentuk organisasi lain dan mengharapkan orang lain. Saya tidak peduli dengan itu, tidak pula peduli dengan penciptaan kurungan-kurungan baru, atau hiasan-hiasan baru bagi kurungan-kurungan yang ada. Minat saya  adalah pembebasan manusia secara mutlak, bebas tanpa kondisi.

---------------------------------------------------------
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Lex Chan on 15 April 2008, 12:10:09 PM
Keinginan Selamanya Tetap Keinginan

    Untuk menghindarkan penderitaan kita memupuk sikap melepaskan. Setelah diperingatkan bahwa kelekatan cepat atau lambat menghasilkan kesedihan, kita ingin menjadi lepas. Kelekatan memang memuaskan, tetapi setelah melihat kepedihan di dalamnya, kita ingin pemuasan dengan cara lain, yakni melalui kelepasan. Kelepasan sama saja dengan kelekatan selama memberikan pemuasan. Jadi yang sesungguhnya kita cari adalah pemuasan; kita haus akan pemuasan dengan cara apa pun.

    Kita bergantung atau melekat oleh karena hal itu memberikan kenikmatan, keamanan, kekuasaan, rasa sejahtera, sekalipun di dalamnya terdapat kesedihan dan ketakutan. Kita mencari kelepasan juga demi kenikmatan, supaya tidak tersakiti, supaya tidak terluka di dalam batin. Pencarian kita adalah demi kenikmatan, pemuasan. Tanpa menyalahkan atau membenarkan kita harus mencoba memahami proses ini, oleh karena kalau kita tidak memahaminya maka tidak ada jalan keluar dari kebingungan dan kontradiksi kita. Dapatkah keinginan dipuaskan, ataukah itu merupakan sumur tanpa dasar? Entah kita menginginkan sesuatu yang rendah atau yang luhur, keinginan selamanya tetap keinginan, api yang membakar, dan apa yang dapat dilalapnya akan segera menjadi abu; tetapi keinginan akan pemuasan tetap ada, terus membara, terus melalap, tanpa akhir. Kelekatan dan kelepasan sama-sama mengikat, dan kedua-duanya harus diatasi.

[Dari: J. Krishnamurti - The Book of Life]

Benar juga.. ^:)^
Melepaskan itu sebenarnya "melarikan diri" dalam bentuk yang halus..
Melepaskan agar "aku" tidak menderita..
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: tesla on 15 April 2008, 10:58:43 PM
Mau tahu nih, apa sih definisi yang jelas dari pathless?

Apakah :
a. Tidak ada jalan?
b. Semua jalan sama saja?
c. Jalan tidak perlu dikasih label?
d. ???

Mohon petunjuknya.

kalau menurut saya, sama seperti yg ada di Angulimala Sutta:

Quote
MN 86: Angulimala Sutta

...

Then the Blessed One willed a feat of psychic power such that Angulimala, though running with all his might, could not catch up with the Blessed One walking at normal pace. Then the thought occurred to Angulimala: "Isn't it amazing! Isn't it astounding! In the past I've chased & seized even a swift-running elephant, a swift-running horse, a swift-running chariot, a swift-running deer. But now, even though I'm running with all my might, I can't catch up with this contemplative walking at normal pace." So he stopped and called out to the Blessed One, "Stop, contemplative! Stop!"

"I have stopped, Angulimala. You stop."

Then the thought occurred to Angulimala, "These Sakyan contemplatives are speakers of the truth, asserters of the truths, and yet this contemplative, even while walking, says, 'I have stopped, Angulimala. You stop.' Why don't I question him?"

So Angulimala the bandit addressed this verse to the Blessed One:

"While walking, contemplative,
you say, 'I have stopped.'
But when I have stopped
you say I haven't.
I ask you the meaning of this:
How have you stopped?
How haven't I?"


[The Buddha:]

"I have stopped, Angulimala,
once & for all,
having cast off violence
toward all living beings.
You, though,
are unrestrained toward beings.
That's how I've stopped
and you haven't."


[Angulimala:]

"At long last a greatly revered great seer
   for my sake
has come to the great forest.
Having heard your verse
in line with the Dhamma,
I will go about
having abandoned evil."

...

kira2 seperti sutta diatas...
pathless kurang lebih diartikan berhenti.
jadi menurut saya sih,

D. berhenti ;D

CMIIW
_/\_
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: morpheus on 15 April 2008, 11:24:41 PM
sebenernya udah jelas dikutipannya mas uwi, maksudnya truth is a pathless land itu bahwa kebenaran (yg mutlak, nibbana, the unknown, mister t, dll) itu tidak bisa didekati dengan jalan kepercayaan apapun, metode kepercayaan apapun ataupun ritual kepercayaan apapun...

saat kebenaran itu dicoba untuk disempitkan, dijelaskan, dibatasi atau diorganisir dengan suatu system kepercayaan, maka kebenaran itu bukan lagi kebenaran...

kepercayaan bukanlah kebenaran.

penjelasan ini kayaknya lebih mirip kalama sutta...
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 16 April 2008, 08:15:00 AM
Quote
sebenernya udah jelas dikutipannya mas uwi, maksudnya truth is a pathless land itu bahwa kebenaran (yg mutlak, nibbana, the unknown, mister t, dll) itu tidak bisa didekati dengan jalan kepercayaan apapun

Bagaimana dengan saddha?

Bukankah dikatakan pandangan benar merupakan dasar dari jalan mulia beruas delapan?
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: morpheus on 16 April 2008, 01:02:33 PM
Bagaimana dengan saddha?

Bukankah dikatakan pandangan benar merupakan dasar dari jalan mulia beruas delapan?
saddha mungkin perlu untuk belajar di awal2, namun pada akhirnya juga harus ditinggalkan...

memang betul, pandangan benar merupakan salah satu unsur dari jalan mulia berunsur delapan. yg perlu dipertanyakan pandangan benar macam apa yg dimaksudkan buddha? pandangan benar yg berbasis pengetahuan teori dan intelektual dan kepercayaan kah? ataukah pandangan benar yg merupakan penembusan melihat segala sesuatu apa adanya seperti yg ada di sini: http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.009.than.html

seperti yg udah dibilang morpheus di pilem the matrix:
"Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path."

imo, knowing the path (teori dan intelek dan kepercayaan) bukanlah pandangan benar...
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 16 April 2008, 02:52:37 PM
Quote
saddha mungkin perlu untuk belajar di awal2, namun pada akhirnya juga harus ditinggalkan...

Bukankah keragu-raguan yang akan hilang pada akhirnya?
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 16 April 2008, 03:58:30 PM
Salam kenal untuk Pak Moderator & teman-teman yang belum kenal.
 :)

Saya diundang oleh Rekan Benny untuk melihat-lihat thread J. Krishnamurti ini, dan memberikan masukan atau klarifikasi bila dianggap perlu.
Saya lihat sudah banyak yang dibahas di sini.  _/\_

Hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 16 April 2008, 04:05:33 PM
Wadhuuu  ^:)^ dipanggil Pak sama Pak Hudoyo.

Pak Hudoyo kan seangkatan papa saya (Lestoro).

Mohon bimbingannya ya Pak Hudoyo  ^:)^
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 16 April 2008, 04:10:59 PM
Ada hubungannya dengan Buddhisme? Kalau ada coba dijelaskan.

Secara singkat dulu:

K mengajarkan sadar/eling terhadap gerak-gerik si aku. Ini adalah vipassana dalam bentuknya yang paling murni. Puncaknya adalah lenyapnya aku (anatta).

Di Tipitaka Pali ini tercantum dalam Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta:

"Bahiya, lakukan ini: di dalam yang terlihat hanya ada yang terlihat, di dalam yang terdengar hanya ada yang terdengar, di dalam yang tercerap dengan indra-indra yang lain hanya ada yang tercerap, di dalam yang muncul dalam batin (ingatan) hanya ada ingatan. Bila kamu bisa lakukan itu, maka KAMU TIDAK ADA. Itulah, dan hanya itulah, akhir dukkha."

Salam,
hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 16 April 2008, 04:12:42 PM
Wadhuuu  ^:)^ dipanggil Pak sama Pak Hudoyo.

Pak Hudoyo kan seangkatan papa saya (Lestoro).

Mohon bimbingannya ya Pak Hudoyo  ^:)^

Ya, susahnya di dunia maya tidak mungkin menaksir usia seseorang.  :)
Kalau begitu, saya panggil Mas saja, ya.
Terima kasih atas sambutannya.

Salam,
Hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: morpheus on 16 April 2008, 04:32:59 PM
Bukankah keragu-raguan yang akan hilang pada akhirnya?
bang karuna, singkatnya kepercayaan itu bukanlah realita. menurut saya, orang yg tercerahkan adalah orang yg tahu dan "melihat" sendiri kebenaran itu, bukan hanya percaya...
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 16 April 2008, 04:36:18 PM
bro... jgn delete cepat2 yah...

kebanyakan yg dipost di thread lain di sub forum ini berlabel Buddha tetapi secara content tidak. yg gua post di sini tidak berlabel Buddha tetapi content Buddhisme. memang tidak ada 4 kebenaran ariya, jalan utama beruas 8, kamma & rebirth...

contentnya adalah anatta & nibbana...

Setuju dengan Rekan Tesla.

Apalagi di dalam meditasi, sudah tidak ada lagi pikiran berseliweran. Termasuk "pikiran berseliweran" adalah kata-kata, istilah-istilah, merek-merek, ajaran-ajaran agama, sekte-sekte dsb. Kalau pikiran masih berseliweran, "Ini ajaran K, ini ajaran Buddha, keduanya sama, keduanya tidak sama ...dst", berarti si aku masih tetap ada, dan keheningan belum tercapai.

Ajaran Buddha pun harus kita pilah-pilah, mana yang konsumsi pikiran (intelek), dan mana petunjuk untuk meditasi (vipassana). Empat Kesunyataan Mulia, Jalan Mulia Berfaktor Delapan dsb dsb itu adalah konsumsi pikiran (intelek). Itu yang dinamakan "AGAMA" Buddha.

Dalam meditasi, semua pikiran, kata-kata, ajaran-ajaran jangan dilekati, karena yang melekat itu adalah si aku. Kalau dilekati, tidak mungkin si aku ini runtuh. Tidak mungkin kita merealisir apa yang dikatakan oleh Buddha dalam puluhan sutta: "Dalam diri orang yang bebas tidak ada lagi pikiran: 'Ini milikku (agamaku dsb), ini aku, ini diriku.' " Dengan kata lain, tidak mungkin nibbana (padam) tercapai. Itu adalah porsi MEDITASI.

Jadi, kita harus membedakan antara AGAMA (menggunakan otak/pikiran) dan MEDITASI (mengamati pikiran sampai berhenti dengan sendirinya). AGAMA dan MEDITASI tidak bisa dipertemukan. AGAMA itu parsial, MEDITASI itu universal. Agama itu terkondisi, MEDITASI tak terkondisi. - Inilah yang sering menghambat umat Buddha sendiri dalam menjalankan vipassana.

Salam,
Hudoyo

Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 16 April 2008, 04:41:38 PM
[...]
setelah membandingkan pikiran, ucapan, dan tindakan JK.....apakah terdapat suatu keselarasan???
[...]

Bisa ditunjukkan, Bhante, contoh-contoh di mana pikiran, ucapan dan tindakan JK tidak selaras?

Terima kasih sebelumnya.

Salam,
Hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: tesla on 16 April 2008, 05:16:25 PM
Salam kenal Pak Hudoyo,

saya kagum dg posting2 Anda di Kaskus, memberi panduan meditasi utk eling/sadar dalam berbagai bentuk agar sesuai dg latar belakang masing2 penanya...

:jempol: :jempol: :jempol:
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 16 April 2008, 05:19:48 PM
apa J Krishnamurti ini punya background Buddhisme atau pencapaiannya adalah hasil meditasi yg mirip vipassana (pengamatan bathin) ??

K dibesarkan dalam lingkungan Teosofi. Dalam ajaran Teosofi memang disebut-sebut tentang Buddha secara sinkretistik dengan Yesus dan beberapa Guru Spiritual yang berbadan gaib, yang dipercaya menuntun umat manusia pada abad ke-20. Tapi tidak ada ajaran meditasi vipassana. Latihan spiritual dalam Teosofi dititikberatkan pada kehidupan etikal dengan harapan untuk mendapat Inisiasi (naik tingkat) dari para Master.

K tercerahkan pada th 1922 (lihat artikel pada awal thread ini). Dia dielu-elukan sebagai Guru Dunia, tapi ia justru membubarkan Perkumpulan Bintang karena tidak mau punya murid.

Saya melihat kesadarannya berkembang sampai pada pembebasannya dalam meditasi yang berlangsung secara alamiah, tanpa teknik apa pun, selain sadar/eling.

Salam,
Hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 16 April 2008, 05:23:43 PM
Salam kenal Pak Hudoyo,

saya kagum dg posting2 Anda di Kaskus, memberi panduan meditasi utk eling/sadar dalam berbagai bentuk agar sesuai dg latar belakang masing2 penanya...

:jempol: :jempol: :jempol:

Salam kenal kembali, Rekan Tesla. :)

Yah, apa lagi yang bisa saya buat? Saya sudah tua. Bukankah sebaiknya saya bagi pengalaman batin saya dengan teman-teman yang membutuhkannya?

Salam,
Hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: chingik on 16 April 2008, 05:34:42 PM
Prinsip ajaran JK dan Sai Baba sama ga ya?
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 16 April 2008, 05:46:45 PM
Krishnamurti lebih ke penyelaman dalam diri..
melihat ke dalam dimana tiada dualitas..
di krishnamurti memang tidak diberikan step2.. untuk pembebasan batin, tidak seperti di buddhis kita diberikan jalur arya beruas delapan, sejauh yang saya ketahui pula, J.K hanya melihat apa adanya..(mirip kan dgn vipasana bhavana?)

Betul. K tidak memberikan suatu "jalan", karena dalam kesadaran meditasi, orang tidak pergi ke mana-mana, melainkan berada pada saat kini sepenuhnya.

Jadi, konsep tentang Jalan Mulia Berfaktor Delapan itu pun akan runtuh di dalam meditasi. Itu cuma ajaran AGAMA untuk kepentingan umat yang masih berada dalam tataran intelek/pikiran dan belum mau bermeditasi.

Dalam meditasi vipassana, orang tidak berjalan ke mana-mana, bahkan "mencapai nibbana" pun tidak, karena semua itu cuma konsep pikiran.

Sang Buddha berkata kepada Angulimala: "Angulimala, aku sudah lama berhenti. Engkaulah yang masih terus berlari. Apa yang kaucari? Berhentilah!"

Jadi, meditasi bukanlah "berlari" (berusaha) untuk mengejar nirwana/nibbana.

Salam,
Hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 16 April 2008, 05:52:17 PM
Prinsip ajaran JK dan Sai Baba sama ga ya?

Oh, seperti bumi dan langit bedanya. :D

Sai Baba secara terang-terangan menyatakan dirinya sebagai Avatara (titisan Tuhan di dunia). Jadi, bayangkan sendiri bagaimana hubungan kita seharusnya dengan seorang "titisan Tuhan". :)

Sebaliknya, K tidak mau punya murid sama sekali. Dia bilang seorang Guru dan murid sama-sama terikat & melekatnya. (Ini mengingatkan kita pada Kalama-sutta). K mengajarkan orang untuk bebas dari dirinya sendiri, melalui pengamatan secara pasif terhadap segala gerak-gerik badan dan batinnya sendiri.

Selebihnya, K tidak mengajarkan apa-apa sama sekali. Oleh karena itu, tidak akan pernah berkembang suatu agama di sekitar ajaran K. Ajaran K hanyalah vipassana murni, tidak lebih dan tidak kurang.

Salam,
hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: bond on 16 April 2008, 05:59:44 PM
 [at]  Pak Hudoyo
Apakah K juga telah mencapai nibbana, seperti yg dikatakan dia telah mencapai pencerahan yg mana dia melakukan vipasana murni? _/\_
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 16 April 2008, 06:01:27 PM
Saya curiga itu pertanyaan atas adalah pertanyaan yang tidak ada jawabannya  ;D
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: bond on 16 April 2008, 06:03:53 PM
Namanya juga nanya, karena ada kemungkinan juga lho, seseorang tidak memakai label Buddhist melakukan vipassana dan mencapai nibbana, makanya saya bertanya  pada pakarnya? ;D
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Lily W on 16 April 2008, 06:04:28 PM

Selebihnya, K tidak mengajarkan apa-apa sama sekali. Oleh karena itu, tidak akan pernah berkembang suatu agama di sekitar ajaran K. Ajaran K hanyalah vipassana murni, tidak lebih dan tidak kurang.

Salam,
hudoyo

Salam kenal Pak Hudoyo...

Bisa tolong jelaskan kalimat yg di bold itu? serta contohnya...

Anumodana...

 _/\_ :lotus:
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: tesla on 16 April 2008, 06:19:40 PM
Namanya juga nanya, karena ada kemungkinan juga lho, seseorang tidak memakai label Buddhist melakukan vipassana dan mencapai nibbana, makanya saya bertanya  pada pakarnya? ;D

nibbana/nirvana sendiri sebuah label yang "unik" menurut saya.
berbeda dg label-label lain yg menunjuk ke sesuatu, nibbana/nirvana justru menjelaskan sesuatu yg tidak terdeskripsikan... (void).

kata
"A, B atau C mencapai nibbana" dan "anatta" sendiri sebenarnya bertentangan lho... saya juga binggung... :hammer:

CMIIW
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 16 April 2008, 06:34:44 PM
Memang "pathless" atau "kebenaran" atau apapun labelnya tidak jadi masalah, yang penting adalah keadaan sesungguhnya, terbebas dari konsep.

1. Bagaimana seseorang yang sudah "melihat" menjelaskan kepada yang "belum melihat" tanpa mempergunakan "konsep", atau "abstraksi", atau "penjabaran"? Bagaimana seseorang "melek" bisa mentransfer penglihatan kepada "orang buta"?
Di sini saya melihat perlunya "konsep/label", bukan untuk yang telah "melihat", tetapi kepada kami yang "orang buta".
Buddha Gotama konon telah "melihat", tetapi beliau mempergunakan "konsep" untuk menuntun "orang buta" agar bisa melihat,
walaupun ada contoh bahasa yang digunakan bukanlah "konsep", tetapi tidak dipergunakan untuk semua.

2. Bagaimana kita bisa mengetahui ada "jalan", ataukah "tidak ada jalan", atau "semua jalan sama"? Bagi saya, ada 2 macam skeptis. Yang satu mempertanyakan/meragukan segala macam, sedangkan yang satu meneliti dengan hati-hati, meskipun masih buta, sama seperti seseorang mempercayai dokter, walaupun dia tidak meneliti bagaimana dokter tersebut mengambil ijazah, bagaimana dokter tersebut bisa mengambil kesimpulan, bagaimana dokter menulis resep, bagaimana dokter begini, begitu, dll.
Tentu saja bukan berarti semua dokter sama, ada "dokter" yang cuma mengambil keuntungan, ada "dokter" yang berkhayal, ada "dokter" yang cuma ikut-ikutan (seperti new age, dll), tetapi kata perawat yang mengikuti "dokter asli", begini loh obat yang diresepkan, dan konon cuma ada 1 dokter pada saat sekarang, konon hanya bisa mengikuti resep itu (tetapi bisa ada orang yang mendapatkan resep sendiri ketika tidak ada resep dokter, walaupun bahan-bahannya intinya sama). Saya mengikuti resep yang dianjurkan bukan tanpa alasan, di luar itu saya tidak "meyakini" kebenarannya, saya anggap tidak perlu.

3. Jika tanpa label, bagaimana kita bisa memilih resep yang baik? Bagaimana kita tahu itu resep asli atau palsu? Tentu kita bandingkan resep tertentu dengan resep yang konon asli.
Yang sering terjadi adalah seseorang memalsukan resep, menggunakan resep bukan pada tempatnya, sendiri tidak tahu resep asli atau tidak, mencampuraduk segala macam bahan jadi satu, atau mengatakan segala macam bahan adalah resep.
Beberapa perawat atau bahkan pasien berusaha mati-matian menjaga label yang konon adalah resep asli, dengan tujuan agar hal-hal di atas tidak terjadi. Bukan karena resep yang lain salah, atau tidak ada resep lain, tetapi agar resep asli tidak hilang begitu saja.

Apakah hal di atas tidak baik?
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 16 April 2008, 08:16:08 PM
[at]  Pak Hudoyo
Apakah K juga telah mencapai nibbana, seperti yg dikatakan dia telah mencapai pencerahan yg mana dia melakukan vipasana murni? _/\_

Salam kenal, Rekan Bond,  :)

Pengertian 'nibbana' adalah pengertian khas Buddhis, sedangkan K tidak menganut agama apa pun. Jadi, kita harus terjemahkan dulu 'nibbana' itu dengan pengertian yang lebih universal, misalnya "lenyapnya aku".

Apakah K sudah tidak punya aku lagi? ... Seperti kata Mas Mod, jawabannya: saya tidak tahu. :) ... Tidak seorang pun tahu, kecuali dia sendiri, kan. :)

Tapi, jangan putus asa; ada pendekatan lain. Mari kita bertanya: Apakah ajaran K selama 60 tahun ia mengajar itu konsisten tanpa-aku? ... Kalau itu, saya bisa jawab: ya.

Bagaimana saya tahu? ... Ini adalah masalah praktik. Kalau kita praktikkan apa yang diajarkan K, akan terbukti secara konsisten bahwa ajaran K membawa kita pada keadaan tanpa-aku.

Jadi, kesimpulannya: apakah K sudah tidak punya aku atau masih punya aku tidak penting. Yang penting ialah apakah ajarannya secara konsisten membawa orang kepada keadaan tanpa-aku.

*****

Nah, sekarang kalau mau fair, kita juga bisa bertanya: Apakah Buddha Gautama sudah mencapai nibbana (tidak punya aku)? ... Bagaimana jawaban Anda? :)

Sejujurnya, Anda harus menjawab, Anda tidak tahu juga, bukan? :) ... kecuali Anda berkata, "ya, saya PERCAYA / BERIMAN bahwa Sang Buddha telah mencapai nibbana." ... itu soal lain. :)

Jadi, di sini juga pertanyaannya harus digeser, "Apakah ajaran Buddha secara konsisten dapat membawa praktisinya kepada keadaan tanpa-aku?" ... Dan ini kita semua bisa mengatakan ya. Apalagi kalau kita pernah mempraktikkan meditasi vipassana.

*****

Jadi, kesimpulannya, baik ajaran Buddha maupun ajaran K, yang penting adalah praktik! Tanpa itu, semuanya cuma teori, yang tidak ada manfaatnya sama sekali.

Salam,
hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: nyanabhadra on 16 April 2008, 08:25:04 PM
[...]
setelah membandingkan pikiran, ucapan, dan tindakan JK.....apakah terdapat suatu keselarasan???
[...]

Bisa ditunjukkan, Bhante, contoh-contoh di mana pikiran, ucapan dan tindakan JK tidak selaras?

Terima kasih sebelumnya.

Salam,
Hudoyo

Silakan lakukan masing-masing, saya tidak ingin menilai JK :)
mengapa Pak Hud langsung menuju pada kesimpulan bahwa saya bilang pikiran, ucapan, dan tindakan JK tidak selaras?
Justru itu suatu pertanyaan untuk direnungkan bersama, sambil melihat catatan "karir" JK.....silakan yg berminat untuk mencari tahu, saya rasa itu penting sebagai informasi tambahan.

bow and respect,
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 16 April 2008, 08:30:24 PM

Selebihnya, K tidak mengajarkan apa-apa sama sekali. Oleh karena itu, tidak akan pernah berkembang suatu agama di sekitar ajaran K. Ajaran K hanyalah vipassana murni, tidak lebih dan tidak kurang.

Salam,
hudoyo

Salam kenal Pak Hudoyo...

Bisa tolong jelaskan kalimat yg di bold itu? serta contohnya...

Anumodana...

 _/\_ :lotus:

Salam kenal, Ibu Lily, :)

Kita lihat dulu bagaimana ajaran Sang Buddha tentang vipassana, ya. Dalam salah satu posting lalu saya sudah mengutip dari Bahiya-sutta:

"Bahiya, lakukan ini: di dalam yang terlihat hanya ada yang terlihat, di dalam yang terdengar hanya ada yang terdengar, di dalam yang tercerap dengan indra-indra yang lain hanya ada yang tercerap, di dalam yang muncul dalam batin (ingatan) hanya ada ingatan. Bila kamu bisa lakukan itu, maka KAMU TIDAK ADA. Itulah, dan hanya itulah, akhir dukkha."

Menurut pendapat saya pribadi, itulah ajaran vipassana yang paling murni. ... Mengapa saya katakan "paling murni"?

Karena di situ:
1. sama sekali tidak ada konsentrasi.
2. sama sekali tidak ada labeling, pencatatan.
3. sama sekali tidak ada keharusan memperlambat gerakan selambat mungkin.

Dengan kata lain, di situ tidak ada TEKNIK meditasi apa pun, sebagaimana kita temukan dalam versi-versi meditasi yang diajarkan di kalangan umat Buddha pada dewasa ini.

Nah, itulah pula yang diajarkan oleh K.

*****

Meditasi vipassana versi Bahiya-sutta itu sekarang saya ajarkan dengan nama Meditasi Mengenal Diri (MMD).

Jadi sekarang ini di Indonesia ada beberapa versi meditasi vipassana:

1. versi Mahasi Sayadaw
2. versi Goenka
3. versi Pa-Auk Sayadaw (didahului dengan anapanasati untuk mencapai jhana)
4. versi MMD

Salam,
hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: nyanabhadra on 16 April 2008, 08:39:55 PM
Prinsip ajaran JK dan Sai Baba sama ga ya?

[...]
Sebaliknya, K tidak mau punya murid sama sekali. Dia bilang seorang Guru dan murid sama-sama terikat & melekatnya. (Ini mengingatkan kita pada Kalama-sutta).
[...]
Salam,
hudoyo

Melekat sudah jelas terjadi, namun tergantung sebera "mahir" guru untuk menghilangkan secara bertahap kemelekatan itu, atau sama2 terjebak, apakah bisa dibilang K takut terjun ke dalam hubungan guru dan murid yang dia merasa memberatkan dirinya sendiri?
Kita memang sudah terikat oleh berbagai macam karma dan konsep pikiran, dll, JK mengajar dan yg mendengar adalah murid, dan hanya sebatas "announcement" saja dari JK mengatakan bahwa tidak mau terikat dalam hubungan guru dan murid, padahal hubungan guru dan murid pasif (tidak formal) terjadi JK mengajar dan yg lain mendengar, apakah demikian?

bow and respect,
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 16 April 2008, 08:42:58 PM
nibbana/nirvana sendiri sebuah label yang "unik" menurut saya.
berbeda dg label-label lain yg menunjuk ke sesuatu, nibbana/nirvana justru menjelaskan sesuatu yg tidak terdeskripsikan... (void).

kata
"A, B atau C mencapai nibbana" dan "anatta" sendiri sebenarnya bertentangan lho... saya juga binggung... :hammer:

CMIIW

Ya, itu "rahasia" anatta. Dalam Visuddhi-magga dikatakan:

"Ada penderitaan, tapi tidak ada yang menderita,
Ada jalan, tapi tidak ada yang menempuhnya,
Ada nibbana, tapi tidak ada yang mencapainya."

*****

'Nibbana' sendiri sering dipahami secara mendua. Di satu pihak, paling sering ditonjolkan 'nibbana' sebagai 'kebahagiaan tertinggi' ("Nibbanam paramam sukham"), sehingga secara EKSPERIENSIAL bagi orang awam sering sukar dibedakan dengan sorga.

Di lain pihak, sangat jarang orang menampilkan 'nibbana' sebagai 'padam', yaitu arti kata 'nibbana' itu sendiri. Padahal itulah arti yang paling dekat dengan PENGALAMAN seorang yang masih punya aku.

Salam,
hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sumedho on 16 April 2008, 08:48:09 PM
[...]
setelah membandingkan pikiran, ucapan, dan tindakan JK.....apakah terdapat suatu keselarasan???
[...]

Bisa ditunjukkan, Bhante, contoh-contoh di mana pikiran, ucapan dan tindakan JK tidak selaras?

Terima kasih sebelumnya.

Salam,
Hudoyo

Silakan lakukan masing-masing, saya tidak ingin menilai JK :)
mengapa Pak Hud langsung menuju pada kesimpulan bahwa saya bilang pikiran, ucapan, dan tindakan JK tidak selaras?
Justru itu suatu pertanyaan untuk direnungkan bersama, sambil melihat catatan "karir" JK.....silakan yg berminat untuk mencari tahu, saya rasa itu penting sebagai informasi tambahan.

bow and respect,
Sorry numpang nimbrung samanera, terkadang tulisan samanera yg berniat mengajak sering kali disalah tafsirkan sebagai menegasikan pernyataan awal walaupun saya yakin niat samanera tidak demikian.  _/\_
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 16 April 2008, 08:55:44 PM
Quote
Karena di situ:
1. sama sekali tidak ada konsentrasi.
2. sama sekali tidak ada labeling, pencatatan.
3. sama sekali tidak ada keharusan memperlambat gerakan selambat mungkin.

1. Timbulnya nyana ada pada saat khanika samadhi, magga dan phala (serta 1 nyana lagi) timbul dalam jhana
2. Timbul pengetahuan
3. Memang tidak ada, hanya metode latihan

 ;D kelihatannya topik sudah beralih ke dry insight apakah bisa atau tidak. Ini memang topik yang lumayan hangat. Setahu saya di Tipitaka (menurut Mahavihara) tidak ada dry insight, paling tidak dalam konsentrasi khanika samadhi.

3 hal yang Pak Hudoyo sebutkan juga menurut saya bukan itu intinya yang diajarkan, tetapi hanya "resep" untuk mencapai penyadaran. Tapi soal "resep', apakah Goenka, Mahasi, Pa Auk, atau MMD, saya tidak berkomentar. Bahkan Zen saya tidak berkomentar.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 16 April 2008, 08:57:51 PM
Sorry numpang nimbrung samanera, terkadang tulisan samanera yg berniat mengajak sering kali disalah tafsirkan sebagai menegasikan pernyataan awal walaupun saya yakin niat samanera tidak demikian.  _/\_

Itulah keterbatasan kami yang belum tercerahkan, hanya bisa meraba "label" dan "konsep"  ;D
 _/\_
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 16 April 2008, 09:07:29 PM
Namanya juga nanya, karena ada kemungkinan juga lho, seseorang tidak memakai label Buddhist melakukan vipassana dan mencapai nibbana, makanya saya bertanya  pada pakarnya? ;D

hehe ... kenyataannya memang begitu. :)

Saya sudah mengajar vipassana/MMD sejak tahun 2000, baik program akhir pekan maupun program seminggu penuh. Sudah lebih dari 1000 orang dari berbagai agama mengikuti retret MMD.

Ada dua trend yang saya amati dalam orang memahami kiat mempraktikkan vipassana:

(1) sering terjadi umat beragama lain lebih cepat menangkap kiat vipassana dan "maju" dalam praktiknya, sedangkan sementara umat Buddha sendiri, terutama yang pengetahuan Dhammanya mendalam, malah sukar menangkap kiat mempraktikkan vipassana;

(2) orang muda (20 - 30 tahun) pada umumnya lebih cepat menangkap kiat mempraktikkan vipassana daripada orang lanjut usia (> 50 tahun).

PS: Saya mengajar vipassana kepada teman-teman non-Buddhis tanpa didahului dengan teori-teori Buddha Dhamma sama sekali.

Mungkin ini bagus untuk didiskusikan.

Salam,
Hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 16 April 2008, 09:11:26 PM
Gak di sini ;D
Sudah melenceng dari topik.

Sedikit quote dari SN. Goenka http://www.buddhanet.net/bvk_study/bvk22b.htm (http://www.buddhanet.net/bvk_study/bvk22b.htm) :

Quote
Vipassana is the practical teachings of Lord Buddha, that J Krishnamurti got something from the Buddha - is a different thing
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sumedho on 16 April 2008, 09:12:52 PM
Quote from: hudoyo
Jadi sekarang ini di Indonesia ada beberapa versi meditasi vipassana:

1. versi Mahasi Sayadaw
2. versi Goenka
3. versi Pa-Auk Sayadaw (didahului dengan anapanasati untuk mencapai jhana)
4. versi MMD

Tambah satu lagi Pak Hud nomor 5, versi saya.
saya ada versi saya sendiri persinggungan antara anapanasati sutta dan bahiya sutta, hasil pengalaman saya berbeda dengan guru2x mainstream yang ada, sejalan dengan MMD sejauh ini. Cuma sejauh ini baru 1 orang yg tahu  :))

Pak Hud, mungkin bisa buat thread baru, Meditasi MMD di board "Meditasi" supaya bahasan kita bisa fokus di JK.  _/\_
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 16 April 2008, 09:22:13 PM
Ya, jangan di Perbandingan Buddhisme dengan Agama, Kepercayaan, Tradisi, dan Filsafat Lain  ;D

Kelihatannya topik ini sangat "Buddhis" sekali  ;D
Di sini kelihatannya cocoknya membahas "label"  ;D

Hayooo siapa mau buat topik baru? Sumedho? Tesla? Bond? Lily?
Aye turut campur aja deh ;D
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: nyanabhadra on 16 April 2008, 09:29:30 PM

Sorry numpang nimbrung samanera, terkadang tulisan samanera yg berniat mengajak sering kali disalah tafsirkan sebagai menegasikan pernyataan awal walaupun saya yakin niat samanera tidak demikian.  _/\_

Jadi salah siapa dung? yang menulis atau yang membaca?
atau salah bahasa hahaha...
tapi kasus terakhir itu kan beda dgn yg ini :)
anyway, menjadi masukan bagus bagi si "penulis" :)

utk Karuna:
barangkali kita perlu mempertajam meraba "label" dan "konsep"oke, kembali ke topik utama...

bow and respect,
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 16 April 2008, 09:33:48 PM
Memang "pathless" atau "kebenaran" atau apapun labelnya tidak jadi masalah, yang penting adalah keadaan sesungguhnya, terbebas dari konsep.

1. Bagaimana seseorang yang sudah "melihat" menjelaskan kepada yang "belum melihat" tanpa mempergunakan "konsep", atau "abstraksi", atau "penjabaran"? Bagaimana seseorang "melek" bisa mentransfer penglihatan kepada "orang buta"?
Di sini saya melihat perlunya "konsep/label", bukan untuk yang telah "melihat", tetapi kepada kami yang "orang buta".
Buddha Gotama konon telah "melihat", tetapi beliau mempergunakan "konsep" untuk menuntun "orang buta" agar bisa melihat,
walaupun ada contoh bahasa yang digunakan bukanlah "konsep", tetapi tidak dipergunakan untuk semua.

'Konsep', 'ajaran' adalah fungsi pikiran; tanpa pikiran tidak ada 'konsep', 'ajaran'. Vipassana adalah mengamati pikiran itu sendiri. Jadi vipassana tidak kompatibel dengan 'konsep', 'ajaran' apa pun.

Quote
2. Bagaimana kita bisa mengetahui ada "jalan", ataukah "tidak ada jalan", atau "semua jalan sama"? Bagi saya, ada 2 macam skeptis. Yang satu mempertanyakan/meragukan segala macam, sedangkan yang satu meneliti dengan hati-hati, meskipun masih buta, sama seperti seseorang mempercayai dokter, walaupun dia tidak meneliti bagaimana dokter tersebut mengambil ijazah, bagaimana dokter tersebut bisa mengambil kesimpulan, bagaimana dokter menulis resep, bagaimana dokter begini, begitu, dll.
Tentu saja bukan berarti semua dokter sama, ada "dokter" yang cuma mengambil keuntungan, ada "dokter" yang berkhayal, ada "dokter" yang cuma ikut-ikutan (seperti new age, dll), tetapi kata perawat yang mengikuti "dokter asli", begini loh obat yang diresepkan, dan konon cuma ada 1 dokter pada saat sekarang, konon hanya bisa mengikuti resep itu (tetapi bisa ada orang yang mendapatkan resep sendiri ketika tidak ada resep dokter, walaupun bahan-bahannya intinya sama). Saya mengikuti resep yang dianjurkan bukan tanpa alasan, di luar itu saya tidak "meyakini" kebenarannya, saya anggap tidak perlu.

'Jalan' selalu ada selama orang punya 'tujuan'/'goal' yang ingin dicapai di 'masa depan'. Yang punya tujuan jelas adalah 'si aku'. Kalau gerak-gerik si aku ini disadari, maka 'lenyap pula segala pikiran ke masa depan', lenyap segala 'tujuan/goal', dan lenyap segala 'jalan'. Tidak perlu 'resep' apa-apa dari orang lain, karena 'resep'-nya cuma sadar/eling. Tentang "cuma ada satu dokter pada saat sekarang" itu tidak lebih dari kepercayaan/iman Theravada, yang tidak ada dalam Mahayana dan Vajrayana.

Quote
3. Jika tanpa label, bagaimana kita bisa memilih resep yang baik? Bagaimana kita tahu itu resep asli atau palsu? Tentu kita bandingkan resep tertentu dengan resep yang konon asli.
Yang sering terjadi adalah seseorang memalsukan resep, menggunakan resep bukan pada tempatnya, sendiri tidak tahu resep asli atau tidak, mencampuraduk segala macam bahan jadi satu, atau mengatakan segala macam bahan adalah resep.
Beberapa perawat atau bahkan pasien berusaha mati-matian menjaga label yang konon adalah resep asli, dengan tujuan agar hal-hal di atas tidak terjadi. Bukan karena resep yang lain salah, atau tidak ada resep lain, tetapi agar resep asli tidak hilang begitu saja.

Apakah hal di atas tidak baik?

Sesungguhnya tidak perlu resep apa pun, kecuali sadar/eling terhadap gerak-gerik badan & batinnya sendiri. Sadar/eling tidak perlu dipelajari dari orang lain; cuma perlu diingatkan. Tinggal praktik.

Salam,
hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: andry on 16 April 2008, 09:35:19 PM
PS: Saya mengajar vipassana kepada teman-teman non-Buddhis tanpa didahului dengan teori-teori Buddha Dhamma sama sekali.

Mungkin ini bagus untuk didiskusikan.

Salam,
Hudoyo

MMD , apakah samatha atau vipasana pa hudoyo?
apakah setelah MMD, banyak individu2 yg jadi ingin tahu konsep kebahagian?
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 16 April 2008, 09:42:21 PM
Melekat sudah jelas terjadi, namun tergantung sebera "mahir" guru untuk menghilangkan secara bertahap kemelekatan itu, atau sama2 terjebak, apakah bisa dibilang K takut terjun ke dalam hubungan guru dan murid yang dia merasa memberatkan dirinya sendiri?
Kita memang sudah terikat oleh berbagai macam karma dan konsep pikiran, dll, JK mengajar dan yg mendengar adalah murid, dan hanya sebatas "announcement" saja dari JK mengatakan bahwa tidak mau terikat dalam hubungan guru dan murid, padahal hubungan guru dan murid pasif (tidak formal) terjadi JK mengajar dan yg lain mendengar, apakah demikian?

bow and respect,

Hubungan guru-murid yang ditolak K adalah di mana murid bergantung pada guru untuk pencerahannya, di mana guru diperlakukan bahkan lebih tinggi dari orang tua sendiri, sebagaimana kita lihat dalam banyak tradisi dalam Buddhisme.

Hubungan yang diinginkan oleh K adalah hubungan orang yang setara sebagai kalyana mitra. Itu jelas terlihat dalam ceramah-ceramahnya, di mana ia selalu mengundang dialog.

Saya rasa, ini tidak perlu diperpanjang, karena jelas tidak bisa dipertemukan. Silakan yang merasa punya guru dan punya murid. Tradisi guru-murid akan tetap berjalan; mereka yang menolaknya juga akan tetap berjalan.

Salam,
Hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: nyanabhadra on 16 April 2008, 09:42:52 PM
Ya, itu "rahasia" anatta. Dalam Visuddhi-magga dikatakan:

"Ada penderitaan, tapi tidak ada yang menderita,
Ada jalan, tapi tidak ada yang menempuhnya,
Ada nibbana, tapi tidak ada yang mencapainya."

*****
[...]

Salam,
hudoyo

Ada penderitaan, tapi tidak ada yang menderita
menurut opini pribadiku, "ada penderitaan" fisik terjadi, namun orang tersebut sudah tidak tergoyahkan lagi, maka penderitaan fisik tidak mengakitbatkan penderitaan mental, oleh karena itu "tidak ada yang menderita"

"Ada Jalan", jalan perlu disampaikan melalui kata-kata, yg bisa dikomunikasikan, maka bisa didengar oleh telinga, dimengerti oleh batin, dsb, oleh karena itu "Ada Jalan".
"tapi tidak ada yang menempuhnya", bagi mereka yg sudah merealisasi "Jalan" maka mereka sudah tidak perlu menempuhnya lagi, ngapain harus jalan 2x padahal hasilnya sudah sama dan perfect:), maka itu "tidak ada yang menempuhnya"

"Ada Nibbana", karena Buddha telah mengajarkan tentang konsep Nibbana kepada kita, keadaan "padam"-nya seluruh nafsu, keadaan damai yang murni, juga kebahagiaan tertinggi, jadi Nibbana bisa dimengerti dan dipahami, dengan demikian "Ada Nibbana"

"tapi tidak ada yang mencapainya", mereka yang sudah merealisasi Nibbana yang sesungguhnya, yang sudah "padam", sudah tidak ada lagi yang bisa dipadamkan, mereka sudah merealisasi kebahagiaan sejati, bagi mereka "Tidak ada yang perlu dicapai lagi"

Kepada siapa syair itu dilontarkan??

ini interpretasi personal saja, semoga bisa jadi bahan pertimbangan

bow and respect,
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: andry on 16 April 2008, 09:47:40 PM
Quote from: chingik on Today at 05:34:42 PM
Prinsip ajaran JK dan Sai Baba sama ga ya?

Oh, seperti bumi dan langit bedanya. Cheesy

Sai Baba secara terang-terangan menyatakan dirinya sebagai Avatara (titisan Tuhan di dunia). Jadi, bayangkan sendiri bagaimana hubungan kita seharusnya dengan seorang "titisan Tuhan". Smiley
 QUOTE

Tapi pak, setahu saya, saya pernah membaca dia (baba) harus melakukan hal tersebut karena memang demikian misinya..
dia datang ke dunia memang untuk "merangkul" dgn cara yang ia lakukan maka (maaf) manusia2 yg masih melihat nafsu itu enak- akan terangkul dan lambat laun akan di rubah
 _/\_
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 16 April 2008, 09:55:42 PM
1. Timbulnya nyana ada pada saat khanika samadhi, magga dan phala (serta 1 nyana lagi) timbul dalam jhana
2. Timbul pengetahuan
3. Memang tidak ada, hanya metode latihan

 ;D kelihatannya topik sudah beralih ke dry insight apakah bisa atau tidak. Ini memang topik yang lumayan hangat. Setahu saya di Tipitaka (menurut Mahavihara) tidak ada dry insight, paling tidak dalam konsentrasi khanika samadhi.

3 hal yang Pak Hudoyo sebutkan juga menurut saya bukan itu intinya yang diajarkan, tetapi hanya "resep" untuk mencapai penyadaran. Tapi soal "resep', apakah Goenka, Mahasi, Pa Auk, atau MMD, saya tidak berkomentar. Bahkan Zen saya tidak berkomentar.

Ada satu yang berbeda mendasar: yaitu konsentrasi (samadhi). Ini adalah bagian dari Jalan Mulia Berfaktor Delapan. Ini tidak ada dalam ajaran K. Dan juga tidak ada dalam Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta:

"Bahiya, lakukan ini: di dalam yang terlihat hanya ada yang terlihat, di dalam yang terdengar hanya ada yang terdengar, di dalam yang tercerap dengan indra-indra yang lain hanya ada yang tercerap, di dalam yang muncul dalam batin (ingatan) hanya ada ingatan. Bila kamu bisa lakukan itu, maka KAMU TIDAK ADA. Itulah, dan hanya itulah, akhir dukkha."

Ini perbedaan yang mendasar antara vipassana yang diajarkan dalam Bahiya-sutta (yang diikuti oleh K) dengan vipassana yang diajarkan dalam Mahasatipatthana-sutta atau Anapanasati-sutta.

Salam,
Hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 16 April 2008, 10:06:09 PM
Sedikit quote dari SN. Goenka http://www.buddhanet.net/bvk_study/bvk22b.htm (http://www.buddhanet.net/bvk_study/bvk22b.htm) :

Quote
Vipassana is the practical teachings of Lord Buddha, that J Krishnamurti got something from the Buddha - is a different thing

Itu opini dari Goenka. Sementara saya tidak melihat tekniknya (mengamati vedana secara sistematik) tercantum dalam Tipitaka.

Apa yang diajarkan K sama dengan Bahiya-sutta. Dan saya tidak punya petunjuk bahwa ia belajar dari Agama Buddha. Berarti K menemukan kembali apa yang ditemukan Buddha 2500 tahun lalu.

Tapi harap dipahami bahwa dengan membandingkan ini saya tidak hendak mengklaim bahwa ada yang benar dan ada yang salah. Silakan kalau orang mau menggunakan teknik Goenka/U Ba Khin; saya sendiri tidak menggunakan teknik apa-apa, sesuai Bahiya-sutta.

Salam,
Hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 16 April 2008, 10:18:14 PM
Tambah satu lagi Pak Hud nomor 5, versi saya.
saya ada versi saya sendiri persinggungan antara anapanasati sutta dan bahiya sutta, hasil pengalaman saya berbeda dengan guru2x mainstream yang ada, sejalan dengan MMD sejauh ini. Cuma sejauh ini baru 1 orang yg tahu  :))

Pak Hud, mungkin bisa buat thread baru, Meditasi MMD di board "Meditasi" supaya bahasan kita bisa fokus di JK.  _/\_

Ya, saya memang berniat membuka thread "MMD" di 'Meditasi'. Nanti menunggu diskusi di thread ini agak mereda. Biasalah, orang baru dengan "ide baru" selalu menimbulkan keramaian. :)  - Di Kaskus, sekarang thread "MMD" dan thread "Krishnamurti" mengalir tenang-tenang saja. Dulu, mah, jauh lebih "hebat" daripada di sini. :)

Saya tertarik dengan versi ke-5 Anda. :) Barangkali ada yang bisa saya adopsi untuk diajarkan. Nanti bisa kita diskusikan panjang lebar di sana.

Salam,
Hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 16 April 2008, 10:32:19 PM
Kelihatannya topik ini sangat "Buddhis" sekali  ;D
Di sini kelihatannya cocoknya membahas "label"  ;D

Label "K" memang tidak bisa dibedakan dengan label "Buddhis" kalau orang membatasi diri pada 'vipassana' dan 'anatta'. Menurut saya pribadi, ajaran K adalah ESSENSI ajaran Agama Buddha, yaitu 'vipassana' dan 'anatta', yang unik di dunia. Hal-hal lain di luar itu dalam Agama Buddha tidak esensial bagi pembebasan.

Salam,
Hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: asunn on 16 April 2008, 10:46:10 PM
Tambah satu lagi Pak Hud nomor 5, versi saya.
saya ada versi saya sendiri persinggungan antara anapanasati sutta dan bahiya sutta, hasil pengalaman saya berbeda dengan guru2x mainstream yang ada, sejalan dengan MMD sejauh ini. Cuma sejauh ini baru 1 orang yg tahu  :))

Pak Hud, mungkin bisa buat thread baru, Meditasi MMD di board "Meditasi" supaya bahasan kita bisa fokus di JK.  _/\_

Ya, saya memang berniat membuka thread "MMD" di 'Meditasi'. Nanti menunggu diskusi di thread ini agak mereda. Biasalah, orang baru dengan "ide baru" selalu menimbulkan keramaian. :)  - Di Kaskus, sekarang thread "MMD" dan thread "Krishnamurti" mengalir tenang-tenang saja. Dulu, mah, jauh lebih "hebat" daripada di sini. :)

Saya tertarik dengan versi ke-5 Anda. :) Barangkali ada yang bisa saya adopsi untuk diajarkan. Nanti bisa kita diskusikan panjang lebar di sana.

Salam,
Hudoyo

saya juga tertarik dengan pengalaman spiritual sumedho yg satu itu semoga bisa didiskusikan bersama2... btw salam pak hud... kita ketemu lagi di sini :)

asunn
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 16 April 2008, 10:48:43 PM
MMD , apakah samatha atau vipasana pa hudoyo?

MMD (vipassana menurut Bahiya-sutta & ajaran K) berarti bebas dari segala konsep & teknik meditasi, jadi sebetulnya tidak bisa diberi label "samatha" dan "vipassana". Tapi kita bisa juga bersikap positif, dengan melihat bahwa "samatha" & "vipassana" kedua-duanya terdapat tanpa terpisahkan dalam MMD.

Seperti dikatakan oleh K, yang saya hafal betul sebagai "definisi" meditasi:

"Meditasi adalah pengosongan batin dari segala sesuatu yang diciptakan oleh pikiran (pemadaman si aku). ... Bila orang bisa berjalan sejauh itu, maka ia akan masuk ke dalam keheningan yang mendalam. ... Hanya di situ, mungkin muncul Gerak dari Yang Mahaluas."

Nah, jadi "samatha" & "vipassana" kedua-duanya terdapat dalam MMD, bukan?


Quote
apakah setelah MMD, banyak individu2 yg jadi ingin tahu konsep kebahagian?

Setelah MMD, jika orang memahami batinnya sendiri, ia akan melihat bahwa kebahagiaan yang dirasakan oleh si aku tidak bisa lepas dari ketidakbahagiaan. Oleh karena itu, tidak mungkin orang mendapatkan kebahagiaan tanpa menerima pula ketidakbahagiaan.

Jika si aku ini dipahami, maka lepaslah keinginan untuk mencapai kebahagiaan apa pun. Ini akan terjadi bila si aku ini padam, mati. Itulah arti 'nibbana' yang sesungguhnya, yaitu "padam", seperti padamnya api lilin.

Jika si aku benar-benar padam, maka batin orang itu bebas dari kebahagiaan dan ketidakbahagiaan, bebas dari keterkondisian, bebas dari harapan, pemuasan dan kekecewaan. Itulah sesungguhnya yang disebut "kebahagiaan tertinggi", ketika si aku ini tidak ada lagi, ketika orang tidak lagi berkata "Ini milikku, ini aku, ini diriku". (N'etam mama, n'eso hamasmi, n'eso me atta'ti.) - Kebahagiaan tanpa-aku ini lain sekali dengan kebahagiaan yang biasa kita bayangkan; tapi bisa dicicipi di dalam keheningan, ketika si aku tidak ada untuk sementara, yaitu keheningan meditasi vipassana.

Salam,
hudoyo



Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 16 April 2008, 10:54:53 PM
Ya, itu "rahasia" anatta. Dalam Visuddhi-magga dikatakan:

"Ada penderitaan, tapi tidak ada yang menderita,
Ada jalan, tapi tidak ada yang menempuhnya,
Ada nibbana, tapi tidak ada yang mencapainya."

*****
[...]

Salam,
hudoyo

Ada penderitaan, tapi tidak ada yang menderita
menurut opini pribadiku, "ada penderitaan" fisik terjadi, namun orang tersebut sudah tidak tergoyahkan lagi, maka penderitaan fisik tidak mengakitbatkan penderitaan mental, oleh karena itu "tidak ada yang menderita"

"Ada Jalan", jalan perlu disampaikan melalui kata-kata, yg bisa dikomunikasikan, maka bisa didengar oleh telinga, dimengerti oleh batin, dsb, oleh karena itu "Ada Jalan".
"tapi tidak ada yang menempuhnya", bagi mereka yg sudah merealisasi "Jalan" maka mereka sudah tidak perlu menempuhnya lagi, ngapain harus jalan 2x padahal hasilnya sudah sama dan perfect:), maka itu "tidak ada yang menempuhnya"

"Ada Nibbana", karena Buddha telah mengajarkan tentang konsep Nibbana kepada kita, keadaan "padam"-nya seluruh nafsu, keadaan damai yang murni, juga kebahagiaan tertinggi, jadi Nibbana bisa dimengerti dan dipahami, dengan demikian "Ada Nibbana"

"tapi tidak ada yang mencapainya", mereka yang sudah merealisasi Nibbana yang sesungguhnya, yang sudah "padam", sudah tidak ada lagi yang bisa dipadamkan, mereka sudah merealisasi kebahagiaan sejati, bagi mereka "Tidak ada yang perlu dicapai lagi"

Kepada siapa syair itu dilontarkan??

ini interpretasi personal saja, semoga bisa jadi bahan pertimbangan

bow and respect,

Terima kasih atas sharingnya. Sharing dari saya:

Syair itu secara telak menyatakan fakta tidak adanya si aku. Semua adalah pikiran; pikiran yang merasa menderita, pikiran yang merasa berjalan di jalan suci, pikiran yang mengharapkan nibbana sebagai "kebahagiaan tertinggi" sesuai dengan gambarannya sendiri. Semuanya adalah permainan pikiran, seluruh ajaran agama ini hanyalah permainan pikiran. Justru pikiran inilah yang harus dipahami, sampai ia berhenti dengan sendirinya, bukan dipaksa berhenti. Itulah nibbana yang sesungguhnya, padam.

Salam,
hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 16 April 2008, 11:00:54 PM
Quote from: chingik on Today at 05:34:42 PM
Prinsip ajaran JK dan Sai Baba sama ga ya?

Oh, seperti bumi dan langit bedanya. Cheesy

Sai Baba secara terang-terangan menyatakan dirinya sebagai Avatara (titisan Tuhan di dunia). Jadi, bayangkan sendiri bagaimana hubungan kita seharusnya dengan seorang "titisan Tuhan". Smiley
 QUOTE

Tapi pak, setahu saya, saya pernah membaca dia (baba) harus melakukan hal tersebut karena memang demikian misinya..
dia datang ke dunia memang untuk "merangkul" dgn cara yang ia lakukan maka (maaf) manusia2 yg masih melihat nafsu itu enak- akan terangkul dan lambat laun akan di rubah
 _/\_

Iyalah, silakan saja bila Anda percaya/beriman bahwa ia Tuhan yang turun ke dunia. :) Saya tidak.

Salam,
Hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 16 April 2008, 11:04:43 PM
saya juga tertarik dengan pengalaman spiritual sumedho yg satu itu semoga bisa didiskusikan bersama2... btw salam pak hud... kita ketemu lagi di sini :)

asunn

Iyalah, salam jumpa kembali, Rekan Asunn ... bawa empek-empek, nggak? :) Dunia ini memang sempit ya, ketemu di milis MMD, ketemu di Kaskus, sekarang ketemu di sini. :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 17 April 2008, 08:38:26 AM
'Konsep', 'ajaran' adalah fungsi pikiran; tanpa pikiran tidak ada 'konsep', 'ajaran'. Vipassana adalah mengamati pikiran itu sendiri. Jadi vipassana tidak kompatibel dengan 'konsep', 'ajaran' apa pun.
Dalam hal ini vipassana diajarkan dalam bentuk "konsep" juga kan?

Quote
'Jalan' selalu ada selama orang punya 'tujuan'/'goal' yang ingin dicapai di 'masa depan'. Yang punya tujuan jelas adalah 'si aku'. Kalau gerak-gerik si aku ini disadari, maka 'lenyap pula segala pikiran ke masa depan', lenyap segala 'tujuan/goal', dan lenyap segala 'jalan'. Tidak perlu 'resep' apa-apa dari orang lain, karena 'resep'-nya cuma sadar/eling.
Setuju

Quote
Tentang "cuma ada satu dokter pada saat sekarang" itu tidak lebih dari kepercayaan/iman Theravada, yang tidak ada dalam Mahayana dan Vajrayana.
Berarti Mahayana dan Vajrayana tidak percaya kalau sasana akan berakhir? Menolak Pacceka Buddha ketika tidak ada sasana?

Quote
Sesungguhnya tidak perlu resep apa pun, kecuali sadar/eling terhadap gerak-gerik badan & batinnya sendiri. Sadar/eling tidak perlu dipelajari dari orang lain; cuma perlu diingatkan. Tinggal praktik.
Saya mengacu kepada sadar/eling yang seringkali disebut aliran lain, disalahgunakan aliran lain, digunakan guru-guru untuk mencari uang, kekuasaan, dicampur-campur oleh ajaran lain, atau bukan sadar/eling dikatakan sebagai sadar/eling. Pelabelan bukan berarti tindakan tidak baik.

Quote
Ada satu yang berbeda mendasar: yaitu konsentrasi (samadhi). Ini adalah bagian dari Jalan Mulia Berfaktor Delapan. Ini tidak ada dalam ajaran K. Dan juga tidak ada dalam Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta:
Memang tidak dijelaskan pada Sutta tersebut. Tetapi sepanjang yang saya ketahui, kasus Bahiya dan Malunkyaputta pun tidak menyimpang dari jalan mulia beruas delapan atau yang disebut juga ekayana magga atau jalan tengah atau empat landasan perhatian murni. Sepengetahuan saya (maaf, lupa sumber dan referensinya) Bahiya dan Malunkyaputta tetap berada pada konsentrasi walaupun mungkin hanya satu saat pikiran, dan di referensi lain disebutkan setiap Arahat pasti melalui jalan Sottapana, Sakadagami, Anagami, walaupun terjadi dengan sangat-sangat cepat.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 17 April 2008, 09:36:35 AM
Dalam hal ini vipassana diajarkan dalam bentuk "konsep" juga kan?

Dalam Mahasatipatthana-sutta memang ada banyak konsep. Tapi dalam Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta tidak ada konsep apa pun sama sekali. Malah di situ dikatakan, "di dalam apa yang muncul dalam batin (ingatan--termasuk 'konsep', 'ajaran') hanya ada ingatan ..." Maksudnya ingatan-ingatan (konsep-konsep, ajaran-ajaran) jangan digeluti, jangan dilekati, jangan bereaksi apa pun terhadapnya.jangan punya pikiran: "Ini milikku (ajaranku, konsepku)".

Quote
Berarti Mahayana dan Vajrayana tidak percaya kalau sasana akan berakhir? Menolak Pacceka Buddha ketika tidak ada sasana?

Setahu saya, Mahayana & Vajrayana tidak menitikberatkan lagi pada sasana dari Buddha Gautama seperti Theravada, mereka meluaskan visinya kepada ajaran Buddha-Buddha yang banyak, atau pada ajaran yang bersifat timeless (tanpa-waktu), misalnya Hui Neng, Surangama-sutra, sutra-sutra Prajnaparamita dll. Saya belum pernah melihat masalah berakhirnya sasana Buddha Gotama dibahas oleh suatu sumber Mahayana & Vajrayana, baik sumber kuno maupun sumber modern. - Soal Pacceka-Buddha tidak relevan di sini, karena toh kita tidak tahu siapa-siapa mereka, karena mereka diam.

Quote
Saya mengacu kepada sadar/eling yang seringkali disebut aliran lain, disalahgunakan aliran lain, digunakan guru-guru untuk mencari uang, kekuasaan, dicampur-campur oleh ajaran lain, atau bukan sadar/eling dikatakan sebagai sadar/eling. Pelabelan bukan berarti tindakan tidak baik.

"Sadar/eling"--entah di dalam ajaran lain, entah dalam agama Buddha sendiri--kalau cuma menjadi slogan, berarti kembali menjadi konsep, ajaran.

Tentang pelabelan, bukan soal "baik" atau "tidak baik" - pelabelan selamanya adalah gerak pikiran, gerak kata-kata; itu tidak cocok dengan vipassana di mana pikiran sekadar diamati.

Quote
Quote
Hudoyo:
Ada satu yang berbeda mendasar: yaitu konsentrasi (samadhi). Ini adalah bagian dari Jalan Mulia Berfaktor Delapan. Ini tidak ada dalam ajaran K. Dan juga tidak ada dalam Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta:
Memang tidak dijelaskan pada Sutta tersebut. Tetapi sepanjang yang saya ketahui, kasus Bahiya dan Malunkyaputta pun tidak menyimpang dari jalan mulia beruas delapan atau yang disebut juga ekayana magga atau jalan tengah atau empat landasan perhatian murni. Sepengetahuan saya (maaf, lupa sumber dan referensinya) Bahiya dan Malunkyaputta tetap berada pada konsentrasi walaupun mungkin hanya satu saat pikiran, dan di referensi lain disebutkan setiap Arahat pasti melalui jalan Sottapana, Sakadagami, Anagami, walaupun terjadi dengan sangat-sangat cepat.

Saya tidak mempersoalkan pencapaian Bahiya & Malunkyaputta, apakah tingkat-tingkat itu dicapai dengan sangat cepat atau lambat. Bahiya, yang bukan bhikkhu siswa Sang Buddha--berarti tidak pernah belajar 4 Kes Mulia, 8 Jalan Utama dsb--begitu mendengar petunjuk Sang Buddha, langsung jadi arahat. Malunkyaputta, bhikkhu yang ditahbiskan ketika sudah tua--dan mungkin sudah belajar 4 Kes Mulia, 8 Jalan Utama dsb, ketika mendengar petunjuk Sang Buddha, masih harus berlatih lagi sebelum akhirnya juga menjadi arahat. (Ini persis sama dengan yang saya lihat dalam retret-retret MMD: teman-teman non-Buddhis sering kali relatif lebih cepat menangkap kiat vipassana, dibandingkan teman-teman Buddhis yang pengetahuan Dhamma-nya mendalam.) Tapi bukan itu yang saya tekankan.

Yang saya tekankan ialah bahwa Sang Buddha mengajarkan meditasi secara berbeda-beda kepada orang-orang yang berbeda. Tidak ada satu sistem/konsep/ajaran meditasi yang baku dan harus dilakukan oleh setiap umat Buddha, sebagaimana kita baca dalam buku-buku AGAMA Buddha. Kepada satu orang SB mengajarkan jhana, kepada orang lain SB tidak mengajarkan melalui jhana, kepada Bahiya & Malunkyaputta bahkan tidak mengajarkan konsentrasi (samadhi), melainkan hanya sekadar sadar/eling.

Tidak ada bukti bahwa Bahiya & Malunkyaputta harus meniti Delapan Jalan Utama untuk sampai pada pembebasan seperti Anda katakan, kalau mereka benar-benar menjalankan petunjuk SB kepada mereka seperti tercantum dalam Bahiya-sutta. Semua yang Anda katakan tidak lebih dari teori, diotak-atik agar cocok dengan sistem baku yang Anda anut.

Salam,
hudoyo


Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: morpheus on 17 April 2008, 09:39:47 AM
'Konsep', 'ajaran' adalah fungsi pikiran; tanpa pikiran tidak ada 'konsep', 'ajaran'. Vipassana adalah mengamati pikiran itu sendiri. Jadi vipassana tidak kompatibel dengan 'konsep', 'ajaran' apa pun.
Dalam hal ini vipassana diajarkan dalam bentuk "konsep" juga kan?
kalo boleh nimbrung sedikit, mohon dikoreksi kalo salah, pak hudoyo.

ada perbedaan menyolok dalam "vipassana" di atas dengan konsep yg kita pahami. dalam meditasi, kita tidak perlu percaya apapun, tidak perlu berteori apapun. meditasi justru hanyalah berbasis pada pengamatan ke dalam. saat anda mengamati ke dalam, komponen demi komponen penyusun "aku" tersebut satu demi satu terlihat dan berhenti dengan sendirinya...

meditasi seperti halnya sebuah mikroskop pemberian buddha. anda tidak beriman dan tidak bersaddha kepada mikroskop, anda tidak menghapal teori mikroskop, anda tidak melantunkan ayat2 mikroskop, anda tidak perlu mengerti konsep mikroskop (karena memang tidak ada konsepnya) dan anda tidak perlu percaya ada benda2 kecil tak terlihat mata telanjang. anda cukup mengarahkan mata anda di depan lensanya, dan anda melihat sendiri benda2 kecil yg tadinya tak terlihat mata...
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 17 April 2008, 09:53:21 AM
Intermezzo sedikit.
Saya curiga ada sekumpulan orang buta lagi cerita tentang gajah  ^-^
Ataukah ada yang sudah melihat di antara kita ? Yang jelas bukan saya.
Kalau ada yang sudah melihat ^:)^
Tapi saya juga curiga sekumpulan orang buta ini berdiskusi untuk tujuan melihat, apapun bahasanya.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: morpheus on 17 April 2008, 10:03:13 AM
bang karuna, lebih enak kalo anda ngomong langsung aja, ntar ada salah pengertian lagi...
ngomong dengan makna yg samar2 keliatan kayak lempar batu sembunyi tangan...
gak usah kawatir ada yg tersinggung
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 17 April 2008, 10:03:43 AM
kalo boleh nimbrung sedikit, mohon dikoreksi kalo salah, pak hudoyo.

ada perbedaan menyolok dalam "vipassana" di atas dengan konsep yg kita pahami. dalam meditasi, kita tidak perlu percaya apapun, tidak perlu berteori apapun. meditasi justru hanyalah berbasis pada pengamatan ke dalam. saat anda mengamati ke dalam, komponen demi komponen penyusun "aku" tersebut satu demi satu terlihat dan berhenti dengan sendirinya...

meditasi seperti halnya sebuah mikroskop pemberian buddha. anda tidak beriman dan tidak bersaddha kepada mikroskop, anda tidak menghapal teori mikroskop, anda tidak melantunkan ayat2 mikroskop, anda tidak perlu mengerti konsep mikroskop (karena memang tidak ada konsepnya) dan anda tidak perlu percaya ada benda2 kecil tak terlihat mata telanjang. anda cukup mengarahkan mata anda di depan lensanya, dan anda melihat sendiri benda2 kecil yg tadinya tak terlihat mata...


Sejauh lepasnya 'konsep-konsep', 'ajaran-ajaran', saya setuju. Terbukti dari pengalaman berbagai orang bahwa untuk bebas tidak diperlukan sama sekali ajaran agama apa pun, termasuk agama Buddha. Seorang Islam atau Kristiani--hehe... nulis "K risten" otomatis berubah menjadi k*****n :)--mampu mencapai kebebasan tanpa harus belajar Buddha-dharma, selama ia menyadari gerak-gerik badan & batinnya sendiri dan melepaskan kelekatannya terhadap segala 'ajaran', termasuk ajaran agamanya sendiri. Ini pun berlaku untuk siswa Sang Buddha.

Namun perumpamaan mikroskop kurang tepat kalau mau dikenakan pada vipassana. Sebuah 'mikroskop' tetap merupakan sebuah ALAT untuk melakukan sesuatu, mencapai sesuatu. Ini bisa menyesatkan. Bila Anda benar-benar melakukan vipassana sesuai Bahiya-sutta, Anda akan melihat bahwa mikroskop dan orang yang melihat melaluinya tidak berbeda. "Yang mengamati dan yang diamati tidak berbeda, yakni si aku." Itu hanya terlihat secara aktual bila tidak ada penghalang, semisal mikroskop, yang memisahkan si pengamat & yang diamati. Sampai semuanya runtuh dalam keheningan.

Jadi, saya lebih suka tidak memakai perumpamaan mikroskop, melainkan cukup melihat diri sendiri dengan mata telanjang, secara pasif, tanpa melakukan apa-apa, tanpa perlu alat, metode, cara, konsep apa pun.. :)

Salam,
hudoyo

Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 17 April 2008, 10:14:43 AM
Gak lar... cuma intermezzo aja koq. Saya tulus bilang saya gak sempurna koq.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: williamhalim on 17 April 2008, 10:26:29 AM

Jadi, saya lebih suka tidak memakai perumpamaan mikroskop, melainkan cukup melihat diri sendiri dengan mata telanjang, secara pasif, tanpa melakukan apa-apa, tanpa perlu alat, metode, cara, konsep apa pun.. :)


Salam Pak Hud...

Diskusi menjadi semakin menarik nih.

Saya ada tambahan sedikit:
Teknik apapun yg dipakai untuk mencapai 'padamnya si aku', pada praktiknya harus diusahakan 'diterapkan setiap saat'. Mengamati secara pasif harus dilatih untuk 'diterapkan di setiap moment keseharian'.

Ini saja sedikit opini dari saya...

Frens silahkan lanjut...

 _/\_

::



Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 17 April 2008, 10:35:46 AM
Intermezzo sedikit.
Saya curiga ada sekumpulan orang buta lagi cerita tentang gajah  ^-^
Ataukah ada yang sudah melihat di antara kita ? Yang jelas bukan saya.
Kalau ada yang sudah melihat ^:)^
Tapi saya juga curiga sekumpulan orang buta ini berdiskusi untuk tujuan melihat, apapun bahasanya.

hehe ... perumpamaan orang buta dan gajah itu datang dari agama Buddha, bukan. :)

Tapi pernahkah kita merenungkan apa yang dimaksud dengan "orang buta"? ... Teorinya ialah orang yang diliputi avijja. ... Ya, tapi mengapa ia diliputi avijja?

Jawabannya ialah karena batinnya berada di level pikiran & perasaan, level si aku, level "Ini milikku (agamaku dsb), ini aku, ini diriku". Betapa pun ia punya gelar S3 dalam Agama Buddha, kalau ia tetap di level pikiran, maka ia diliputi avijja. Ia diumpamakan seperti orang buta, atau seperti orang tidur dan bermimpi.

Tapi kalau ia bisa melihat gerak-gerik pikirannya--di dalam vipassana murni, sekalipun ia tidak punya pengetahuan apa-apa tentang  Buddha-dharma--dan pikiran itu bisa berhenti, si aku bisa berhenti, masuk ke dalam keheningan, sekalipun hanya untuk satu detik, dua detik, 10 detik, satu menit, dua menit, dst ... maka ia tidak buta lagi untuk selang waktu itu, ia tidak tidur & bermimpi lagi melainkan bangun/terjaga untuk selang waktu itu, dan ia "melihat".

Inilah yang oleh alm YM Buddhadasa Mahathera disebut "mencicipi nibbana". (Lihat: "Mindfulness with Breathing")

Tapi, sudahlah ... ini kan intermezzo ... nanti jadi OOT. :)

Salam,
Hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: bond on 17 April 2008, 10:40:19 AM
Salam kenal juga Pak Hudoyo, Thanks atas jawaban pertanyaan saya . Saya puas dengan jawaban Anda^:)^

Memang sebenarnya pada saat seseorang sudah masuk pada praktek Dhamma, segala label terkikis habis, pikiran2lah menyebabkan delusi. Tetapi label dalam bentuk teori diperlukan tatkala kalyanimita yg sesungguhnya sangat sulit ditemukan dan juga untuk menjadi pedoman tentang arah sebuah jalan bagi mereka yg baru memulai dalam praktek.

Saya ada pertanyaan lagi untuk Pak Hudoyo, sepanjang yg saya pahami tentang tahapan paling terakhir sebelum mencapai Nibbana atau penghentian terakhir atau momen terakhir yg harus dipatahkan adalah atta itu sendiri yg akhirnya menembus anatta. Benarkah demikian? _/\_

Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: ryu on 17 April 2008, 11:23:46 AM
Bukannya rakit dibutuhkan untuk mencapai pantai sebrang? Kalo rakitnya salah ato bocor ya gak akan sampe yah.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 17 April 2008, 11:25:53 AM
Bukannya rakit dibutuhkan untuk mencapai pantai sebrang? Kalo rakitnya salah ato bocor ya gak akan sampe yah.

Memang, tetapi di Sutta lain disebutkan, rakit harus ditinggalkan, jangan melekat pada rakit.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 17 April 2008, 11:26:35 AM

Jadi, saya lebih suka tidak memakai perumpamaan mikroskop, melainkan cukup melihat diri sendiri dengan mata telanjang, secara pasif, tanpa melakukan apa-apa, tanpa perlu alat, metode, cara, konsep apa pun.. :)


Salam Pak Hud...

Diskusi menjadi semakin menarik nih.

Saya ada tambahan sedikit:
Teknik apapun yg dipakai untuk mencapai 'padamnya si aku', pada praktiknya harus diusahakan 'diterapkan setiap saat'. Mengamati secara pasif harus dilatih untuk 'diterapkan di setiap moment keseharian'.

Ini saja sedikit opini dari saya...

Frens silahkan lanjut...

 _/\_

::





Salam jumpa kembali, Rekan Willibordus. :)

Tidak ada teknik apa pun untuk "memadamkan aku", tidak ada teknik apa pun untuk "sadar setiap saat". :)

Di sinilah sulitnya vipassana. ... Si aku ini licin sekali seperti belut, ... ketika pikiran merasa "paham" bahwa si aku ini harus padam, dan sadar/eling itu harus terjadi terus-menerus dari saat ke saat, ... maka si aku ini lolos dari pengamatan, dan menempatkan diri lagi menjadi si pengendali, si pengatur di atas, lalu menuntut: "kasih saya teknik untuk memadamkan aku, untuk sadar terus-menerus." :) ... Itu adalah gerak pikiran/si aku lagi, Rekan Willibordus. :)  ... Jadinya nanti seperti seekor anak anjing yang berputar-putar mengejar ekornya sendiri ... ya mustahillah tertangkap. :)

Jadi, bagaimana? ... Mari saya ambil satu contoh konkrit yang sering kita alami:

Kita semua pernah melamun, bukan? ... Lamunan yang enak, berlangsung beberapa menit ... Lalu, tiba-tiba saya sadar, bahwa saya sedang melamun ... pada detik itu, ke mana lamunan saya? ... lenyap, bukan? tanpa sengaja dilenyapkan, tanpa ditekan, tanpa dilawan ... (sekalipun sedetik kemudian bisa lamunan itu bisa muncul kembali.).

Sekarang saya tanya: sadarnya saya itu, apakah direncanakan? apakah ada polanya? apakah ada tekniknya? ... tidak, bukan ... saya lagi enak-enak melamun beberapa lama, tahu-tahu saya sadar ... saya tidak tahu dari mana datangnya sadar itu ... tidak ada tekniknya.

Apalagi untuk sadar terus-menerus ... sama sekali tidak ada tekniknya! ... Cuma ada satu kiat: JANGANLAH BERUSAHA UNTUK SADAR, melainkan sadarilah saat-saat ketika ANDA SEDANG TIDAK SADAR (Ini gampang mengatakannya, tapi sekali lagi, tidak ada tekniknya ...)

Seperti ketika sedang melamun tadi (tidak sadar), kalau muncul sadar, maka lamunan itu seketika berhenti. ... Tapi itu tidak bisa diupayakan, tidak bisa dilatih. ... Kalau dia datang, Anda beruntung ... kalau tidak, next time better :) ... tetapi tetaplah berada pada saat sekarang, dalam keadaan sadar/eling atau tidak sadar/melamun, ... jangan berpikir: "Aku harus sadar terus-menerus, dari saat ke saat."

Itulah sejauh yang bisa didiskusikan. ... Selebihnya terjunlah ke air: kalau mau bisa berenang, harus terjun ke air, jangan cuma mendiskusikan bagaimana cara berenang yang baik. :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: ryu on 17 April 2008, 11:35:38 AM
Apakan mungkin rakit yang lain bisa mengantarkan ke pantai seberang? Karena rakit yang lain itu harus ada ijin yang punya lho? Hanya rakit di buddhis perasaan aye nih yang mengajarkan tiada aku. Memang bener rakit itu akhirnya ditinggalkan sih sehingga tdk melekat.

*aye juga masih buta neh*
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: williamhalim on 17 April 2008, 12:03:45 PM
 _/\_
Pak Hud,

Sudah lama tidak jumpa, sudah kangen juga  ;D.

Sehari2 saya biasanya kongkow dengan kawan2 DiCiner's disini  :) Beberapa hari yg lalu Benny mengusulkan untuk mengundang Pak Hud kesini, saya sangat antusias, karena saya yakin banyak pengalaman Pak Hud yg bisa dibagi untuk kami semua disini.

Terima kasih atas tanggapan Pak Hud.

Berusaha untuk 'Tetap Sadar' adalah sangat berbeda dengan berpikir 'Aku harus sadar terus menerus'. Kedengarannya membingungkan. ;D Namun, contoh 'Melamun' tsb menurut sy sangat bagus, sangat membantu untuk mengerti / membayangkan apa itu 'tersadarkan', meskipun tidak persis begitu, tapi setidaknya bisa membantu.


Salam,
Willibordus

::



Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: morpheus on 17 April 2008, 12:13:56 PM
Jadi, saya lebih suka tidak memakai perumpamaan mikroskop, melainkan cukup melihat diri sendiri dengan mata telanjang, secara pasif, tanpa melakukan apa-apa, tanpa perlu alat, metode, cara, konsep apa pun.. :)
ngarti, pak.

mengenai metode, di manakah letak problemnya kalo kita meditasi dengan suatu metode, katakanlah meditasi ketenangan memperhatikan keluar masuk nafas?
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 17 April 2008, 01:00:08 PM
Memang sebenarnya pada saat seseorang sudah masuk pada praktek Dhamma, segala label terkikis habis, pikiran2lah menyebabkan delusi. Tetapi label dalam bentuk teori diperlukan tatkala kalyanimita yg sesungguhnya sangat sulit ditemukan dan juga untuk menjadi pedoman tentang arah sebuah jalan  bagi mereka yg baru memulai dalam praktek.

Saya ada pertanyaan lagi untuk Pak Hudoyo, sepanjang yg saya pahami tentang tahapan paling terakhir sebelum mencapai Nibbana atau penghentian terakhir atau momen terakhir yg harus dipatahkan adalah atta itu sendiri yg akhirnya menembus anatta. Benarkah demikian? _/\_

Jawaban saya sebaiknya saya gabung dengan jawaban untuk Rekan Ryu, ya, karena substansinya hampir sama. :)

Bukannya rakit dibutuhkan untuk mencapai pantai sebrang? Kalo rakitnya salah ato bocor ya gak akan sampe yah.

'Atta' itu apa? ... 'atta' itu bukan sesuatu yang tersembunyi di dalam lubuk batin kita, yang baru terbongkar nanti pada "akhir perjalanan" menuju 'nirwana'. ...

'Atta' adalah segala sesuatu yang ada dalam batin kita sekarang: pikiran, perasaan, keinginan, ketidaksenangan, harapan, kekecewaan, kepercayaan, iman, ajaran agama, pengetahuan, pengalaman, ... semua itu adalah 'atta'.

Jadi, 'atta' itu harus disadari SEKARANG, bukan NANTI. ... Dan yang menarik ialah, setiap kali 'atta' itu disadari--dalam wujud apa pun--ia pasti LENYAP seketika itu juga ... sekalipun sesaat lagi bisa muncul kembali dalam bentuk lain atau bentuk yang semula.

*****

Sekarang tentang "rakit", "jalan", "metode" atau apa pun istilahnya. ... Itu semua adalah sifat-sifat dari suatu AGAMA, termasuk Agama Buddha. Tiap agama mempunyai "tujuan", "goal"; dan untuk mencapai goal itu, di masa depan tentunya, ditawarkan sebuah "rakit", "jalan", "syariat", "metode", apa pun namanya. Jadi inilah kebiasaan berpikir manusia dalam meproses masalah spiritual di dalam agama, tidak ubahnya seperti ia memproses setiap masalah duniawi yang dihadapi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Selalu ada: (1) tujuan: (2) cara/metode, dan (3) waktu untuk mencapainya (di masa depan).

Mohon dipahami ini dulu baik-baik, sebelum kita membahas bagaimana halnya dalam MEDITASI. Pengalaman kesadaran dalam MEDITASI sangat berbeda dengan hasil pemikiran/renungan dalam AGAMA.

Terutama tentang WAKTU. Apabila Anda sadar/eling, sehingga pikiran berhenti, maka kesadaran tentang WAKTU pun berhenti: tidak ada lagi masa lampau dan masa depan dalam kesadaran kita:yang ada adalah saat kini yang terus-menerus mengalir, tapi tidak ada kesadaran "mengalir dari mana" atau "mengalir ke mana". Dalam keadaan itu, segala konsep-konsep & pemikiran-pemikiran yang berhubungan dengan waktu pun berhenti: tidak ada lagi tujuan "mencapai pantai seberang", tujuan "lenyapnya aku" dsb dsb. Karena tidak ada lagi "tujuan", "pantai seberang" dsb, maka tidak relevan lagi bicara atau mikir-mikir tentang "rakit", tentang "jalan" dsb.

Yang ada tinggallah saat kini dengan apa yang ada, yakni batin ini, yang terus berubah, timbul tenggelam, kadang-kadang hening, kadang-kadang ribut. Keheningan dan berhentinya pikiran/aku yang cepat atau lambat datang, akan datang ketika tidak diharapkan, seperti pencuri di waktu malam, ketika si aku yang mengharap-harap tidak ada lagi.

Begitulah ajaran Jalan Suci Berfaktor Delapan, Empat Kebenaran Suci dsb tidak relevan lagi dalam kesadaran vipassana, ketika orang mulai duduk diam mengamati pikirannya sendiri. Ketika orang mulai duduk diam, itulah LANGKAH PERTAMA, yang sekaligus adalah LANGKAH TERAKHIR.

Saya tidak tahu, apakah Anda memahami ini atau tidak. Kalau tidak, saya sarankan, ikutilah retret vipassana; Anda akan melihat secara langsung semuanya yang dibicarakan di sini.

Salam,
Hudoyo


Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 17 April 2008, 01:58:24 PM
ngarti, pak.

mengenai metode, di manakah letak problemnya kalo kita meditasi dengan suatu metode, katakanlah meditasi ketenangan memperhatikan keluar masuk nafas?

Tidak ada problem ... silakan saja. :)
Meditasi seperti itu mempunyai tujuan tertentu--dalam hal ini, ketenangan--jadi ada metodenya untuk mencapai tujuan itu.

Kadang-kadang meditasi pernapasan (anapanasati) saya lakukan bila pikiran sedang kacau karena banyak problem di kantor. Tapi dengan meditasi ketenangan tidak akan diperoleh pemahaman diri, kearifan & kebebasan. Meditasi ketenangan semata-mata bukanlah vipassana.

Salam,
hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: bond on 17 April 2008, 02:04:25 PM
Terima kasih Pak Hudoyo, saya paham sekarang dan penjelasan Anda langsung straight to the point. dan saya sungguh terkesan kalimat Anda " Langkah pertama, yg sekaligus adalah langkah terakhir". Benar2 membuka hati saya.

 _/\_

Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 17 April 2008, 02:13:47 PM
Amituofo  ^:)^

Salam,
Hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: tesla on 17 April 2008, 03:42:37 PM

Silakan lakukan masing-masing, saya tidak ingin menilai JK :)
mengapa Pak Hud langsung menuju pada kesimpulan bahwa saya bilang pikiran, ucapan, dan tindakan JK tidak selaras?
Justru itu suatu pertanyaan untuk direnungkan bersama, sambil melihat catatan "karir" JK.....silakan yg berminat untuk mencari tahu, saya rasa itu penting sebagai informasi tambahan.

bow and respect,

menanggapi kata "catatan karir JK" yg dimaksud oleh Samanera Nyanabhadra,
apakah ini yg Samanera maksudkan? mohon bimbingannya:

Quote
In 1932, at the age of thirty-seven, Krishnamurti entered into a personal relationship with Rosalind Rajagopal, the wife of his long time associate D. Rajagopal. It was only with the publication of the book, "Lives in the Shadow of J. Krishnamurti" by Radha Rajagopal Sloss, in 1991, that knowledge of the affair was made public.

terjemahan bebas dari saya (mohon koreksinya):

tahun 1932, pada usia 37, JK mempunyai "hubungan pribadi" dg Rosalind Rajagopal.
pernyataan itu dinyatakan oleh Radha Rajagopal Sloss melalui buku yg berjudul "Hidup dalam Bayangan JK" :P pada thn 1991.

IMO, hal tsb hanyalah sebuah pernyataan dari Radha yg tidak dapat (saya) dibuktikan...

Quote
Radha Rajagopal Sloss adalah
anak perempuan dari Rosalind Rajagopal.

Suami dari Rosalind atau ayah dari Radha adalah
Desikacharya Rajagopal.

Desikacharya Rajagopal adalah
associate (teman? rekan? partner?) JK yg sudah lama.

CMIIW

salam metta,
:lotus:
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Hikoza83 on 17 April 2008, 04:33:18 PM
Bukannya rakit dibutuhkan untuk mencapai pantai sebrang? Kalo rakitnya salah ato bocor ya gak akan sampe yah.

Memang, tetapi di Sutta lain disebutkan, rakit harus ditinggalkan, jangan melekat pada rakit.

setahuku, rakit dibutuhkan utk mencapai pantai seberang.
Kalau sudah tiba di seberang, ya rakitnya harus ditinggalkan, bukan utk dilekati.
BUT, kalau belum nyampe di seberang, tapi rakitnya udah dibuang.. gimana atuh???
kata Suhu Sumedho: Selamat! Silahkan Anda berenang sekuat tenaga ke tepian...   8)
itu pun kalo selamet, ga tenggelam... :P
kalau Anda tenggelam, selamat! Anda belum beruntung...
SAMSARA NO WAY OUT !!!


By : Zen
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: tesla on 17 April 2008, 06:11:06 PM
Pantai seberang mungkin adalah pantai ini

    ... Anda ingin sampai ke pantai seberang dengan cara apa pun, dan Anda berenang mati-matian, tanpa tahu di mana pantai seberang itu. Pantai seberang itu mungkin adalah pantai ini, jadi Anda berenang menjauhinya. Jika saya boleh memberikan saran: berhentilah berenang. Ini tidak berarti Anda harus menjadi seperti orang bebal, hidup seperti tumbuhan atau berpangku tangan saja, alih-alih Anda harus eling secara pasif, tanpa memilih-milih apa pun, tanpa mengukur; lalu lihat apa yang terjadi. Mungkin tidak terjadi apa-apa; tetapi jika Anda mengharapkan lonceng itu berdentang lagi, jika Anda mengharapkan semua perasaan dan kenikmatan itu kembali lagi, maka Anda berenang ke arah yang salah. Untuk hening dibutuhkan energi besar; berenang menghabiskan energi itu. Anda membutuhkan seluruh energi Anda untuk keheningan batin, dan hanya di dalam kekosongan, di dalam kekosongan sempurna, sesuatu yang baru bisa muncul.

J Krishnamurti - Eight Conversations, 5
[Dari: JKrishnamurti.org - Daily Quote]

comot dari thread Pak Hudoyo di kaskus neh...
minta izinnya Pak! ^:)^
soalnya kata pantai lagi hot... :P
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sumedho on 17 April 2008, 07:02:47 PM
wah masih ingat aja becandaan rakit itu. nga ketemu di threadnya nih, masuk ke topic mana itu thread... ???

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,721.0.html
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: ryu on 17 April 2008, 09:05:22 PM
jadi binun nih aye  :o
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: andry on 17 April 2008, 09:09:27 PM
jadi binun nih aye  :o
Knapa binun bro?
IMO rakit2 adalah step2 nya..pegangan.. pada saat di tengah sungai kan rakit harus dipegang kuat biar jangan keceburrr...
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: ryu on 17 April 2008, 09:18:22 PM
jadi binun nih aye  :o
Knapa binun bro?
IMO rakit2 adalah step2 nya..pegangan.. pada saat di tengah sungai kan rakit harus dipegang kuat biar jangan keceburrr...


Baca yang ini nih :

Quote
Pantai seberang mungkin adalah pantai ini

    ... Anda ingin sampai ke pantai seberang dengan cara apa pun, dan Anda berenang mati-matian, tanpa tahu di mana pantai seberang itu. Pantai seberang itu mungkin adalah pantai ini, jadi Anda berenang menjauhinya. Jika saya boleh memberikan saran: berhentilah berenang. Ini tidak berarti Anda harus menjadi seperti orang bebal, hidup seperti tumbuhan atau berpangku tangan saja, alih-alih Anda harus eling secara pasif, tanpa memilih-milih apa pun, tanpa mengukur; lalu lihat apa yang terjadi. Mungkin tidak terjadi apa-apa; tetapi jika Anda mengharapkan lonceng itu berdentang lagi, jika Anda mengharapkan semua perasaan dan kenikmatan itu kembali lagi, maka Anda berenang ke arah yang salah. Untuk hening dibutuhkan energi besar; berenang menghabiskan energi itu. Anda membutuhkan seluruh energi Anda untuk keheningan batin, dan hanya di dalam kekosongan, di dalam kekosongan sempurna, sesuatu yang baru bisa muncul.

J Krishnamurti - Eight Conversations, 5
[Dari: JKrishnamurti.org - Daily Quote]

Sound like Nibbana, but .....?
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sumedho on 17 April 2008, 09:21:27 PM
analogi yg sama tetapi dilihat dari sudut yg berbeda. Analogi tidak bisa dikomparasi tetapi di lihat apa yg dimaksud masing2x.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 17 April 2008, 10:21:01 PM
Sounds like Nibbana, but .....?


"Nibbana" yang mana? Yang ada dalam buku, dalam pikiran?

Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 17 April 2008, 10:27:52 PM
Pantai seberang mungkin adalah pantai ini

    ... Anda ingin sampai ke pantai seberang dengan cara apa pun, dan Anda berenang mati-matian, tanpa tahu di mana pantai seberang itu. Pantai seberang itu mungkin adalah pantai ini, jadi Anda berenang menjauhinya. Jika saya boleh memberikan saran: berhentilah berenang. Ini tidak berarti Anda harus menjadi seperti orang bebal, hidup seperti tumbuhan atau berpangku tangan saja, alih-alih Anda harus eling secara pasif, tanpa memilih-milih apa pun, tanpa mengukur; lalu lihat apa yang terjadi. Mungkin tidak terjadi apa-apa; tetapi jika Anda mengharapkan lonceng itu berdentang lagi, jika Anda mengharapkan semua perasaan dan kenikmatan itu kembali lagi, maka Anda berenang ke arah yang salah. Untuk hening dibutuhkan energi besar; berenang menghabiskan energi itu. Anda membutuhkan seluruh energi Anda untuk keheningan batin, dan hanya di dalam kekosongan, di dalam kekosongan sempurna, sesuatu yang baru bisa muncul.

J Krishnamurti - Eight Conversations, 5
[Dari: JKrishnamurti.org - Daily Quote]

comot dari thread Pak Hudoyo di kaskus neh...
minta izinnya Pak! ^:)^
soalnya kata pantai lagi hot... :P


O iya, silakan saja. :)

Kata-kata K yang saya beri merah di atas mengingatkan saya kepada kata-kata Sang Buddha kepada Angulimala:

"Angulimala, saya sudah lama berhenti. Engkaulah yang masih terus berlari. Apa yang kaucari? Berhentilah!"

Tampaknya 'nibbana' pun harus kita "kejar" ...  ;)

Salam,
hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 17 April 2008, 10:43:01 PM
[...]
Quote
In 1932, at the age of thirty-seven, Krishnamurti entered into a personal relationship with Rosalind Rajagopal, the wife of his long time associate D. Rajagopal. It was only with the publication of the book, "Lives in the Shadow of J. Krishnamurti" by Radha Rajagopal Sloss, in 1991, that knowledge of the affair was made public.

terjemahan bebas dari saya (mohon koreksinya):

tahun 1932, pada usia 37, JK mempunyai "hubungan pribadi" dg Rosalind Rajagopal.
pernyataan itu dinyatakan oleh Radha Rajagopal Sloss melalui buku yg berjudul "Hidup dalam Bayangan JK" :P pada thn 1991.

IMO, hal tsb hanyalah sebuah pernyataan dari Radha yg tidak dapat (saya) dibuktikan...

[...]
CMIIW

salam metta,
:lotus:

Apa yang Anda tulis betul. Pada tahun-tahun itu berlangsung affair cinta & hubungan badan antara K dengan Rosalind, istri sahabatnya, Rajagopal. Topik ini pernah saya lontarkan di milis spiritual, milis MMD, milis_Buddha, milis MUBI dll sehingga menjadi perdebatan ramai pro dan kontra di milis-milis itu mulai 22 September 2006 selama kurang lebih sebulan dengan judul "Perselingkuhan Krishnamurti" dan kemudian di sana-sini masih muncul komentar sampai Desember 2007. (Istilah 'perselingkuhan' belakangan saya sadari sebagai istilah yang menghakimi dan di forum ini saya ganti dengan istilah "affair cinta".)

Untuk fair-nya sebentar lagi akan saya tayangkan posting yang mencetuskan perdebatan itu. Kalau mau membaca selengkapnya opini-opini dan penilaian-penilaian yang timbul dalam perdebatan itu silakan mengikutinya di salah satu milis yang saya sebutkan di atas.

Akhirnya, silakan mengambil kesimpulan & penilaian sendiri. :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 17 April 2008, 11:24:54 PM
AFFAIR CINTA KRISHNAMURTI (1/2)

From: Hudoyo Hupudio <hudoyo [at] cbn.net.id>
Date: Fri, 22 Sep 2006 19:44:22 +0700
Subject: [SP] PERSELINGKUHAN J. KRISHNAMURTI
Reply-To: milis-spiritual-owner [at] yahoogroups.com

Rekan-rekan sekalian,

Rekan Ardhy Ryadi menulis kepada saya: "Mengapa Pak Hudoyo tidak mengungkap kekurangan Krishnamurti sebagaimana Bapak lakukan terhadap Osho?" Karena saya melihat bahwa Rekan Ardhy dengan tulus ingin belajar--bukannya menyerang atau melecehkan--maka saya penuhi permintaannya itu. Kesempatan ini ingin saya gunakan pula untuk menunjukkan bahwa saya sama sekali tidak risih membicarakan kekurangan-kekurangan K, termasuk apa yang dinamakan "perselingkuhan"-nya.

"Perselingkuhan" itu untuk pertama kali secara tertulis diungkap dalam sebuah buku, "Lives in the Shadow with J. Krishnamurti" (336 + xiv hal., 1991) ditulis oleh Radha Rajagopal Sloss. Radha adalah anak perempuan tunggal dari pasangan Rajagopal & Rosalind, kedua-duanya adalah sahabat kental K. Radha lahir pada th 1931 ketika K baru saja membubarkan Perkumpulan Bintang dan keluar dari Perhimpunan Teosofi. Keluarga itu tinggal di Ojai, California, dan K bergabung dengan mereka di sana. Tanah itu adalah bagian dari aset yang dibeli oleh Annie Besant sebagai pusat penyebarluasan ajaran K di Amerika Serikat, tetapi bukan milik Perhimpunan Teosofi.

Rajagopal yang telah mengenal K sejak muda, bertindak sebagai pengurus The Star Publishing Trust, yang menerbitkan buku-buku K dan mengurus kehidupan K serta perjalanan-perjalanannya. Keempat orang itu, Rajagopal, Rosalind, K dan bayi Radha  tinggal serumah sebagai satu keluarga, selama lebih dari 25 tahun, mulai dari awal th 1930-an sampai sehabis Perang Dunia II. Di situlah terjadi affair cinta antara K dan Rosalind selama itu pula. Berbagai aspek dari affair itu (yang akan dijelaskan dalam kutipan di bawah ini) menyebabkan affair ini bukan perselingkuhan biasa, sehingga menarik untuk didiskusikan.

Ketika terbit, buku "Lives in the Shadow" menimbulkan kegemparan di kalangan pengikut K. Tidak lama kemudian terbitlah buku kecil, "Krishnamurti and the Rajagopals" (129 + iv hal, 1996), ditulis oleh Mary Lutyens. (Mary L. adalah penulis biografi K, atas permintaan K sendiri, yang menghasilkan trilogi biografi K: (1) "The Years of Awakening"; (2) "The Years of Fulfillment", (3) "The Open Door". Dalam trilogi biografi itu tidak disebut-sebut skandal cinta antara K dan Rosalind, yang memang belum terungkap ketika biografi itu ditulis.) Dalam "Krishnamurti and the Rajagopals", Mary Lutyens mengungkapkan ketidakbenaran data yang ditampilkan oleh Radha, pemutarbalikan fakta dan kebohongan dalam tulisan Radha, tanpa mengingkari bahwa K mempunyai affair dengan ibu Radha, Rosalind.

Di sini saya tidak menampilkan buku Mary Lutyens itu, karena jelas-jelas ditulis oleh seorang pengikut K, dan mengesankan membaca sebuah debat. (Menampilkan buku itu tentu saja akan mengharuskan saya untuk menampilkan buku Radha juga.) Alih-alih, saya tampilkan kutipan dari sebuah buku biografi K yang lain, yang ditulis oleh Roland Vernon sesudah skandal K terungkap, berjudul "Star in the East: Krishnamurti -- the Invention of a Messiah" (306 + xiv hal., 2002). Roland Vernon bukan pengikut K, dan biografi K-nya ditulisnya secara seimbang. Saya suka buku itu, dan jika ada rekan yang berminat membaca biografi seorang besar secara seimbang, silakan membaca buku itu. Sebuah review dari Sunday Telegraph (UK) menulis: "Krishnamurti's life abounds in paradoxes, some of which Roland Vernon's very readable, sensitive, and even-handed book tries to unravel."

Nah, tulisan (dan pemahaman) Roland Vernon terhadap affair antara K dan Rosalind itulah yang saya sajikan di bawah ini. Setelah membaca tulisan itu, silakan rekan-rekan yang berminat mengirimkan komentar Anda--entah positif, entah negatif, entah netral--kepada saya. Sekali lagi, perselingkuhan orang besar ini bukanlah perselingkuhan yang remeh; affair ini memaksa kita untuk memikirkan kembali asumsi-asumsi kita terhadap moralitas, spiritualitas, norma-norma masyarakat dan agama, perkawinan, cinta dan seks.

Sudah tentu affair K itu tidak bisa dibandingkan dengan kehidupan free-sex-nya Osho & ashram-nya.

Salam,
Hudoyo

PS: Pada tahun 1960-an sampai 1980-an, terjadi sengketa perdata antara Rajagopal dan K, karena K menuntut kembali hak cipta atas transkrip ceramah dan tulisan-tulisannya, yang dikangkangi oleh Rajagopal. Dalam proses perdata itu, Rajagopal pernah mengancam K akan mengungkapkan "masalah pribadi yang akan merusak reputasinya". Tetapi K tidak bergeming. Setelah K meninggal pada th 1986, hakim dalam sengketa perdata itu memutuskan hak cipta atas seluruh tulisan K dikembalikan kepada ahli waris intelektual K yang diwakili oleh Krishnamurti Foundation of America (KFA).

*****

[Dari: Roland Vernon, “Star in the East: Krishnamurti, the Invention of a Messiah,” 2002, halaman 198-204. - bold dari saya.]


[...]
 
     Sementara K pergi meninggalkan Ryde Crematorium di Sydney pada hari jenazah Charles Webster Leadbeater diperabukan [Maret 1934], ia tahu bahwa pengaruh terbesar yang membentuk kehidupannya sekarang telah berlalu. Banyak di antara pelajaran-pelajaran yang bermanfaat dari gurunya telah berakar, dan akan menetap bersama K selama hidupnya, seperti sikap yang teliti terhadap kebersihan, penampilan fisik, pakaian dan olahraga. Juga bisa diperdebatkan bahwa ketulusan tanpa kenal kompromi yang dengan itu ia mendekati karya mengajarnya--yang kadang-kadang menjurus pada sifat tiranikal--pada awalnya dapat diturunkan dari teladan yang diberikan oleh mentornya yang keras itu. Namun secara praktis, benang-benang rapuh yang pernah mengikatnya pada masa lampaunya pada akhirnya kini terputus; begitu pula mata rantai hidup yang terakhir yang menghubungkan Perhimpunan Teosofi dengan pendirinya yang terkenal, Madame Blavatsky. Bayangan mileniarisme abad ke-19 terangkat, dan akhirnya ia, dalam arti apa pun, bebas untuk menjalankan misi pengajarannya sendiri.
 
     K pada tahun 1930-an hampir-hampir tak dapat menahan semangatnya untuk mengajar, sekalipun gaya bicaranya masih jauh dari baik. Seperti dikatakan oleh seorang pengamat pada suatu ceramahnya pada tahun 1930: “Ia tampak gelisah dan tidak nyaman, tubuhnya berayun-ayun seperti gelagah tertiup angin, gerak tangannya terpaku pada satu pola saja, suaranya kadang-kadang melemah sampai hampir tak terdengar, bergantung terlalu banyak pada ingatannya di atas kertas. Efek keseluruhannya, bukan mencerminkan suatu kelemahan, melainkan suatu kekuatan yang terkendali secara tidak sempurna.” Ia didorong oleh keinginan menyala-nyala untuk berbagi realisasi yang telah dicapainya sendiri. Namun sejak dini ia menyadari paradoks yang terkandung dalam misi hidupnya: bahwa apa yang tak terperikan tidak mungkin dapat dikomunikasikan melalui bahasa; ia boleh mengajar sampai akhir hayatnya, ia boleh berteori, bernalar, meyakinkan, membujuk, atau memaksa pendengarnya, tetapi pada akhirnya, api yang ingin dinyalakannya tidak mungkin diwadahi dalam kata-kata atau konsep-konsep, tidak peduli betapa terilhami si pembicara. Kelak sebagai orang lanjut usia ia mengeluh bahwa tidak seorang pun, sekalipun enam puluh tahun ia telah bekerja, yang secara aktual menghayati ajarannya dan pembebasan yang dibicarakannya.
 
     Perkemahan [tahunan] tetap berlangsung di Ommen [Belanda] dan Ojai [Kalifornia], dan diadakan perjalanan ceramah ke negara-negara di seluruh dunia yang sebelumnya belum pernah dikunjunginya. Khususnya ia suka mengunjungi Yunani, di mana ia pertama kali bicara pada Desember 1930, dan menimbulkan kegemparan di Athena. Sebuah kunjungan ke New Zealand, tidak lama setelah perabuan Leadbeater, menimbulkan minat masyarakat yang meluas oleh karena pemerintah, yang mengkhawatirkan pendekatannya yang radikal, melarangnya bicara di radio. Hasilnya adalah meningkatnya berlipat ganda pendengar yang menghadiri ceramahnya langsung, di mana semua orang terpukau mendengarkan pesan yang tampaknya subversif langsung dari mulut tamu yang eksotik ini. Bernard Shaw, yang kebetulan mengunjungi New Zealand pula pada waktu itu, menambahkan suaranya kepada mereka yang marah oleh pelarangan itu. “Pihak yang berwajib tampaknya tidak tahu akan kemasyhuran K beserta ajarannya yang universal,” katanya kepada seorang wartawan, “lalu menggolongkannya sebagai sekadar seorang biadab dari India. ... Mereka akan menyesal kelak.”
 
     Perjalanan K dan keperluan pribadinya sekarang dibiayai oleh penghasilan yang diperoleh dari terbitan-terbitan Star Publishing Trust (SPT). Terbitan-terbitan ini sebagian besar adalah “Laporan Verbatim (kata-demi-kata)” dari ceramah-ceramahnya, diedit oleh Rajagopal dan Lady Emily, dan diterjemahkan ke dalam 18 bahasa. Demikianlah alat untuk menyebarluaskan pesannya sekaligus menjadi sumber utama dari pembiayaan dirinya dan rombongannya, sekalipun ia tetap menerima dana tahunan dari Miss Dodge dan sumbangan dari para penyumbang lain. Terbentuklah suatu operasi pemasaran yang licin­--cukup licin untuk memasukkan dalam daftar buku yang dijualnya buku “At the Feet of the Master” (yang ditampilkan sebagai tulisan K muda, tetapi siapa pengarang sesungguhnya diperdebatkan dengan tajam dua puluh tahun sebelumnya) dalam tidak kurang dari tiga jenis penjilidan: sampul kertas, sampul keras, dan edisi ‘deluxe’. Tentu saja K tidak kekurangan apa pun, dan gaya hidupnya tetap mewah seperti sebelumnya. Ia sering diundang oleh para selebriti kaya dan bangsawan, dan mendapat perlakuan secara mewah.
 
     Administrasi sehari-hari dari SPT, pengurusan kegiatan K secara keseluruhan, dilakukan oleh Rajagopal, seperti di zaman Perkumpulan Bintang di Timur (OSE ­- Order of the Star in the East). Ia juga bertanggung jawab untuk berhubungan dan menggerakkan berbagai wakil-wakil internasional, yang ditampilkan oleh Trust itu berjumlah 44 orang pada Mei 1930. Ia mengurus sendiri berbagai detail paling kecil, dan bekerja lama sampai kesehatannya terganggu, untuk memastikan bahwa setiap aspek administratif dari pekerjaan itu beres. Ia merasa frustrasi dengan sikap K yang tidak memiliki kepekaan ekonomis, dan lebih suka melakukan pekerjaannya secara independen, dengan sesedikit mungkin campur tangan dari sang guru. Dia sangat tidak suka disebut sekretaris K, dan konfrontasi di antara kedua orang itu tidak jarang terjadi. Bila timbul sebuah pertengkaran, K lebih sering daripada tidak kembali ke sikap kanak-kanaknya dulu yang menutup diri, dan membiarkan dirinya diseret kesana kemari, daripada memperpanjang perdebatan. Ia polos (innocent) dan mudah sekali dibelokkan dalam situasi-situasi seperti ini; berbeda sekali dengan sosok guru yang keras yang di hadapannya ribuan orang duduk terpukau. Hubungan kedua orang itu mulai dari saat ini berayun antara kasih sayang yang kuat dan saling tidak suka. Sebagian dari masalah itu (tetapi mungkin hanya sebagian kecil) dikatakan adalah simpati Rajagopal yang tetap tersimpan terhadap Perhimpunan Teosofi, yang dalam pikirannya telah diperlakukan dengan sikap kaku dan rasa tidak suka oleh K. Secara resmi ia tetap menjadi anggota perhimpunan itu, dan tetap mempertahankan keanggotaannya sampai ia meninggal pada 1993. Sebaliknya, K bicara tentang apa yang dikatakan orang sebagai pengkhianatannya terhadap perhimpunan itu, “Saya tidak bicara tentang kesetiaan, saya bicara tentang kebenaran ... Anda tidak bisa berpolitik dengan hal-hal spiritual.”

 
<bersambung>
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 17 April 2008, 11:55:09 PM
AFFAIR CINTA KRISHNAMURTI (2/2)
   

     Suatu masalah yang jauh lebih rumit mulai menyelusup seperti baji yang memisahkan kedua orang itu, sekalipun sejauh mana diakui secara terbuka oleh mereka pada waktu itu--alih-alih diterima secara diam-diam selama waktu lebih dari dua puluh tahun--akan tetap mengandung misteri. Detail terperinci mengenai situasi itu baru-baru ini terungkap, dan menimbulkan guncangan kekecewaan yang bergema di kalangan pengikut K. Dari perspektif tidak memihak, kita mau tidak mau berpikir bahwa skandal di luar proporsi yang muncul dari pengungkapan ini lebih disebabkan oleh sikap salah merahasiakan affair ini, daripada kejadiannya sendiri.
 
     K melewatkan waktu lebih banyak di Ojai dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, karena tempat itu sekarang menjadi tempat tinggal utamanya, dan dari Oktober 1931 sampai Juli 1932 terus-menerus tinggal di sana, dengan tujuan untuk bermeditasi dan menjauhkan diri dari gangguan duniawi. Rajagopal, yang mempunyai kerangka batin yang bertolak belakang, selalu bekerja sepanjang waktu, dan sering bepergian ke kantor resmi The Star Publishing Trut di Hollywood pulang-pergi. Ia juga menderita sakit yang berulang-ulang, khususnya rematik dan radang sinus, dan sering kali harus masuk rumah sakit. Hubungannya dengan istrinya, Rosalind, yang sejak awal tidak pernah memuaskan, kini mengalami ketegangan yang gawat. Kelahiran anak tunggal mereka, Radha, pada 1931, tidak banyak memperbaiki hubungan itu. Malah, ketika pertama kali melihat bayi itu, Rajagopal menyatakan kepada istrinya, bahwa setelah menunaikan tugas menghasilkan anak, maka dapat dibenarkan kalau mereka tidak lagi berhubungan seksual. Ia tampaknya semakin kurang tertarik kepada Rosalind, dan mungkin juga dibayangi oleh sikap puritan dari Teosofi dalam kaitan dengan pemuasan nafsu birahi; tetapi tampaknya ia tidak mau mempertimbangkan perceraian, karena menghormati Annie Besant, yang telah memberkati perkawinannya. Ia membutuhkan kebebasan di dalam perkawinan itu untuk dapat mengabdikan dirinya kepada pekerjaannya, dan dengan ukuran yang sama, Rosalind pun diberinya kebebasan yang sama. Itu adalah penyelesaian yang cocok bagi mereka berdua, dan itu juga berarti bayi Radha tidak akan sepenuhnya kehilangan salah satu dari orang tuanya.
 
     Namun, bukan Rajagopal, melainkan K-lah yang menjadi pengganti ayah bagi anak itu, bermain dengan dia lebih dari orang dewasa lain, dan melimpahinya dengan kasih sayang. Radha belakangan menulis, “Ia melindungi saya dengan keras, berdiri seperti singa di atas boks saya, dan tidak membiarkan orang asing menyentuh saya. Dia dan bukan Raja[gopal] yang melakukan apa yang oleh kebanyakan ayah pada zaman itu diserahkan kepada istri dan perawat untuk melakukannya.” Waktu-waktu singkat di mana Rajagopal bisa santai jarang bersesuaian dengan waktu santai keluarganya, dan K mendapati dirinya bukan hanya mengambil-alih peran seorang ayah, tetapi juga peran seorang suami bagi Rosalind yang kesepian dan membutuhkan cinta. K tentu sadar sepenuhnya akan keadaan perkawinan Rosalind, dan memperoleh jaminan dari dia bahwa suatu affair di antara mereka bukanlah sesuatu yang patut dikecam secara moral, sekalipun tentu saja itu harus dirahasiakan dengan kuat demi kepentingan semua pihak, terutama kepentingan bayi Radha. Demikianlah, secara tertutup hubungan intim dan hubungan jasmani di antara mereka mulai terjalin pada musim semi 1932 dan berlanjut selama lebih dari 25 tahun. Baru dengan diterbitkannya buku karya Radha pada 1991, masalah affair itu diungkapkan kepada publik, sekalipun sahabat-sahabat dekat K seperti Mary Lutyens sudah lama mengetahui tentang hal itu. Radha mengklaim bahwa Rajagopal sendiri tidak tahu apa-apa sampai dua puluh tahun kemudian, yang kalau ini bisa dipercaya, hanya menunjukkan betapa ia tidak peduli dengan kehidupan rumah tangganya.
 
     Ini adalah pertama kali K--sekarang berusia 37 tahun--membiarkan dirinya terjun ke dalam hubungan seksual penuh. Ia sekarang merasa bahwa pembatasan-pembatasan yang dikenakan oleh Perhimpunan Teosofi terhadap seks adalah artifisial dan tidak perlu. Di masa lampau ia pernah mengalami ketertarikan seksual yang kuat, dan lebih dari sekali ia menanggungkan kepedihan hasrat romantis, dan selalu mengingkari bagi dirinya pemenuhan fisik yang tertinggi. Ia memperoleh solusinya dengan mengalihkan secara mental ketertarikannya kepada lawan jenis menjadi dambaan akan belaian seorang ibu; dan ia malah pernah mempertimbangkan hidup selibat sebagai kriteria yang perlu bagi pencapaian pencerahan; tetapi di dalam hasrat panas dari temuannya yang baru, bersama dengan kebebasannya dari keterbatasan Teosofi, ia melepaskan filsafatnya khusus dalam hal ini.
 
     Lokasi Ojai yang relatif terpencil menjamin bahwa pasangan itu akan aman di dalam rahasia mereka, dan kunjungan K yang sering dilakukannya ke kamar tidur Rosalind, yang biasanya untuk membawa sebuah baki sarapan atau makan siang, atau seikat bunga, di waktu pagi, tidak terlalu menarik perhatian. Di Eropa ia tidak begitu berhati-hati, dan bahkan mengupayakan agar Rosalind menemaninya di gubuk hutannya pada perkemahan-perkemahan di Ommen. Rosalind menemaninya ke mana-mana dalam pejalanan-perjalanan ceramahnya, tetapi bagi para pengamat ini tampak sebagai sekadar kelanjutan dari kebiasaan bepergiannya. K selalu bepergian dengan serombongan orang, sering kali dengan Rosalind, sebelum dan sesudah pernikahan Rosalind, dan ada orang-orang lain, laki-laki dan perempuan, yang melayaninya. Pada masa ia masih bersama Teosofi, tidak pernah terpikir oleh orang bahwa ia mungkin terlibat secara seksual dengan salah satu sahabatnya, sekalipun suasananya pekat dengan romantisme, dan sikap tanpa pikir panjang ini berlanjut sesudah itu. Ketika affair itu akhirnya diumumkan, kerugiannya sebanding dengan sejauh mana asumsi-asumsi kaku tentang K yang dipegang orang runtuh, bukannya dengan fakta-fakta dari hubungan itu sendiri. Para pengikutnya mengangkat dia kepada status bikinan mereka sendiri, seperti dulu dilakukan oleh kaum Teosofi, dan berupaya agar dia tetap berada di sana. Ketika mereka mendapati bahwa pakaian yang mereka buat tidak cocok dengan pribadinya yang sebenarnya, banyak yang menjadi marah.
 
     Tentu saja rasa tidak senang mereka dapat dibenarkan seandainya K menghabiskan hidupnya berkhotbah tentang manfaat hidup selibat, dan mendukung kesakralan lembaga pernikahan. Sesungguhnya, ia tidak pernah mengajarkan kedua hal itu. Bahkan sebaliknya; ia sering kali mencemoohkan tradisi religius asketisme (pertarakan), baik Timur maupun Barat, sebagai sesuatu yang mengingkari kehidupan; ia tidak suka dengan penindasan secara artifisial dorongan-dorongan alamiah, mencemoohkan sumpah-sumpah kebiaraan akan hidup bebas dari seks (chastity), yang dianggapnya sebagai pengumbaran ego, dan berkata bahwa mengingkari seks atas dasar pertimbangan keagamaan adalah seperti mengingkari keindahan penciptaan demi etika buatan manusia; keadaan itu merintangi emosi, membuat hidup gersang, dan membuat batin kita menjadi medan pertempuran. Mengenai masalah seks, pernikahan dan legitimasi keturunan, ia menyatakan, bahkan sejak 1933: “Dalam kebanyakan kasus, pernikahan hanyalah penyucian sikap posesif (the sanctification of possessiveness) oleh agama dan oleh hukum. Misalkan Anda mencintai seorang perempuan; Anda ingin hidup bersamanya, memilikinya. Nah, masyarakat mempunyai undang-undang yang tak terhitung yang membantu Anda untuk memiliki, dan berbagai upacara yang menyucikan sikap posesif itu. Suatu perbuatan yang Anda anggap dosa sebelum menikah, Anda anggap sah setelah upacara itu. Artinya, sebelum hukum mengesahkan dan agama menyucikan sikap posesif Anda, Anda menganggap tindakan persetubuhan itu ilegal, berdosa. -- Di mana ada cinta, cinta sejati, tidak ada masalah dosa, tidak ada masalah sah atau tidak sah.
 
     Pernikahan tidak berarti banyak bagi K, tetapi ia sadar akan makna komitmen dalam suatu hubungan. Dalam tahun 1933, ia berkata bahwa ia akan bertanggung jawab bagi Rosalind dan Radha, yang berarti membuka hubungan mereka kepada umum dan menanggungkan skandal publik. Mereka berdua surut dari ide ini, dan affair tertutup itu pun berlanjut. Suatu titik kritis tercapai pada 1935, ketika Rosalind mendapati dirinya hamil. Dilakukan sebuah aborsi secara ilegal oleh seorang teman, seorang osteopath, bukan dokter. Rosalind dua kali lagi hamil dari K, yang pertama sekitar 1937, yang berakhir dengan keguguran dini, dan yang kedua pada 1939, yang lagi-lagi diakhiri dengan aborsi sembunyi-sembunyi. Mereka telah memutuskan untuk merahasiakan hubungan mereka, dengan demikian kemungkinan untuk menghasilkan seorang anak harus dihindarkan.
 
     Sekalipun hubungan K dan Rosalind tidak bisa disebut tidak jujur, dalam arti tidak menyalahi ajaran-ajarannya, namun tidak bisa diingkari bahwa sejak saat itu K menjalani kehidupan ganda. Entah ia melindungi citranya sebagai figur orang suci dan mendorong ilusi dari para pengikutnya, seperti diklaim oleh Radha Rajagopal Sloss, entah ia sekadar melindungi Rosalind dan bayinya dari skandal, tidak bisa dibuktikan secara definitif, sekalipun klaim yang pertama berarti pengingkaran terang-terangan terhadap ajarannya sendiri, yang setidak-tidaknya tidak biasanya dilakukan oleh K. Suatu alasan yang lebih masuk akal bagi sikap merahasiakan hal itu adalah ketidaksukaan yang alamiah dalam dirinya akan segala sesuatu yang bersifat vulgar, untuk (seperti kadang-kadang dikatakannya) “memamerkan pakaian kotor kita di depan umum.” Sejarah tidak akan melihat K dalam cahaya yang dulu lagi sebagai akibat dari pengungkapan tentang kehidupan pribadinya, tetapi tidak jelas apakah itu telah merugikan reputasi-baik dari manusianya maupun ajarannya.

     Kini Ojai telah menjadi tempat tinggal keluarga bagi K; latar belakang yang tenang yang ke situ ia akan kembali, terutama pada saat-saat kelelahan, dan selama 15 tahun ia menikmati semacam kebahagiaan perkawinan di sana, berada dekat dengan Rosalind. Dengan pecahnya Perang Dunia II, masa-masa berkelilingnya berakhir, dan Ojai menjadi tempatnya berlindung. Sekalipun terdapat guncangan dan kehancuran di dunia pada umumnya, K menikmati masa keterasingan tanpa terputus yang paling lama pernah dialaminya. Gaya hidupnya menjadi lebih rileks dibandingkan kapan pun dalam seluruh hidupnya, dan ia pun tidak menjadi bulan-bulanan media seperti sebelumnya, ketika minat publik terhadap seorang yang pernah dielu-elukan sebagai calon Mesias menjadi surut, dan berganti dengan masalah-masalah yang lebih mendesak dari dunia yang tengah dilanda perang. Ia bersukacita di tengah-tengah pemandangan alam, bau semak-semak liar di bukit dan bunga-bunga jingga di lembah. Jalan kaki menjadi sejenis meditasi, ketika ia mengamati alam dengan berdiam diri, dengan perhatian total, dengan sangat cerah sadar akan sekelilingnya, tetapi tanpa penilaian atau analisis. Energi dan ketrampilannya dikerahkan untuk mengasah ketajaman keelingan (awareness) yang seperti pisau cukur ini, yang kelak akan menjadi unsur fundamental dari ajarannya setelah perang usai dan sesudahnya.

 
[...]
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: tesla on 18 April 2008, 04:46:31 PM
Quote
Kini Ojai telah menjadi tempat tinggal keluarga bagi K; latar belakang yang tenang yang ke situ ia akan kembali, terutama pada saat-saat kelelahan, dan selama 15 tahun ia menikmati semacam kebahagiaan perkawinan di sana, berada dekat dengan Rosalind. Dengan pecahnya Perang Dunia II, masa-masa berkelilingnya berakhir, dan Ojai menjadi tempatnya berlindung. Sekalipun terdapat guncangan dan kehancuran di dunia pada umumnya, K menikmati masa keterasingan tanpa terputus yang paling lama pernah dialaminya. Gaya hidupnya menjadi lebih rileks dibandingkan kapan pun dalam seluruh hidupnya, dan ia pun tidak menjadi bulan-bulanan media seperti sebelumnya, ketika minat publik terhadap seorang yang pernah dielu-elukan sebagai calon Mesias menjadi surut, dan berganti dengan masalah-masalah yang lebih mendesak dari dunia yang tengah dilanda perang. Ia bersukacita di tengah-tengah pemandangan alam, bau semak-semak liar di bukit dan bunga-bunga jingga di lembah. Jalan kaki menjadi sejenis meditasi, ketika ia mengamati alam dengan berdiam diri, dengan perhatian total, dengan sangat cerah sadar akan sekelilingnya, tetapi tanpa penilaian atau analisis. Energi dan ketrampilannya dikerahkan untuk mengasah ketajaman keelingan (awareness) yang seperti pisau cukur ini, yang kelak akan menjadi unsur fundamental dari ajarannya setelah perang usai dan sesudahnya.

emmm... apakah pada saat mencapai keheningan itu, sifatnya tidak permanen? perlu diasah (dilatih)? jadi keelingan itu awalnya adalah hanya samar2?

saya baca dari tulisan Pak Hudoyo juga, seingat saya Pak Hudoyo mengatakan dapat merasakan keelingan itu kira2 sejam dua jam yah... (CMIIW) apa artinya keelingan ini sendiri harus dilatih???

Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Lily W on 18 April 2008, 05:12:02 PM
Selebihnya, K tidak mengajarkan apa-apa sama sekali. Oleh karena itu, tidak akan pernah berkembang suatu agama di sekitar ajaran K. Ajaran K hanyalah vipassana murni, tidak lebih dan tidak kurang.
Salam,
hudoyo

Salam kenal Pak Hudoyo...
Bisa tolong jelaskan kalimat yg di bold itu? serta contohnya...
Anumodana...
 _/\_ :lotus:

Salam kenal, Ibu Lily, :)

Kita lihat dulu bagaimana ajaran Sang Buddha tentang vipassana, ya. Dalam salah satu posting lalu saya sudah mengutip dari Bahiya-sutta:

"Bahiya, lakukan ini: di dalam yang terlihat hanya ada yang terlihat, di dalam yang terdengar hanya ada yang terdengar, di dalam yang tercerap dengan indra-indra yang lain hanya ada yang tercerap, di dalam yang muncul dalam batin (ingatan) hanya ada ingatan. Bila kamu bisa lakukan itu, maka KAMU TIDAK ADA. Itulah, dan hanya itulah, akhir dukkha."

Menurut pendapat saya pribadi, itulah ajaran vipassana yang paling murni. ... Mengapa saya katakan "paling murni"?

Karena di situ:
1. sama sekali tidak ada konsentrasi.
2. sama sekali tidak ada labeling, pencatatan.
3. sama sekali tidak ada keharusan memperlambat gerakan selambat mungkin.

Dengan kata lain, di situ tidak ada TEKNIK meditasi apa pun, sebagaimana kita temukan dalam versi-versi meditasi yang diajarkan di kalangan umat Buddha pada dewasa ini.
Nah, itulah pula yang diajarkan oleh K.
Salam,
hudoyo

Pak Hudoyo...

Sori...saya masih ga gerti...

Yang saya tau...
vipassana murni adalah pengembangan jalan mulia berunsur delapan, yaitu: berpengertian benar, berpikir benar, berucap benar, bertindak jasmani benar, berpenghidupan benar, berdaya upaya benar, berperhatian
benar, dan berkonsentrasi benar dengan memperhatikan setiap fenomena batin dan jasmani yang dicengkeram oleh ketidak-kekalan,  tidak-memuaskan dan tidak dapat dimiliki secara hakiki.

Bukankah memperlambat gerakan di dalam latihan Vipassana, adalah untuk para pemula sekali dengan tujuan melatih perhatian dan konsentrasi supaya lebih baik, karena kalau tidak cukup baik perhatian dan konsentrasi,
maka akan sangat sulit memperhatikan fenomena batin dan jasmani.  Para pemula umumnya konsentrasi serta perhatian masih tidak begitu tajam sehingga perlu pre-liminary dg memperlambat gerakan. Kalau sudah ahli, tentu saja tidak perlu diperlambat lagi, bergerak sesuai apa adanya secara wajar.

Anumodana.... _/\_
 _/\_ :lotus:
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 18 April 2008, 05:21:44 PM
emmm... apakah pada saat mencapai keheningan itu, sifatnya tidak permanen? perlu diasah (dilatih)? jadi keelingan itu awalnya adalah hanya samar2?

saya baca dari tulisan Pak Hudoyo juga, seingat saya Pak Hudoyo mengatakan dapat merasakan keelingan itu kira2 sejam dua jam yah... (CMIIW) apa artinya keelingan ini sendiri harus dilatih???

Keheningan memang relatif, selama masih ada si aku/pikiran, berangsur-angsur si aku/pikiran ini semakin berkurang, sampai keheningan itu sempurna, tidak ada lagi si aku/pikiran. Di sini orang sudah tidak ingat apa-apa lagi, tidak ada aku, tidak ada pikiran; berarti tidak ada pengetahuan, tidak ada pengalaman, tidak ada pembandingan, tidak ada gambaran apa pun.

Keheningan sempurna itu pun tidak sekaligus permanen. Mula-mula berlangsung sedetik, dua detik ... dst. ... Saya tidak tahu bagaimana rasanya keheningan sempurna yang permanen itu.

Tapi itu bukan berarti keheningan itu "dapat" dan "harus" dilatih. Si aku/pikiran sudah tidak berperan lagi. Tidak ada apa pun yang dapat diperbuat atau yang diperbuat oleh si aku/pikiran. Bahkan tidak ada keinginan untuk berbuat apa-apa, untuk berlatih mencapai suatu tujuan. Semuanya berproses dengan sendirinya, seperti sungai yang mengalir. Misalnya, saya tidak tahu kapan keheningan yang pernah saya alami akan menjadi permanen (menurut jargon Buddhis, menjadi arahat); saya pun tidak berkeinginan lagi untuk berlatih memperdalam keheningan saya. Biarkan saja itu mengalir ...

Salam,
hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 18 April 2008, 05:40:00 PM
Pak Hudoyo...

Sori...saya masih ga gerti...
[...]

Bu Liliy,

Kita pindah aja ke thread baru yang sebentar lagi saya mulai, "MMD (Meditasi Mengenal Diri)", di board "Meditasi", ya. :)

Salam,
hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Lily W on 18 April 2008, 05:41:35 PM
OK...Pak Hudoyo...

Anumodana...

 _/\_ :lotus:

Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: andry on 18 April 2008, 06:53:45 PM
jadi binun nih aye  :o
Knapa binun bro?
IMO rakit2 adalah step2 nya..pegangan.. pada saat di tengah sungai kan rakit harus dipegang kuat biar jangan keceburrr...


Baca yang ini nih :

Quote
Pantai seberang mungkin adalah pantai ini

    ... Anda ingin sampai ke pantai seberang dengan cara apa pun, dan Anda berenang mati-matian, tanpa tahu di mana pantai seberang itu. Pantai seberang itu mungkin adalah pantai ini, jadi Anda berenang menjauhinya. Jika saya boleh memberikan saran: berhentilah berenang. Ini tidak berarti Anda harus menjadi seperti orang bebal, hidup seperti tumbuhan atau berpangku tangan saja, alih-alih Anda harus eling secara pasif, tanpa memilih-milih apa pun, tanpa mengukur; lalu lihat apa yang terjadi. Mungkin tidak terjadi apa-apa; tetapi jika Anda mengharapkan lonceng itu berdentang lagi, jika Anda mengharapkan semua perasaan dan kenikmatan itu kembali lagi, maka Anda berenang ke arah yang salah. Untuk hening dibutuhkan energi besar; berenang menghabiskan energi itu. Anda membutuhkan seluruh energi Anda untuk keheningan batin, dan hanya di dalam kekosongan, di dalam kekosongan sempurna, sesuatu yang baru bisa muncul.

J Krishnamurti - Eight Conversations, 5
[Dari: JKrishnamurti.org - Daily Quote]

Sound like Nibbana, but .....?


ehemm... mmm....... yup, but... kenapa neh saya masih belum betul2 paham dari arti kata but tsb.

apakah karena di buddhis ada step2 kita harus ini harus itu..
hidup seperti ini, hidup seperti itu, jangan lakukan ini, jangan lakukan itu.. dan seakan2 kita menempa diri untuk siap mendayung ke pantai sebrang.

dan di J.K u tinggal 3D.
datang
duduk
diam
dan lihat semuanya??

IMO. di awal kita memang harus menempa diri atau melatih diri, dgn step2 yg telah diberikan. apapun yg anda pegang atau anut. jalur ariya lah yg dapat membawa anda memasuki suatu arus... namun jika anda telah di arus yg tepat/jalan yg tepat maka hal2 anda tinggal berjalan dgn sendirinya, dgn jalan yg anda ciptakan dan jalan yg anda taklukan sendiri..
Semoga Bermanfaat
 _/\_
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: tesla on 18 April 2008, 10:14:55 PM
Quote
IMO. di awal kita memang harus menempa diri atau melatih diri, dgn step2 yg telah diberikan. apapun yg anda pegang atau anut. jalur ariya lah yg dapat membawa anda memasuki suatu arus... namun jika anda telah di arus yg tepat/jalan yg tepat maka hal2 anda tinggal berjalan dgn sendirinya, dgn jalan yg anda ciptakan dan jalan yg anda taklukan sendiri..

kalau pendapat saya, step2 tsb adalah jalan utk ke pintu kesadaran...
dalam 3D yg sdr. andry katakan datang, duduk & diam (mengamati), step2 tsb adalah jalan utk ke kondisi D yg pertama yaitu 'datang'.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Lily W on 19 April 2008, 10:19:42 AM
Quote
IMO. di awal kita memang harus menempa diri atau melatih diri, dgn step2 yg telah diberikan. apapun yg anda pegang atau anut. jalur ariya lah yg dapat membawa anda memasuki suatu arus... namun jika anda telah di arus yg tepat/jalan yg tepat maka hal2 anda tinggal berjalan dgn sendirinya, dgn jalan yg anda ciptakan dan jalan yg anda taklukan sendiri..

kalau pendapat saya, step2 tsb adalah jalan utk ke pintu kesadaran...
dalam 3D yg sdr. andry katakan datang, duduk & diam (mengamati), step2 tsb adalah jalan utk ke kondisi D yg pertama yaitu 'datang'.

Apakah ke pintu kesadaran itu harus dg step2 (3D) tsb? gimana kalo kita tidak berada di step2 (3D) tsb? Mereka yg pake step2 (3D) tsb bisa bertahan berapa lama (Apakah bisa seharian)? .... :-?

 _/\_ :lotus:
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: tesla on 19 April 2008, 04:48:41 PM
Apakah ke pintu kesadaran itu harus dg step2 (3D) tsb? gimana kalo kita tidak berada di step2 (3D) tsb? Mereka yg pake step2 (3D) tsb bisa bertahan berapa lama (Apakah bisa seharian)? .... :-?

 _/\_ :lotus:

soal step, maksud saya adalah sila, samadhi, panna (bukan 3D :P ).
menurut saya pelaksanaan sila memberikan kita kondisi yg sesuai utk melaksanakan samadhi.

kalau mereka tidak berada di step 3D(samadhi) artinya yah memang belum berkondisi. ;D

bisa tahan berapa lama? apanya yg bertahan ce? :P

:lotus:
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 19 April 2008, 09:19:49 PM
ehemm... mmm....... yup, but... kenapa neh saya masih belum betul2 paham dari arti kata but tsb.

apakah karena di buddhis ada step2 kita harus ini harus itu..
hidup seperti ini, hidup seperti itu, jangan lakukan ini, jangan lakukan itu.. dan seakan2 kita menempa diri untuk siap mendayung ke pantai sebrang.

dan di J.K u tinggal 3D.
datang
duduk
diam
dan lihat semuanya??

IMO. di awal kita memang harus menempa diri atau melatih diri, dgn step2 yg telah diberikan. apapun yg anda pegang atau anut. jalur ariya lah yg dapat membawa anda memasuki suatu arus... namun jika anda telah di arus yg tepat/jalan yg tepat maka hal2 anda tinggal berjalan dgn sendirinya, dgn jalan yg anda ciptakan dan jalan yg anda taklukan sendiri..
Semoga Bermanfaat
kalau pendapat saya, step2 tsb adalah jalan utk ke pintu kesadaran...
dalam 3D yg sdr. andry katakan datang, duduk & diam (mengamati), step2 tsb adalah jalan utk ke kondisi D yg pertama yaitu 'datang'.
Apakah ke pintu kesadaran itu harus dg 3D tsb? gimana kalo kita tidak berada di 3D tsb? Mereka yg pake 3D tsb bisa bertahan berapa lama (Apakah bisa seharian)? .... :-?

Mengenai "jalan spiritualitas", secara garis besar ada dua pendapat:

(1) mayoritas terbesar (di semua agama, termasuk agama Buddha) melihat spiritualitas sebagai "jalan" menuju "sesuatu" yang diidam-idamkan. "Sesuatu" yang ideal itu diletakkan di masa depan, dan "jalan" itu membawa dari 'apa yang ada sekarang' (yang ingin diubah) menuju 'apa yang seharusnya' (yang ingin dicapai) di 'masa depan', atau disebut juga "pantai seberang". Pendapat seperti ini berasal dari pembelajaran secara intelektual atas kitab-kitab. (Di dalam kitab Tipitaka itu disebut Jalan Suci Berfaktor Delapan)

(2) segelintir orang (cuma Buddha dan Krishnamurti) menyatakan "tidak ada jalan", melainkan hanya "diam" bersama 'apa yang ada' pada 'saat kini', tanpa memikirkan segala harapan & cita-cita ke 'masa depan'. Pendapat seperti ini berasal dari pengalaman meditasi, tanpa melalui pembelajaran dari buku. (Buddha mengatakan itu di dalam Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta).

Rekan Tesla mau memadukan kedua pandangan yang sebetulnya tidak bisa dipadukan itu dengan mengatakan bahwa "jalan" (#1) itu adalah untuk mencapai keadaan "diam" (#2).

Ibu Lily mempertanyakan apakah "diam" itu bisa sepanjang waktu.

Saya berpendapat, kedua sudut pandang ini tidak bisa dipertemukan. Pandangan yang satu berasal dari pemahaman secara intelektual, pandangan yang lain bukan pemahaman secara intelektual, melainkan secara intuitif berasal dari pengalaman meditasi.

Kalau orang berpikir, harus berupaya dulu untuk sampai pada kesadaran keheningan, maka ia tidak akan pernah hening, karena upaya itu menyiratkan adanya aku yang terus mengharap & berusaha; selama aku ada selama itu pula tidak akan pernah ada keheningan.

Jadi, "diam" itu harus terjadi mulai saat sekarang, betapa pun pikiran ini masih berseliweran, tidak ditunda-tunda dengan sibuk berlatih ini-itu. Justru "diam" itu harus terjadi di tengah-tengah kita berhubungan dengan orang lain, berhubungan dengan dunia sekitar, berhubungan dengan pikiran-pikiran & harapan-harapan kita sendiri. Justru "diam" (dalam arti tidak bereaksi) itu harus terjadi setiap saat, terus-menerus, kalau mau. :)

Sang Buddha kepada Angulimala:

"Angulimala, aku sudah lama berhenti. Kamulah yang masih terus berlari. Apa yang kamu cari? Berhentilah."

Apakah kita tidak terus berlari mengejar "kesadaran", mengejar "nibbana"?

Salam,
hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 23 April 2008, 06:46:20 PM
Mutiara Kehidupan - 01 Januari - Menyimak

Menyimak dengan Nyaman

Pernahkah Anda duduk dengan sangat diam, bukan memusatkan perhatian pada sesuatu, bukan berupaya untuk berkonsentrasi, melainkan dengan batin sangat hening, sungguh-sungguh diam? Maka Anda akan mendengar segala sesuatu, bukan? Anda mendengar suara-suara yang jauh maupun yang lebih dekat, suara-suara yang amat dekat, yang muncul di dekat Anda—yang sesungguhnya berarti Anda tengah menyimak terhadap segala sesuatu. Batin Anda tidak terkungkung pada satu alur sempit. Jika Anda dapat menyimak dengan cara ini, menyimak dengan nyaman, tanpa tegang, Anda akan mendapati suatu perubahan luar biasa terjadi dalam diri Anda, perubahan yang terjadi tanpa Anda kehendaki, tanpa Anda minta; dan dalam perubahan itu terdapat keindahan luhur dan kedalaman pencerahan.
[Dari: J. Krishnamurti - The Book of Life]

Semar:
Sudah jelas.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Lex Chan on 25 April 2008, 11:35:03 PM
Mutiara Kehidupan - 01 Januari - Menyimak

Menyimak dengan Nyaman

Pernahkah Anda duduk dengan sangat diam, bukan memusatkan perhatian pada sesuatu, bukan berupaya untuk berkonsentrasi, melainkan dengan batin sangat hening, sungguh-sungguh diam? Maka Anda akan mendengar segala sesuatu, bukan? Anda mendengar suara-suara yang jauh maupun yang lebih dekat, suara-suara yang amat dekat, yang muncul di dekat Anda—yang sesungguhnya berarti Anda tengah menyimak terhadap segala sesuatu. Batin Anda tidak terkungkung pada satu alur sempit. Jika Anda dapat menyimak dengan cara ini, menyimak dengan nyaman, tanpa tegang, Anda akan mendapati suatu perubahan luar biasa terjadi dalam diri Anda, perubahan yang terjadi tanpa Anda kehendaki, tanpa Anda minta; dan dalam perubahan itu terdapat keindahan luhur dan kedalaman pencerahan.
[Dari: J. Krishnamurti - The Book of Life]

Semar:
Sudah jelas.


Romo Hudoyo, apa kabar? :)
Saya Alex Chandra yang beberapa kali mengikuti MMD di Vihara Siripada.
Sekarang sedang melanjutkan studi di kota Taipei, Taiwan.

Meditasi formal saya sempat terputus selama beberapa waktu, dan belakangan ini baru saya mulai bangun kembali.

Rasanya saya mengalami "Menyimak dengan Nyaman" pada akhir-akhir (terutama yang saya beri warna biru). Pikiran saya terasa lembam (diam cenderung diam). Seperti malas berpikir. Yang saya khawatir adalah pada saat membaca buku pelajaran, artikel, dsb dan pada saat yang sama juga mendengar suara-suara di sekitar. Maka perhatian saya cenderung mengikuti suara yang di luar itu sehingga saya kesulitan untuk mencerna tulisan yang saya baca. Apalagi jika tulisan-tulisan yang saya baca menggunakan bahasa Inggris sehingga benar-benar memerlukan konsentrasi ekstra untuk memahami makna di dalam tulisan itu.

Memang di satu sisi saya merasakan tenang dan damai (jarang timbul konflik batin).
Tetapi di sisi lain, gawat juga kalau ini berlangsung terus.. Apakah saya bisa sukses melaksanakan tugas sebagai mahasiswa?
Mohon saran :)
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 26 April 2008, 06:57:48 AM
Romo Hudoyo, apa kabar? :)
Saya Alex Chandra yang beberapa kali mengikuti MMD di Vihara Siripada.
Sekarang sedang melanjutkan studi di kota Taipei, Taiwan.

Meditasi formal saya sempat terputus selama beberapa waktu, dan belakangan ini baru saya mulai bangun kembali.

Rasanya saya mengalami "Menyimak dengan Nyaman" pada akhir-akhir (terutama yang saya beri warna biru). Pikiran saya terasa lembam (diam cenderung diam). Seperti malas berpikir. Yang saya khawatir adalah pada saat membaca buku pelajaran, artikel, dsb dan pada saat yang sama juga mendengar suara-suara di sekitar. Maka perhatian saya cenderung mengikuti suara yang di luar itu sehingga saya kesulitan untuk mencerna tulisan yang saya baca. Apalagi jika tulisan-tulisan yang saya baca menggunakan bahasa Inggris sehingga benar-benar memerlukan konsentrasi ekstra untuk memahami makna di dalam tulisan itu.

Memang di satu sisi saya merasakan tenang dan damai (jarang timbul konflik batin).
Tetapi di sisi lain, gawat juga kalau ini berlangsung terus.. Apakah saya bisa sukses melaksanakan tugas sebagai mahasiswa?
Mohon saran :)


Rekan Alex yg baik, apa kabar dari Taiwan? :) ... memang sudah lama saya tidak mendengar dari Anda. Dan mulai tahun ini MMD di Vihara Siripada sudah tidak diadakan lagi; mungkin pengurusnya sudah merasa bosan. ;) ...

Kecenderungan batin untuk masuk ke dalam keheningan adalah wajar bagi seorang pemeditasi. ... Tentang hambatan yang Anda rasakan dalam belajar, hal itu tergantung pada motivasi Anda dalam belajar. ... Kalau motivasi Anda kuat, maka Anda akan bisa berkonsentrasi pada apa pun yang tengah Anda kerjakan. ... Ini berlaku juga dalam setiap segi kehidupan kita sehari-hari. ... Jadi renungkan kembali motivasi Anda belajar ke Taiwan itu. :)

Kapan kira-kira selesainya studi Anda? ... Lalu apa akan pulang lagi ke Indonesia? ... Selamat belajar.

Salam,
hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Lex Chan on 26 April 2008, 10:29:13 AM
Rekan Alex yg baik, apa kabar dari Taiwan? :) ... memang sudah lama saya tidak mendengar dari Anda. Dan mulai tahun ini MMD di Vihara Siripada sudah tidak diadakan lagi; mungkin pengurusnya sudah merasa bosan. ;) ...

Kecenderungan batin untuk masuk ke dalam keheningan adalah wajar bagi seorang pemeditasi. ... Tentang hambatan yang Anda rasakan dalam belajar, hal itu tergantung pada motivasi Anda dalam belajar. ... Kalau motivasi Anda kuat, maka Anda akan bisa berkonsentrasi pada apa pun yang tengah Anda kerjakan. ... Ini berlaku juga dalam setiap segi kehidupan kita sehari-hari. ... Jadi renungkan kembali motivasi Anda belajar ke Taiwan itu. :)

Kapan kira-kira selesainya studi Anda? ... Lalu apa akan pulang lagi ke Indonesia? ... Selamat belajar.

Salam,
hudoyo

Barangkali konsentrasi pada saat belajar mengendur karena jenuh dengan pola rutinitas yang sama.. :-?
Semoga merenungkan kembali motivasi awal dapat mengembalikan konsentrasi pada saat belajar. :)

Saya perkirakan studi saya akan selesai sekitar bulan Agustus 2009.
Liburan musim panas pada bulan Juli nanti saya akan pulang ke Indonesia.
Sampai jumpa lagi, Romo Hudoyo.

Salam,
Alex
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 28 April 2008, 06:18:00 AM
Renungan Harian - 14 April '08: Diri ini tidak mau mati...

Kelangsungan diriku

Jika kita dengan sangat rendah hati dan sederhana melihat implikasi semua ini, menyadarinya, tanpa mengasumsikan apa pun, tentang bagaimana batin kita bekerja dan apa yang menjadi dasar dari pikiran kita, maka saya rasa kita akan menyadari kontradiksi luar biasa yang ada dalam seluruh proses pengidentifikasian ini. Bagaimana pun juga, karena saya merasa hampa, kesepian, sengsara, maka saya mengidentifikasikan diri saya dengan negara saya, dan pengidentifikasian ini memberikan kepada saya rasa sejahtera, rasa memiliki kekuatan. Atau, dengan alasan yang sama, saya mengidentifikasikan diri dengan seorang pahlawan, dengan seorang suci. Tetapi jika kita bisa menyelami proses pengidentifikasian ini dengan sangat mendalam, maka saya akan melihat bahwa seluruh gerak pikiran dan kegiatan saya, betapa pun luhur, pada intinya didasarkan pada kelangsungan diri saya dalam satu atau lain bentuk.J Krishnamurti - Hamburg, 1956, Talk 2
[Dari: JKrishnamurti.org - Daily Quote]

Hudoyo:
Dengan mengidentifikasikan/mengaitkan diri kita dengan sesuatu yang kita anggap besar atau penting atau luhur--keluarga, suku, bangsa, agama, profesi, tempat kerja, atau jalan spiritual tertentu, misalnya: jalan Buddha--kita merasa eksis, merasa bermakna, merasa penting, merasa menjadi individu yang harus diperhitungkan. Dengan demikian diri kita berkelanjutan tanpa akhir di dunia yang penuh penderitaan ini (dalam bahasa Buddhis: samsara).
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 28 April 2008, 06:51:00 AM
Mutiara Kehidupan - 11 Januari - Belajar

Kapan Mungkin Belajar?

Menyelidik dan belajar adalah fungsi dari batin. Saya maksud dengan ‘belajar’ bukan sekadar memupuk ingatan atau mengumpulkan pengetahuan, melainkan kemampuan berpikir secara jernih dan waras tanpa ilusi, berangkat dari fakta dan bukan dari kepercayaan atau cita-cita. Tidak ada belajar jika pikiran berasal dari kesimpulan. Sekadar memperoleh informasi atau pengetahuan bukanlah belajar. Belajar menyiratkan kecintaan terhadap pemahaman dan kecintaan melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri. Belajar hanya mungkin jika tidak ada paksaan dalam bentuk apa pun. Dan paksaan mengambil banyak bentuk, bukan? Ada paksaan melalui pengaruh, melalui kelekatan atau ancaman, melalui dorongan persuasif, atau wujud-wujud halus dari ganjaran.

Kebanyakan orang mengira bahwa belajar didorong dengan pembandingan, padahal faktanya adalah kebalikannya. Pembandingan menghasilkan frustrasi dan hanya mendorong irihati, yang dinamakan kompetisi. Seperti bentuk-bentuk lain dari persuasi, pembandingan menghalangi belajar dan memupuk ketakutan.


[Dari: J. Krishnamurti - The Book of Life]

Hudoyo:
K menggunakan kata 'belajar' dengan pengertian yang sangat berbeda dengan pengertian sehari-hari dari kata itu. 'Belajar' di sini tidak menyiratkan mengumpulkan informasi, mengejar tujuan, membandingkan dan menyimpulkan sesuatu. Kalau orang menyimpulkan sesuatu maka ia berhenti belajar.

'Belajar' yang di maksudkan oleh K berarti mengamati segala sesuatu yang terjadi pada saat kini, tanpa tujuan, tanpa penyimpulan, tanpa pikiran bergerak ke masa depan, seperti memandang bunga-bunga yang mekar, awan yang berarak, pohon yang melambai, dan manusia yang sibuk, pada suatu pagi yang indah--yang bagi kebanyakan dari kita adalah bukan "belajar" sama sekali, melainkan hanya membuang-buang waktu saja. 'Belajar' di sini adalah tanpa-aku.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 28 April 2008, 01:11:03 PM
Renungan Harian - 15 April '08 - Menjadi cahaya bagi diri sendiri...

Kita menyerahkan diri pada otoritas karena kita semua membutuhkan rasa aman secara batiniah ...

… Kita takut berpikir secara berbeda dari apa yang dikatakan oleh para pemimpin oleh karena kita mungkin kehilangan pekerjaan, dikucilkan, disingkirkan, atau disekap dalam kamp konsentrasi. Kita menyerahkan diri pada otoritas oleh karena kita semua membutuhkan rasa aman secara batiniah, dorongan untuk merasa pasti. Selama kita ingin merasa aman--dalam harta benda kita, dalam kekuasaan kita, dalam pikiran kita--kita memerlukan otoritas, dan kita harus menjadi pengikut. Dan di situlah terletak benih keburukan, oleh karena mau tidak mau hal itu membawa pada penghisapan manusia oleh manusia. Barang siapa yang sungguh-sungguh ingin menemukan apa kebenaran itu, apa Tuhan itu, tidak boleh memiliki otoritas, entah otoritas kitab, otoritas pemerintah, otoritas gambaran (image), atau otoritas pemuka agama; ia harus bebas secara total dari semua itu. Ini sangat sukar bagi kebanyakan dari kita, oleh karena ini berarti menjadi tidak aman, berdiri sepenuhnya sendiri, mencari, meraba-raba, tidak pernah puas, tidak pernah mencari sukses. Tetapi jika kita bereksperimen secara serius dengan itu, maka saya rasa kita akan menemukan bahwa sama sekali tidak diperlukan lagi menciptakan dan mengikuti otoritas, oleh karena ada sesuatu lain yang mulai bekerja--yang bukan hanya pernyataan verbal, melainkan fakta aktual. Orang yang terus-menerus bertanya, yang tidak punya otoritas, yang tidak mengikuti tradisi apa pun, buku atau guru mana pun, menjadi cahaya bagi dirinya sendiri.

J Krishnamurti - Hamburg, 1956, Talk 2
[Dari: JKrishnamurti.org - Daily Quote]

Semar:
Ini persis seperti yang dikatakan oleh Buddha Gautama: "Jadilah pelita bagi dirimu sendiri, berlindunglah pada dirimu sendiri, jangan berlindung kepada orang lain ..." ("Atta-dipa, atta-sarana, anannya-sarana ...")

Tetapi kalau mau jujur dan tidak menutup mata, lihatlah apa yang dilakukan oleh sebagian besar umat Buddha di dunia! ...
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 28 April 2008, 07:18:24 PM
KESADARAN BARU

Diperlukan suatu kesadaran baru dan suatu moralitas yang sama sekali baru untuk mendatangkan perubahan yang radikal pada budaya dan struktur sosial yang ada sekarang. Ini jelas; tetapi kaum Kiri dan Kanan dan kaum revolusioner tampaknya mengabaikan hal ini. Setiap dogma, setiap rumusan, setiap ideologi adalah bagian dari kesadaran lama; mereka adalah bentukan pikiran, yang kegiatannya adalah pemisahan (division)--kaum Kiri, kaum Kanan, kaum tengah. Kegiatan ini mau tidak mau akan menghasilkan pertumpahan darah dari kaum Kanan, atau dari kaum Kiri, atau menuju totalitarianisme. Inilah yang terjadi di sekeliling kita. Kita melihat perlunya perubahan sosial, ekonomi dan moral, tetapi tanggapannya berasal dari kesadaran lama, yang pelaku utamanya adalah pikiran. Kekacauan, kebingungan dan kesengsaraan, yang ke dalamnya umat manusia telah terperosok, berada di dalam lingkup kesadaran lama; dan tanpa mengubahnya secara mendalam, setiap kegiatan manusia--politis, ekonomis atau religius--hanya akan membawa kita kepada penghancuran satu sama lain dan penghancuran dunia. Ini jelas sekali bagi orang yang waras.

Kita harus menjadi cahaya bagi diri kita sendiri; cahaya inilah hukum. Tidak ada hukum lain. Semua hukum lain dibuat oleh pikiran, dan dengan demikian bersifat terpecah-belah dan saling bertentangan. Menjadi cahaya bagi diri sendiri berarti tidak mengikuti cahaya orang lain, betapa pun masuk akal, logis, historis, dan betapa pun meyakinkannya. Anda tidak bisa menjadi cahaya bagi diri Anda jika Anda berada di bawah kegelapan bayang-bayang otoritas, dogma, kesimpulan. Moralitas tidak dibentuk oleh pikiran; itu bukan hasil tekanan lingkungan, itu bukan berasal dari hari kemarin, dari tradisi. Moralitas adalah anak dari cinta, dan cinta bukanlah keinginan dan kenikmatan. Menikmati seks atau indra bukanlah cinta.

Kebebasan adalah menjadi cahaya bagi diri sendiri; maka ia bukanlah suatu abstraksi, sesuatu yang direkayasa oleh pikiran. Kebebasan aktual adalah kebebasan dari ketergantungan, kelekatan, dari kehausan untuk memperoleh pengalaman. Kebebasan dari struktur pikiran itu sendiri berarti menjadi cahaya bagi diri sendiri. Di dalam cahaya ini seluruh tindakan berlangsung, dan dengan demikian tidak pernah saling bertentangan. Pertentangan hanya ada apabila cahaya itu terpisah dari tindakan, ketika si pelaku terpisah dari tindakannya. Yang ideal, prinsip, adalah gerak pikiran yang mandul, dan itu tidak bisa berada bersama cahaya ini; yang satu mengingkari yang lain. Di mana ada si pengamat, maka cahaya ini, cinta ini, tidak ada. Struktur si pengamat dibentuk oleh pikiran, yang tidak pernah baru, tidak pernah bebas. Tidak ada “bagaimana”, tidak ada sistem, tidak ada latihan. Yang ada hanyalah melihat, yang adalah bertindak. Anda harus melihat, bukan melalui mata orang lain. Cahaya ini, hukum ini, bukan milik Anda atau milik orang lain. Yang ada hanyalah cahaya. Inilah cinta.

Dari: This Light in Oneself - True Meditation
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 29 April 2008, 05:34:36 AM
Mutiara Kehidupan - 12 Januari - Belajar

Belajar Bukanlah Menimbun

Belajar itu berbeda dengan mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses yang berlangsung terus-menerus, bukan proses penambahan, bukan proses yang di situ Anda menimbun dan dari situ bertindak. Kebanyakan dari kita mengumpulkan pengetahuan sebagai ingatan, sebagai ide, menyimpannya sebagai pengalaman, dan dari situ bertindak. Dengan demikian, kita bertindak dari pengetahuan, pengetahuan teknologis, pengetahuan sebagai pengalaman, pengetahuan sebagai tradisi, pengetahuan yang telah kita peroleh melalui kecenderungan-kecenderungan kita. Dengan latar belakang itu, dengan timbunan itu sebagai pengetahuan, sebagai pengalaman, sebagai tradisi, kita bertindak. Dalam proses itu tidak ada belajar. Belajar tidak pernah akumulatif: ia adalah gerak yang terus-menerus. Saya tidak tahu apakah Anda pernah menyelami masalah ini: apakah belajar itu dan apakah memperoleh pengetahuan itu? ... Belajar bukanlah menimbun. Anda tidak mungkin menimbun pembelajaran, dan dari gudang timbunan itu bertindak. Anda belajar sambil berjalan. Dengan demikian, tidak pernah ada saat kemunduran, kerusakan atau kemerosotan.

[Dari: J. Krishnamurti - The Book of Life]

Hudoyo: (ulangan)
K menggunakan kata 'belajar' dengan pengertian yang sangat berbeda dengan pengertian sehari-hari dari kata itu. 'Belajar' di sini tidak menyiratkan mengumpulkan informasi, mengejar tujuan, membandingkan dan menyimpulkan sesuatu. Kalau orang menyimpulkan sesuatu maka ia berhenti belajar.

'Belajar' yang di maksudkan oleh K berarti mengamati segala sesuatu yang terjadi pada saat kini, tanpa tujuan, tanpa penyimpulan, tanpa pikiran bergerak ke masa depan, seperti memandang bunga-bunga yang mekar, awan yang berarak, pohon yang melambai, dan manusia yang sibuk, pada suatu pagi yang indah--yang bagi kebanyakan dari kita adalah bukan "belajar" sama sekali, melainkan hanya membuang-buang waktu saja. 'Belajar' di sini adalah tanpa-aku.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 29 April 2008, 05:40:53 AM
Renungan Harian - 15 April '08 - Mengejar "ahimsa" ...

Apakah mengejar tanpa-kekerasan (ahimsa) membebaskan batin dari kekerasan?

Kita mengira ideal itu perlu. Tetapi apakah ideal membantu mendatangkan perubahan radikal dalam batin kita? Ataukah ideal hanya membuat kita bisa menunda-nunda, mendorong perubahan ke masa depan, dan dengan demikian menghindari perubahan yang radikal, segera? Jelas, selama kita mempunyai ideal, kita tidak pernah sungguh-sungguh berubah, melainkan berpegang pada ideal kita sebagai cara penundaan, menghindari perubahan segera yang begitu penting. Saya tahu, kebanyakan di antara kita menganggap bahwa ideal harus ada, oleh karena tanpa itu kita mengira tidak akan ada dorongan untuk berubah, dan kita akan membusuk, mampet. Tetapi saya mempertanyakan, apakah ideal mana pun pernah mentransformasikan cara berpikir kita. Mengapa kita memiliki ideal? Jika saya keras, apakah saya membutuhkan ideal tanpa-kekerasan? Saya tidak tahu apakah Anda pernah memikirkan hal ini. Jika saya keras--seperti kebanyakan dari kita dalam berbagai derajat--perlukah bagi saya untuk memiliki ideal tanpa-kekerasan? Apakah mengejar tanpa-kekerasan membebaskan batin dari kekerasan? Ataukah mengejar tanpa-kekerasan itu sendiri sesungguhnya menghalangi pemahaman akan kekerasan? Bagaimana pun juga, saya hanya bisa memahami kekerasan bila, dengan seluruh batin saya, saya memberikan perhatian saya sepenuhnya kepada masalah itu. Dan pada saat saya sepenuhnya memperhatikan dan memahami kekerasan, apa perlunya ideal tanpa-kekerasan? Saya rasa, mengejar ideal itu merupakan penghindaran, penundaan. Jika saya mau memahami kekerasan, saya harus memberikan seluruh batin saya kepadanya dan tidak membiarkan perhatian saya teralihkan oleh ideal tanpa-kekerasan.

J Krishnamurti - Hamburg, 1956, Talk 2
[Dari: JKrishnamurti.org - Daily Quote]

Hudoyo:

Kalau saya memikirkan ideal tanpa-kekerasan--sebagaimana diajarkan oleh agama-agama--maka saya tidak memperhatikan kekerasan dalam berbagi bentuknya--tersinggung, sakit hati, cemburu, irihati dsb--yang ada di dalam hati saya sendiri.

Analoginya, kalau saya selalu memikirkan & mendengungkan cinta kasih, saya tidak memperhatikan & memahami ketidaksenangan & kebencian yang ada dalam hati saya.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: chingik on 03 May 2008, 01:56:32 PM
Mutiara Kehidupan - 12 Januari - Belajar

Belajar Bukanlah Menimbun

Belajar itu berbeda dengan mengumpulkan pengetahuan. Belajar adalah proses yang berlangsung terus-menerus, bukan proses penambahan, bukan proses yang di situ Anda menimbun dan dari situ bertindak. Kebanyakan dari kita mengumpulkan pengetahuan sebagai ingatan, sebagai ide, menyimpannya sebagai pengalaman, dan dari situ bertindak. Dengan demikian, kita bertindak dari pengetahuan, pengetahuan teknologis, pengetahuan sebagai pengalaman, pengetahuan sebagai tradisi, pengetahuan yang telah kita peroleh melalui kecenderungan-kecenderungan kita. Dengan latar belakang itu, dengan timbunan itu sebagai pengetahuan, sebagai pengalaman, sebagai tradisi, kita bertindak. Dalam proses itu tidak ada belajar. Belajar tidak pernah akumulatif: ia adalah gerak yang terus-menerus. Saya tidak tahu apakah Anda pernah menyelami masalah ini: apakah belajar itu dan apakah memperoleh pengetahuan itu? ... Belajar bukanlah menimbun. Anda tidak mungkin menimbun pembelajaran, dan dari gudang timbunan itu bertindak. Anda belajar sambil berjalan. Dengan demikian, tidak pernah ada saat kemunduran, kerusakan atau kemerosotan.

[Dari: J. Krishnamurti - The Book of Life]

Hudoyo: (ulangan)
K menggunakan kata 'belajar' dengan pengertian yang sangat berbeda dengan pengertian sehari-hari dari kata itu. 'Belajar' di sini tidak menyiratkan mengumpulkan informasi, mengejar tujuan, membandingkan dan menyimpulkan sesuatu. Kalau orang menyimpulkan sesuatu maka ia berhenti belajar.

'Belajar' yang di maksudkan oleh K berarti mengamati segala sesuatu yang terjadi pada saat kini, tanpa tujuan, tanpa penyimpulan, tanpa pikiran bergerak ke masa depan, seperti memandang bunga-bunga yang mekar, awan yang berarak, pohon yang melambai, dan manusia yang sibuk, pada suatu pagi yang indah--yang bagi kebanyakan dari kita adalah bukan "belajar" sama sekali, melainkan hanya membuang-buang waktu saja. 'Belajar' di sini adalah tanpa-aku.


Yang satu ini kok selaras sekali dengan ide Lao Tzu dalam Tao Te Ching? Ini membuktikan bahwa orang yang tercerahkan memang memiliki pemahaman yang selaras.  :)
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 03 May 2008, 05:18:27 PM
betul
Title: Apakah Krishnamurti percaya pada reinkarnasi?
Post by: hudoyo on 16 May 2008, 09:16:07 AM
PERTANYAAN: Setelah Anda menyimak kutipan di bawah ini, apakah menurut Anda K percaya pada reinkarnasi atau tidak?
(Bagi teman-teman Buddhis yang suka mempersoalkan perbedaan antara ‘reinkarnasi’ vs ‘tumimbal lahir’(rebirth), di sini ‘reinkarnasi’ harap dibaca ‘lahir kembali’.)

Salam,
semar

*****


PENANYA: Mohon Anda memberikan pernyataan definitif tentang tidak adanya reinkarnasi, oleh karena pada dewasa ini semakin banyak terkumpul 'bukti ilmiah' yang membuktikan bahwa reinkarnasi itu fakta. Saya prihatin, oleh karena saya melihat banyak orang mulai menggunakan bukti ini untuk lebih memperkuat suatu kepercayaan yang telah mereka miliki, yang memungkinkan mereka lari dari masalah-masalah kehidupan & kematian. Bukankah Anda bertanggung jawab untuk bersikap jelas, langsung dan tidak meragukan mengenai masalah ini dan bukan sekadar berputar-putar di sekitar masalah ini?

KRISHNAMURTI: Kami akan bersikap pasti. Ide tentang reinkarnasi sudah ada jauh sebelum Agama Keristen. Ide itu meluas hampir di seluruh India, dan mungkin di seluruh dunia Asia. Pertama, apakah yang berinkarnasi - bukan hanya berinkarnasi sekarang, tetapi juga berinkarnasi berulang-ulang? Kedua, pengertian bahwa ada bukti ilmiah bahwa reinkarnasi benar, membuat orang lari dari masalah-masalah mereka, dan itu menyebabkan keprihatinan penanya. Apakah ia benar-benar prihatin bahwa orang melarikan diri? Orang lari ke sepakbola atau pergi ke tempat ibadah. Kesampingkan semua keprihatinan tentang apa yang dilakukan orang lain. Kita berkepentingan dengan fakta, dengan kebenaran dari reinkarnasi; dan Anda minta jawaban pasti dari pembicara.

Apakah yang berinkarnasi, yang lahir kembali? Apakah yang hidup pada saat ini, duduk di sini? Apakah yang tengah terjadi sekarang terhadap apa yang sedang berinkarnasi? Dan bila kita berangkat dari sini, apakah sesungguhnya terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari, yang adalah gerak yang hidup dari inkarnasi -- pergulatan kita, nafsu-nafsu, keserakahan, iri hati, kelekatan -- semua itu? Apakah itu yang akan bereinkarnasi dalam kehidupan yang akan datang?

Nah, mereka yang percaya pada reinkarnasi, mereka percaya bahwa mereka akan lahir kembali dengan segala yang mereka miliki sekarang--mungkin ada modifikasi di sana-sini--dan dengan demikian meneruskannya, kehidupan demi kehidupan. Kepercayaan tidak pernah hidup. Tetapi seandainya kepercayaan itu sangat hidup, maka apa adanya Anda sekarang jauh lebih penting daripada apa adanya Anda dalam kehidupan yang akan datang. Di dunia Asia ada istilah 'karma' yang berarti tindakan dalam kehidupan sekarang, pada masa ini, beserta segala kesengsaraannya, kekacauan, amarah, cemburu, benci, kekerasan, yang mungkin dimodifikasi, tetapi akan berlanjut ke dalam kehidupan yang akan datang.

Jadi ada bukti dari ingatan akan hal-hal di masa lampau, suatu kehidupan lampau. Ingatan itu adalah timbunan si 'aku', ego, kepribadian. Onggokan itu, yang dimodifikasi, diluruskan, dipoles sedikit, berlanjut ke kehidupan yang akan datang. Jadi itu bukan masalah apakah ada reinkarnasi (saya sangat tegas dalam hal ini), melainkan bahwa inkarnasi sekarang; yang jauh lebih penting daripada reinkarnasi mengakhiri keamburadulan ini, konflik ini, sekarang. Maka berlangsunglah sesuatu yang sama sekali lain. Tidak bahagia, sengsara, dirundung kesedihan, orang bilang: "Saya berharap kehidupan yang akan datang lebih baik." Harapan akan kehidupan yang akan datang itu adalah penundaan dari menghadapi fakta sekarang.

Pembicara sudah membahas ini panjang lebar dengan mereka yang percaya, berceramah dan menulis tentang reinkarnasi, tanpa akhir. Itu bagian dari permainan mereka. Saya berkata, "Baik, Bapak-Bapak, Anda percaya pada semua itu. Jika Anda percaya itu, maka apa yang Anda perbuat sekarang penting." Tetapi mereka tidak tertarik akan apa yang mereka perbuat sekarang, mereka berminat kepada masa depan. Mereka tidak berkata: "Saya percaya dan saya akan mengubah hidup saya secara menyeluruh sehingga tidak ada lagi masa depan." Janganlah pada akhir nanti bilang bahwa saya saya menghindari pertanyaan ini; Andalah yang menghindarinya. Saya berkata bahwa kehidupan sekarang ini sangat penting; jika Anda paham dan menyelaminya, dengan segala kekacauannya, kerumitannya - mengakhirinya, tidak meneruskan itu. Maka Anda masuk ke dalam alam yang sama sekali lain. Saya rasa itu jelas, bukan? Saya tidak berputar-putar.

Anda mungkin bertanya kepada saya: "Apakah Anda percaya akan reinkarnasi?" Bukan? Saya tidak percaya pada apa pun. Ini bukan penghindaran; saya tidak punya kepercayaan, dan itu tidak berarti saya seorang ateis, atau saya tidak spiritual. Selamilah, lihat apa artinya. Itu berarti bahwa batin bebas dari semua lilitan kepercayaan. Dalam kitab-kitab India kuno ada cerita tentang kematian dan inkarnasi. Bagi seorang brahmana, salah satu adat dan hukum kuno mengatakan bahwa, setelah mengumpulkan kekayaan duniawi, setelah lima tahun ia harus melepaskan segala sesuatu dan mulai lagi dari awal. Ada seorang brahmana yang mempunyai seorang anak laki-laki, dan anak itu berkata kepadanya, "Bapak memberikan semua ini kepada berbagai orang; kepada siapa Bapak akan memberikan saya, kepada siapa Bapak akan menyuruh saya pergi?" Sang ayah berkata, "Pergilah, saya tidak tertarik." Tetapi si anak datang beberapa kali dan sang ayah menjadi marah dan berkata, "Saya akan mengirimmu kepada Maut." Karena ia seorang brahmana, ia harus menepati kata-katanya. Jadi ia mengirim anaknya kepada Maut. Dalam perjalanan menuju Maut, anak itu singgah pada berbagai guru dan mendapati bahwa ada guru yang berkata, ada reinkarnasi, dan ada yang berkata, tidak ada reinkarnasi. Ia terus mencari, dan akhirnya ia sampai ke istana Maut. Ketika ia tiba, Maut sedang tidak ada.--Implikasi ini menarik, jika Anda menyelaminya.--Maut tidak ada. Anak itu menunggu selama tiga hari. Pada hari keempat, Maut muncul dan minta maaf. Ia minta maaf karena anak itu seorang brahmana; katanya, "Mohon maaf, saya telah membuat Anda menunggu; karena menyesal, saya menawarkan kepada Anda tiga keinginan. Anda boleh menjadi raja terbesar, menjadi orang terkaya, atau menjadi kekal." Si anak berkata, "Saya telah mengunjungi banyak guru, dan mereka semua saling berbeda pendapat. Apa pendapat Anda tentang kematian, dan apa yang terjadi setelah itu?" Jawab Maut: "Wah, seandainya saya punya murid seperti Anda; tidak peduli dengan apa pun kecuali itu." Maka ia mulai menyampaikan kebenaran kepada anak itu, tentang keadaan hidup di mana tidak ada waktu. ...

QUESTIONS AND ANSWERS, OJAI, CALIFORNIA - 13TH MAY 1980 ‘REINCARNATION’
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sumedho on 16 May 2008, 09:33:08 AM
Nendang bener :))

_/\_
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: morpheus on 20 May 2008, 12:43:28 PM
pak hudoyo, mo nanya, ini gak ada hubungannya sama ajaran jk sih...
menurut pak hudoyo, apa itu "the process" the dialami jk hampir setiap malam?
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: uwi on 21 May 2008, 12:26:03 AM
nyeri di tengkuk itu? (saya ingat pernah baca tentang hal nyeri bertahun-tahun yang dialami oleh jk tetapi belom cek di buku)
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 21 May 2008, 06:25:24 AM
pak hudoyo, mo nanya, ini gak ada hubungannya sama ajaran jk sih...
menurut pak hudoyo, apa itu "the process" the dialami jk hampir setiap malam?

Saya juga tidak tahu apa itu. ... :)
Faktanya memang begitu, nyeri itu dialami selama bertahun-tahun sejak K mencapai pencerahan pada tahun 1922, kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah ...
Saya tidak tahu ... maaf.

Salam,
hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: morpheus on 21 May 2008, 05:12:48 PM
nyeri di tengkuk itu? (saya ingat pernah baca tentang hal nyeri bertahun-tahun yang dialami oleh jk tetapi belom cek di buku)
entah di mana, saya lupa. tapi yg jelas dari gambaran mary lutyen di biografinya, sepertinya jk merasakan sakit yg luar biasa dan kadang2 berlaku seperti bukan dirinya sendiri... saya tidak bisa relate atau menebak gambaran "the process" ini dengan apa pun...
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Suchamda on 21 May 2008, 05:36:00 PM
nyeri di tengkuk itu? (saya ingat pernah baca tentang hal nyeri bertahun-tahun yang dialami oleh jk tetapi belom cek di buku)
entah di mana, saya lupa. tapi yg jelas dari gambaran mary lutyen di biografinya, sepertinya jk merasakan sakit yg luar biasa dan kadang2 berlaku seperti bukan dirinya sendiri... saya tidak bisa relate atau menebak gambaran "the process" ini dengan apa pun...


Itulah menggadaikan jiwanya kepada Iblis, kuasa kegelapan, 666. :D
(just joking, mumpung lagi ngetrend)
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: uwi on 21 May 2008, 05:36:30 PM
Apakah jk pernah membicarakan tentang nyeri ini secara khusus?
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 21 May 2008, 09:13:41 PM
 [at] Suchamda : kirain cuma bisa serius ;D
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 21 May 2008, 09:24:16 PM
entah di mana, saya lupa. tapi yg jelas dari gambaran mary lutyen di biografinya, sepertinya jk merasakan sakit yg luar biasa dan kadang2 berlaku seperti bukan dirinya sendiri... saya tidak bisa relate atau menebak gambaran "the process" ini dengan apa pun...

Ya, itu terjadi pada tahun-tahun awal pencerahannya. Tapi lama-lama berangsur-angsur hilang, sampai tidak pernah muncul lagi.


Apakah jk pernah membicarakan tentang nyeri ini secara khusus?

Dalam buku hariannya, "Krishnamurti's Notebook" ia menuliskan peristiwa-peristiwa itu setiap kali muncul, dan mendeskripsikannya sedikit, seperti: "Tadi malam ia muncul sangat intens", atau "Ia muncul ringan-ringan saja" dsb. Tapi tidak pernah membahas dan menyimpulkan apa itu. Ia cuma menamakannya "the process".


Itulah menggadaikan jiwanya kepada Iblis, kuasa kegelapan, 666. :D
(just joking, mumpung lagi ngetrend)

"Betul sekali" ... :) ... soalnya "jiwa" itu kan gak ada, buat apa dibawa-bawa, lebih baik digadaikan. ;D

Salam,
hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 21 May 2008, 09:33:50 PM
 [at] Pak Hudoyo, lebih baik digadaikan : :jempol:
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: uwi on 22 May 2008, 09:56:56 PM
perihal artikel terakhir mengenai kepercayaan. saya gak bisa mengerti/membayangkan hidup yang seperti itu, tanpa percaya sesuatu yang menjadi pegangan/penunjuk arah dalam keseharian. 
bahkan ketika menulis posting ini saya percaya akan kualitas koneksi internet yang ada meneruskan apa yang diketik dapat tampil di forum.

*ayo rek diterusno diskusine,ojo dipegat sek :D.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 23 May 2008, 07:19:37 AM
Kata kunci dalam posting Anda adalah 'pegangan/penunjuk arah' ... Memang itulah yang diberikan agama--termasuk Agama Buddha--kepada penganutnya ... karena manusia takut memikirkan masa depan yang penuh ketidakpastian. ... Jadi 'agama' dengan 'pegangan/penunjuk arah'-nya adalah untuk memenuhi kebutuhan ego/atta/aku. ...

Kata 'kepercayaan' itu sendiri digunakan untuk hal-hal yang kita sendiri tidak tahu, tapi merasa perlu untuk berpegang kepadanya sebagai "kebenaran" ... misalnya percaya pada "Tuhan", percaya pada "Nibbana", percaya pada "Pencerahan Sang Buddha" ... dst.

Untuk "kualitas koneksi internet" sebetulnya tidak tepat digunakan kata "percaya", melainkan "tahu" sekalipun tahu itu tidak 100% pasti, tetapi cukup tinggi probabilitas kebenarannya berdasarkan pengalaman di masa lampau. Sebetulnya "pengetahuan" yang kita gunakan untuk hidup sehari-hari, untuk membuat planning, manajemen dsb tidak pernah ada yang pasti 100%, masing-masing mempunyai taraf ketidakpastian tertentu, tetapi kita tetap menggunakannya untuk mengambil keputusan (decision making), dan kita tidak menyebutnya "kepercayaan". ... Jadi mohon jangan "percaya" dan "tahu" dicampuradukkan.

Kembali kepada 'percaya' yang kita gunakan untuk hal-hal yang bersifat batiniah, memang susah 'dipikirkan' bagaimana hidup tanpa 'percaya' ... pertama, karena 'memikirkan, membayangkan' itu sendiri adalah fungsi/gerak si aku, yang sebenarnya takut menghadapi keadaan itu ... kedua, 'hidup tanpa kepercayaan' itu sendiri hanya mungkin dialami kalau si aku ini sudah runtuh, hidup itu mengalir apa adanya, tanpa tujuan, harapan, usaha, semangat untuk diri sendiri. ... Ini yang tidak akan pernah bisa dipahami oleh si aku dengan pikirannya.

Sang Buddha dan para arahat, setelah mencapai Pencerahan Terakhir ... untuk apa lagi mereka hidup di dunia? ... Jelas si aku & pikiran ini tidak bisa memahaminya. ... Para arahat bilang: "Khina jati, vusitam brahmacariyam, katam karaniyam, na param itthataya'ti" ("Berakhir sudah kelahiran ini, sempurna sudah kehidupan suci, selesai sudah apa yang harus dikerjakan, tidak ada apa-apa lagi yang perlu dikerjakan.") ... Lalu untuk apa hidup??? Untuk apa sa-upadisesa nibbana itu? ... Jelas si aku & pikiran ini tidak mampu memahami keadaan batin seperti itu.

Salam,
hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: uwi on 23 May 2008, 08:47:13 AM
Bagaimana dengan rasa aman yang muncul ketika ada pegangan/penunjuk arah?.
Tahu bahwa apa yang saya lakukan tidak menghancurkan eksistensi karena ada hasrat untuk memelihara kelangsungan hidup.
Apakah semua gerak ini hanya berkisar pada kehausan akan rasa aman pada ego?
Ketika saya memberikan otoritas pada seseorang/sesuatu imbal baliknya adalah rasa aman karena ada seseorang/sesuatu yang di pegang/menunjukkan arah.

suwun

Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 23 May 2008, 11:03:44 AM
Aku/atta itu selalu mencari kelestarian ... dia tidak mau mengakui bahwa kelestarian itu tidak ada, yang ada hanyalah perubahan dan ketidaklestarian ...
Aku/atta itu selalu mencari rasa aman ... dia tidak mau mengakui bahwa rasa aman itu tidak ada, yang ada hanyalah ketidakpastian ...
Aku/atta itu selalu mencari kebahagiaan ... dia tidak mau mengakui bahwa kebahagiaan itu tidak ada, yang ada hanyalah dukkha ...

Jadi kalau orang belajar Buddha-Dhamma untuk mencari kelestarian, rasa aman & kebahagiaan, ia keliru memahami ajaran Sang Buddha, karena yang ada hanyalah perubahan/ketidaklestarian, ketidakpastian, dan dukkha.

Salam,
Hudoyo

Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: uwi on 24 May 2008, 11:21:55 AM
Lalu apa yang menggerakkan JK untuk keliling dunia berceramah dan berdiskusi dimana - mana?.

Aku/atta itu selalu mencari kelestarian ... dia tidak mau mengakui bahwa kelestarian itu tidak ada, yang ada hanyalah perubahan dan ketidaklestarian ...
Aku/atta itu selalu mencari rasa aman ... dia tidak mau mengakui bahwa rasa aman itu tidak ada, yang ada hanyalah ketidakpastian ...
Aku/atta itu selalu mencari kebahagiaan ... dia tidak mau mengakui bahwa kebahagiaan itu tidak ada, yang ada hanyalah dukkha ...

Jadi kalau orang belajar Buddha-Dhamma untuk mencari kelestarian, rasa aman & kebahagiaan, ia keliru memahami ajaran Sang Buddha, karena yang ada hanyalah perubahan/ketidaklestarian, ketidakpastian, dan dukkha.

Salam,
Hudoyo



Sedikitnya saya dapat melihat suram itu dan itu membuat saya menjadi tertekan.

Suwun.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 24 May 2008, 11:43:40 AM
Lalu apa yang menggerakkan JK untuk keliling dunia berceramah dan berdiskusi dimana - mana?.

Saya tidak tahu, karena saya tidak mampu menyelami jiwa K. ... :)

Tetapi secara teoretis, agaknya saya bisa menjelaskan:

Ketika si aku/ego/atta & pikiran ini berakhir ... maka di situ ada Gerak dari Yang Mahaluas, Yang Tak Dikenal ... di situ ada Kearifan (tapi bukan kearifan dari pengalaman) ... di situ ada Kecerdasan (tapi bukan kecerdasan dari pikiran) ... di situ ada Cinta (tapi bukan cinta dari si aku) ... di situ ada Tindakan (tapi bukan tindakan dari pertimbangan pikiran/si aku) ...

Anda bisa pula bertanya, apa yang menyebabkan Buddha beserta para arahat menghabiskan sisa hidupnya berjalan kaki menyebarkan Dhamma? ...

Kata Sang Buddha: "Ada SESUATU (ATTHI, Bhikkave) yang tak dilahirkan, tak tercipta, bukan makhluk, tak terkondisi (terbentuk) ..."
Itulah yang menggerakkan Sang Buddha & para arahat menghabiskan sisa hidupnya berjalan kaki menyebarkan Dhamma ...


Quote
Sedikitnya saya dapat melihat suram itu dan itu membuat saya menjadi tertekan.

Anda bisa melihat bahwa eksistensi ini dukkha ... itu sudah sangat baik ... . :) 

Tapi Anda 'menjadi tertekan' ... itu menandakan Anda masih melekat pada badan & batin ini. :)

Kata Sang Buddha: "Panca-upadana-khandha dukkha" ... "Badan & tubuh ini, kalau orang melekat kepadanya (upadana), adalah dukkha."

Salam,
hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sumedho on 24 May 2008, 11:54:59 AM
Pak Hud, mungkinkah JK mengajarkan dan berdiskusi itu atas permintaan karena secara ego/pribadi tidak ada dorongan dan kepentingan2x lain? Yah kasusnya mungkin sama seperti Sang Buddha konon katanya diminta oleh Bhahma Sahampati.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 24 May 2008, 09:09:06 PM
Tentang cerita Brahma Sahampati, menurut hemat saya itu hanya mitos saja. Tujuannya adalah untuk menekankan bahwa Dhamma yang ditemukan oleh Sang Buddha adalah sangat dalam dan sukar dipahami oleh kebanyakan orang, tetapi ada segelintir orang yang sudah tipis debu yang menutupi mata mereka, sehingga mereka akan memahami Dhamma. Pada kenyataannya, saya rasa tidak mungkin seorang Buddha harus diminta oleh seorang dewa untuk menggunakan sisa hidupnya untuk mengajar.

Tentang Krishnamurti, beberapa tahun sebelum ia meninggal, ia pernah berkata (kira-kira begini), "tubuh ini dimaksudkan untuk bicara; kalau ia tidak mampu bicara lagi, maka selesailah tugasnya." ... Dan memang benar, ceramahnya yang terakhir adalah pada bulan Januari 1986 di India, dan ia meninggal pada pertengahan Februari 1986 di California, pada usia 91 tahun. Ia meninggal karena kanker pankreas.

Salam,
hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: uwi on 19 June 2008, 10:20:57 PM
ada sedikit video jk di web ini

http://krishnamurti-for-you.com/

silahkan.:)
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sumedho on 20 June 2008, 07:59:23 AM
nonton videonya lebih mudah dimengerti dibanding transcriptnya, apalagi terjemahannya. Mungkin karena cara penyampaiannya

thx mas uwi
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: uwi on 20 June 2008, 04:15:20 PM
mudah dimengerti karena cengkok oxford nya? ehhehe.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sumedho on 20 June 2008, 04:26:33 PM
bukan mas, tapi style penyampaian, body language, nadanya.
aye mah cengkok betawi :D
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: uwi on 20 June 2008, 04:37:00 PM
iya, rasanya ada sesuatu yang meluap luap entah apa
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: williamhalim on 20 June 2008, 07:55:42 PM
iya, rasanya ada sesuatu yang meluap luap entah apa

kegiuran, mungkin?
piti

::
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: uwi on 20 June 2008, 10:11:29 PM
ketika jk ngomong, ada yang meluap luap dari dia.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: uwi on 23 June 2008, 11:55:35 PM
(06/18) Keadaan-sadar tidak dapat didisiplinkan

   Jika keadaan-sadar dilatih, dijadikan kebiasaan, maka ia menjadi melelahkan dan menyakitkan. Keadaan-sadar tidak dapat didisiplinkan. Apa yang dilatih bukan lagi keadaan-sadar, oleh karena berlatih berarti menciptakan kebiasaan, mengerahkan daya upaya dan kemauan. Daya upaya adalah distorsi. Terdapat keadaan-sadar bukan hanya terhadap dunia luar--burung yang terbang, bayangan, laut yang tidak bisa diam, pepohonan dan angin yang bertiup, peminta-minta dan mobil mewah yang melintas--tetapi juga keadaan-sadar akan proses dalam batin, ketegangan dan konflik di dalam diri. Anda tidak menyalahkan burung yang terbang: Anda mengamatinya, Anda melihat keindahannya. Tetapi, ketika Anda memikirkan pergulatan dalam batin Anda, Anda menyalahkannya atau membenarkannya. Anda tidak dapat mengamati konflik batiniah ini tanpa memilih atau membenarkan.
   Menyadari pikiran dan perasaan Anda tanpa identifikasi atau pengingkaran tidaklah melelahkan dan menyakitkan; tetapi di dalam upaya mencari hasil, tujuan yang ingin dicapai, konflik meningkat dan mulailah kelelahan pergulatan.

sumber: the book of life.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 24 June 2008, 06:53:30 PM
iya, rasanya ada sesuatu yang meluap luap entah apa
kegiuran, mungkin?
piti

Saya rasa bukan 'piti' ... karena 'piti' adalah keadaan batin yang masih terbilang "rendah". ... ('Piti' adalah salah satu dari 'vipassana-upakilesa', dan salah satu dari faktor jhana yang sudah lenyap pada jhana ke-3). ...

Di lain pihak, K pernah bilang: "Jika Anda berada dalam keheningan sempurna (total stillness) ... di situ ada gerak yang lain (The Otherness) ... gerak dari Yang Mahaluas (The Immensity) ..." ...

Saya rasa, pernyataan ini memberikan petunjuk akan apa yang muncul dari dalam batin K pada saat ia bicara. ...

Menurut saya, 'The Otherness' yang disebut-sebut oleh K itu identik dengan apa yang disebutkan Sang Buddha dalam Udana 8.3, "Ada SESUATU (atthi), yang tak dilahirkan, tak tercipta, tak terbentuk, tak terkondisi ... "

Salam,
hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Riky_dave on 24 June 2008, 07:53:53 PM
minta pendapat rekan2...
menurutku pararelnya Buddhisme...

Quote from: semar00 [at
kaskus]
[size=+1]J. Krishnamurti
(1895 – 1986)
[/size]

Nama Jiddu Krishnamurti tidak asing lagi bagi para pejalan spiritual. Ia dilahirkan pada tahun 1895 di Madanapalle, India, anak ke delapan dari sebuah keluarga brahmana. Pada usia 14 tahun, ia “ditemukan” oleh C.W. Leadbeater, seorang pemimpin Teosofi, yang melihat anak itu “memiliki aura sangat luar biasa, tanpa sedikit pun sikap mementingkan diri sendiri”. Sejak itu Krishnamurti dididik oleh para pemimpin Teosofi dan disiapkan untuk menjadi “wahana” bagi “Guru Dunia” (Lord Maitreya)—yang dipercaya oleh kaum Teosofi pada waktu itu akan datang kembali ke dunia 2000 tahun setelah kedatangannya yang terakhir sebagai Yesus Kristus. Untuk menyambut peristiwa itu dibentuklah Tarekat Bintang di Timur [The Order of the Star in the East], di mana ia menjadi ketuanya. Perkumpulan itu kemudian diubah namanya menjadi Tarekat Bintang.

Namun ternyata kemudian Krishnamurti menempuh jalan-nya sendiri, menyimpang dari garis yang ditetapkan oleh Teosofi. Pada tahun 1922, dalam usia 27 tahun, ia mengalami proses Pencerahan yang berlangsung selama 3 hari, di mana ia mengalami kesadaran yang berubah:
[indent]“... Ada seseorang tengah memperbaiki jalan, orang itu adalah aku; beliung yang dipegangnya adalah aku; batu yang tengah dipecahnya adalah bagian dariku; helai rumput yang rapuh adalah aku; dan pohon di samping orang itu adalah aku.”[/indent]
Dan pada akhir proses Pencerahan itu ia menyatakan:
[indent]“Aku sangat berbahagia karena aku telah melihat. Tak ada yang akan kembali seperti dulu lagi. Aku telah minum air yang jernih dan murni dari sumber mata air kehidupan, dan dahagaku telah terpuaskan. Tak akan pernah lagi aku berada dalam kegelapan; aku telah melihat Cahaya itu. ... Aku telah menyentuh Welas Asih yang menyembuhkan segenap kesedihan dan penderitaan; itu bukan untukku sendiri, melainkan untuk dunia. Sumber Kebenaran telah terbuka bagiku dan kegelapan telah lenyap. Cinta dalam seluruh kemegahannya telah memabukkan hatiku; hatiku tak akan pernah tertutup lagi. Aku telah minum dari pancuran Sukacita dan Keindahan abadi. ”[/indent] Ia menggambarkan dirinya “mabuk Illahi”.

Pada tahun 1929 dibubarkannya Tarekat Bintang dengan berkata:
[indent]“Saya nyatakan bahwa kebenaran adalah wilayah tanpa jalan [Truth is a pathless land[/b]], dan kalian tak dapat mendekatinya melalui jalan apa pun, melalui agama apa pun, melalui sekte apa pun. Itulah sudut pandangku, dan saya berpegang pada itu secara mutlak dan tanpa syarat.
Kebenaran, yang tanpa batas, tak terkondisi, tak dapat didekati melalui jalan apa pun, tak dapat diorganisir; tidak semestinya dibentuk suatu organisasi untuk menuntun atau memaksa orang menempuh suatu jalan tertentu. ... Anda mungkin membentuk tarekat-tarekat lain, Anda akan terus masuk organisasi lain untuk mencari kebenaran. ... Aku tidak ingin masuk organisasi spiritual apa pun; harap pahami ini. Jika suatu organisasi dibentuk untuk tujuan itu, itu akan menjadi tongkat penopang, kelemahan, belenggu, dan pasti akan melumpuhkan manusia, dan menghalanginya tumbuh, untuk menegakkan keunikannya, yang terletak pada penemuannya sendiri akan Kebenaran mutlak yang tak terkondisi. ... Aku tidak menginginkan pengikut. Pada saat kalian mengikuti seseorang, kalian tidak lagi mengikuti Kebenaran. ... Oleh karena aku bebas, tak terkondisi, utuh, bukan bagian, bukan relatif, melainkan seluruh kebenaran yang abadi, aku menghendaki mereka yang ingin memahamiku, untuk bebas pula, bukan mengikutiku, bukan membuat dariku sebuah kurungan, yang akan menjadi sebuah agama, sebuah sekte. ... Kini aku telah memutuskan untuk membubarkan Tarekat ini, karena kebetulan aku menjadi Ketuanya. Kalian boleh membentuk organisasi-organisasi lain dan mengharapkan orang lain. Aku tak peduli dengan itu, tidak pula dengan menciptakan kurungan-kurungan baru, dan hiasan-hiasan baru untuk kurungan itu. Satu-satunya minatku hanyalah membuat manusia bebas secara mutlak, tanpa terkondisi.”[/indent]

Pada tahun 1930 ia keluar dari Perhimpunan Teosofi.

Sejak itu ia berkelana ke banyak kota di berbagai benua, berbicara kepada setiap orang yang mau mendengarkannya. Kehidupan seperti itu dijalaninya sampai ia meninggal dunia pada tahun 1986, dalam usia 91 tahun, di Ojai, California. Puluhan judul buku diterbitkan di seluruh dunia berisikan ceramah, dialog dan tulisannya. Beberapa sekolah yang menyelenggarakan pendidikan berdasarkan ajarannya didirikan di India, Inggris dan California.

Dalam sebuah tulisan singkat pada tahun 1980, ia menguraikan intisari ajarannya, yang disebutnya The Core of the Teachings[/i]:
[indent]“Intisari ajaran Krishnamurti terkandung dalam pernyataan yang dibuatnya pada tahun 1929, ketika ia berkata, ‘Kebenaran adalah wilayah tanpa jalan’. Manusia tidak bisa sampai ke situ melalui organisasi apa pun, melalui kepercayaan apa pun, melalui dogma, pendeta atau ritual apa pun, tidak pula melalui pengetahuan filosofis atau teknik psikologis. Ia harus menemukannya melalui cermin relasi, melalui pemahaman akan isi batinnya sendiri, melalui pengamatan dan bukan melalui analisis intelektual atau pembedahan introspektif. Manusia telah membangun di dalam dirinya citra-citra [images] sebagai pagar keamanan—religius, politis dan pribadi. Ini terwujud sebagai simbol, ide dan kepercayaan. Beban citra-citra ini mendominasi pemikiran, relasi dan kehidupan sehari-hari manusia. Citra-citra inilah penyebab dari masalah-masalah kita, oleh karena citra-citra ini memisahkan manusia dari manusia. Persepsinya mengenai kehidupan dibentuk oleh konsep-konsep yang telah tertanam dalam batinnya. Isi kesadarannya adalah seluruh eksistensinya. Isi ini sama bagi seluruh kemanusiaan. Individualitas adalah nama, wujud dan budaya superfisial yang diperolehnya dari tradisi dan lingkungan. Keunikan manusia bukan terletak pada yang superfisial, melainkan pada kebebasan sepenuhnya dari isi kesadarannya, yang sama bagi seluruh umat manusia. Jadi ia bukanlah individu.

Kebebasan bukanlah reaksi, kebebasan bukanlah pilihan. Hanyalah anggapan manusia saja yang merasa bebas karena ia mempunyai pilihan. Kebebasan adalah pengamatan murni tanpa arah, tanpa takut akan hukuman dan ganjaran. Kebebasan adalah tanpa motif; kebebasan bukan terletak pada akhir evolusi manusia, melainkan pada langkah pertama dari eksistensinya. Dalam pengamatan orang mulai menemukan tidak adanya kebebasan. Kebebasan ditemukan dalam kesadaran tanpa-memilih akan eksistensi dan kegiatan kita sehari-hari.

Pikiran adalah waktu. Pikiran lahir dari pengalaman dan pengetahuan, yang tidak terpisah dari waktu dan masa lampau. Waktu adalah musuh psikologis manusia. Tindakan kita didasarkan pada pengetahuan dan dengan demikian pada waktu, sehingga manusia selalu menjadi budak masa lampau. Pikiran selalu terbatas dan dengan demikian kita hidup dalam konflik dan pergulatan terus-menerus. Tidak ada evolusi psikologis.

Bila manusia sadar akan gerak pikirannya sendiri, ia akan melihat pemisahan antara si pemikir dan pikirannya, antara si pengamat dan yang diamati, antara yang mengalami dan yang dialami. Ia akan menemukan bahwa pemisahan ini ilusi. Maka hanya di situlah terdapat pengamatan murni, yang adalah pencerahan tanpa secercah bayangan dari masa lampau atau dari waktu. Pencerahan tanpa-waktu
[timeless] ini menghasilkan perubahan mendalam dan radikal dalam batin.

Negasi total adalah esensi dari yang positif. Bila terdapat negasi dari semua hal yang telah dibuat oleh pikiran secara psikologis, maka hanya di situlah terdapat cinta
[love], yakni welas asih [compassion] dan kecerdasan [intelligence].

[Bold dan underline dari semar.][/indent]
Salam,
semar


Ko tesla anumodana...
Sungguh luar biasa dan sungguh bermakna.....
Menurut saya inilah "jalan" menuju padamnya atta...

Salam,
Riky
Title: BUKU KEHIDUPAN (07/01) - Kebahagiaan vs Pemuasan
Post by: hudoyo on 04 July 2008, 01:23:16 PM
KEBAHAGIAAN vs. PEMUASAN

"Apakah yang dicari oleh kebanyakan dari kita? Apakah yang diinginkan oleh masing-masing dari kita? Terutama di dalam dunia yang resah ini, tempat setiap orang mencari sejenis kedamaian, sejenis kebahagiaan, suatu perlindungan, tentulah penting untuk menemukan apa yang kita coba cari, apa yang kita coba temukan, bukan? Mungkin kebanyakan dari kita mencoba mencari sejenis kebahagiaan, sejenis kedamaian; di dunia yang penuh dengan gejolak, perang, perselisihan, pergulatan, kita menginginkan perlindungan yang di situ terdapat sekelumit kedamaian. Saya rasa itulah yang diinginkan oleh kebanyakan dari kita. Jadi kita mengejar, pergi dari satu pemimpin kepada pemimpin lain, dari satu organisasi keagamaan ke organisasi keagamaan lain, dari satu guru kepada guru lain.

Nah, apakah kita mencari kebahagiaan, ataukah kita mencari sejenis pemuasan yang dari situ kita berharap memperoleh kebahagiaan? Ada perbedaan antara kebahagiaan dan pemuasan. Dapatkah Anda mencari kebahagiaan? Mungkin Anda dapat menemukan pemuasan, tapi Anda tak dapat menemukan kebahagiaan. Kebahagiaan bersifat derivatif, ia adalah hasil samping dari sesuatu yang lain. Jadi, sebelum kita mengerahkan pikiran dan hati kita untuk sesuatu yang menuntut banyak kesungguhan, perhatian, pikiran, kita harus mengetahui apakah yang kita cari, apakah itu kebahagiaan, atau pemuasan, bukan?"

[J Krishnamurti - THE BOOK OF LIFE]

SEMAR:
Si aku & segala keinginannya hanya bisa memperoleh kepuasan ... yang tidak kekal, fana, bukan kebahagiaan. Apa pun yang dihasilkan oleh keinginan selalu berakhir.

Bila si aku & keinginan ini dipahami, dan oleh karena itu berhenti dengan sendirinya--bukan dibuat berhenti--di situlah muncul kebahagiaan sejati.

Kata Sang Buddha: "Nibbanam paramam sukham" -- "Kepadaman adalah kebahagiaan tertinggi."
Title: BUKU KEHIDUPAN (07/02) -
Post by: hudoyo on 04 July 2008, 02:06:37 PM
KITA PERLU MENYELAM DALAM UNTUK MENGETAHUI SUKACITA

Sedikit sekali dari kita yang bisa menikmati sesuatu. Kita sedikit sekali bersukacita melihat matahari terbenam, atau bulan purnama, atau seorang yang cantik, atau pohon yang indah, atau seekor burung yang terbang tinggi, atau suatu tarian. Kita tidak sungguh-sungguh menikmati apa pun. Kita memandangnya, kita terhibur atau bergairah secara dangkal terhadapnya, kita mengalami suatu perasaan yang kita namakan sukacita. Tetapi penikmatan adalah sesuatu yang jauh lebih dalam, yang perlu dipahami dan diselami. ...Sementara kita bertambah tua, sekalipun kita ingin menikmati berbagai hal, yang terbaik telah hilang dari kita; kita ingin menikmati perasaan-perasaan lain—gairah, nafsu, kekuasaan, kedudukan. Semua itu adalah hal-hal yang normal dalam kehidupan, sekalipun dangkal; itu tidak perlu disalahkan, tidak perlu dibenarkan, melainkan dipahami dan diberi tempat yang wajar. Jika Anda menyalahkannya sebagai hal yang tak berguna, sebagai sensasional, bodoh, dan tidak spiritual, Anda menghancurkan seluruh proses kehidupan. ....

Untuk mengetahui sukacita, kita harus menyelam jauh lebih dalam. Sukacita bukan sekadar perasaan. Ia menuntut penghalusan batin yang luar biasa, tetapi bukan penghalusan diri yang terus-menerus menimbun bagi dirinya. Diri seperti itu, orang seperti itu, tidak pernah dapat memahami keadaan sukacita yang di situ dia yang menikmati tidak ada. Kita perlu memahami hal yang luar biasa ini; kalau tidak, hidup menjadi sangat kerdil, remeh, dangkal—lahir, belajar sedikit, menderita, punya anak, memiliki tanggung jawab, mencari nafkah, menikmati hiburan intelektual sedikit, lalu mati.

[J Krishnamurti - THE BOOK OF LIFE]

SEMAR:

'Sukacita' yang dimaksud oleh Krishnamurti bukanlah kesenangan, kebahagiaan, kenikmatan yang berasal dari pengalaman duniawi atau rohani, melainkan bersumber jauh lebih dalam, yakni ketika batin tidak menimbun lagi, ketika si aku yang "menikmati", yang "mengalami" tidak ada lagi.
Title: BUKU KEHIDUPAN (07/03):
Post by: hudoyo on 05 July 2008, 08:52:17 AM
KEBAHAGIAAN TIDAK BISA DIKEJAR

Apa yang Anda maksud dengan kebahagiaan? Sementara orang berkata, kebahagiaan adalah memperoleh apa yang Anda inginkan. Anda menginginkan sebuah mobil, Anda memperolehnya, dan Anda berbahagia. Saya menginginkan sebuah pakaian, saya ingin pergi ke Eropa, dan jika saya bisa, saya berbahagia. Saya ingin menjadi politisi terbesar, dan jika saya bisa, saya berbahagia; jika saya tidak bisa mencapainya, saya tidak berbahagia. Jadi, yang Anda namakan kebahagiaan adalah memperoleh apa yang Anda inginkan, pencapaian atau kesuksesan, menjadi mulia, memperoleh apa pun yang Anda inginkan. Selama Anda menginginkan sesuatu dan Anda bisa memperolehnya, Anda merasa berbahagia sempurna; Anda tidak  mengalami frustrasi, tetapi jika Anda tidak memperoleh apa yang Anda inginkan, mulailah ketidakbahagiaan. Kita semua memikirkan hal ini, bukan hanya si kaya dan si miskin. Si kaya dan si miskin semuanya ingin memperoleh sesuatu bagi diri sendiri, bagi keluarga, bagi masyarakat; dan jika mereka terhalang, terhenti, mereka akan tidak berbahagia. Kita tidak membicarakan, kita tidak mengatakan bahwa si miskin tidak boleh memperoleh apa yang mereka inginkan. Itu bukan masalahnya. Kita mencoba menemukan apa itu kebahagiaan, dan apakah kebahagiaan itu sesuatu yang Anda sadari. Pada saat Anda sadar bahwa Anda berbahagia, bahwa Anda memiliki banyak, apakah itu kebahagiaan? Pada saat Anda sadar bahwa Anda berbahagia, itu bukan kebahagiaan, bukan? Jadi, Anda tidak bisa mencari kebahagiaan. Pada saat Anda sadar bahwa Anda rendah hati, Anda tidak rendah hati lagi. Jadi, kebahagiaan bukan sesuatu untuk dikejar; ia muncul sendiri. Tetapi jika Anda mencarinya, ia akan menjauhi Anda.

[J Krishnamurti - THE BOOK OF LIFE]

SEMAR:

"Pada saat saya berpikir bahwa saya berbahagia, saya tidak lagi berbahagia ...
Pada saat saya berpikir bahwa saya rendah hati, saya tidak lagi rendah hati ...
Saya tidak bisa mencari kebahagiaan ... ia muncul sendiri. ...
Jika saya mengejar kebahagiaan ... ia akan menjauhi saya."

Sungguh bijak kata-kata ini.
Title: BUKU KEHIDUPAN (07/04):
Post by: hudoyo on 05 July 2008, 09:34:51 AM
KEBAHAGIAAN BUKAN PERASAAN

Pikiran tidak pernah menemukan kebahagiaan. Kebahagiaan bukan sesuatu untuk dikejar dan ditemukan, seperti perasaan. Perasaan dapat diperoleh berkali-kali, karena setiap kali perasaan selalu lenyap; tetapi kebahagiaan tidak bisa ditemukan. Ingatan akan kebahagiaan hanyalah perasaan, suatu reaksi yang memihak atau menentang saat kini. Yang sudah lenyap bukanlah kebahagiaan; pengalaman akan kebahagiaan yang sudah lenyap adalah perasaan, oleh karena ingatan adalah masa lampau, dan masa lampau adalah perasaan. Kebahagiaan bukan perasaan. ...

Apa yang Anda ketahui adalah masa lampau, bukan saat kini; dan masa lampau adalah perasaan, reaksi, ingatan. Anda ingat dulu Anda berbahagia; dan dapatkah masa lampau menguraikan apa kebahagiaan itu? Ia bisa mengingat-ingat, tapi ia tidak bisa menghadirkan. Pengenalan bukanlah kebahagiaan; tahu artinya berbahagia bukanlah kebahagiaan. Pengenalan adalah respons ingatan; dan dapatkah batin, timbunan rumit dari ingatan, pengalaman, pernah berbahagia? Pengenalan itu sendiri menghalangi proses mengalami.

Jika Anda sadar Anda berbahagia, adakah kebahagiaan? Jika terdapat kebahagiaan, apakah Anda sadar akan itu? Kesadaran hanya muncul bersama konflik, konflik ingatan akan hal yang dulu lebih. Kebahagiaan bukanlah ingatan akan hal yang dulu lebih. Bila terdapat konflik, tidak ada kebahagiaan. Konflik ada di pikiran. Pikiran pada tingkat apa pun adalah respons dari ingatan; dengan demikian pikiran mau tidak mau menghasilkan konflik. Pikiran adalah perasaan, dan perasaan bukanlah kebahagiaan. Perasaan terus-menerus mencari pemuasan. Tujuannya adalah perasaan, tetapi kebahagiaan bukanlah tujuan; ia tidak bisa dicari.

[J Krishnamurti - THE BOOK OF LIFE]

SEMAR:

Kata-kata Krishnamurti kadang-kadang bisa membingungkan, seperti dalam kutipan di atas.

Namun kalau kita memahami beberapa prinsip dari proses berpikir & merasa dalam batin kita, kutipan di atas menjadi sangat jelas:

(1) Proses berpikir & merasa dimulai dengan adanya rangsangan (stimuli) yang masuk ke dalam kesadaran melalui pancaindra atau muncul sebagai ingatan (memori).

(2) Batin menanggapi rangsangan ini dengan berpikir (thinking) yang menghasilkan pikiran (thought), disertai perasaan (emotion). - Dari sini tertimbunlah pengenalan (recognition), pengetahuan & pengalaman, dan konflik.

(3) Di dalam proses menanggapi ini, muncul dan berperan aku (ego, diri, nafs, atta/atman).

(4) Semua itu (rangsangan, tanggapan, pikiran, perasaan, aku) terkena hukum ketidakkekalan (anicca), kefanaan sebagai sunnatullah - selalu timbul dan lenyap.

(5) Semua itu juga berada di saat lalu (sesaat yang lalu), BUKAN di saat kini. -- Si aku & tanggapan batin yang mengejar berbagai hal SELALU berada di saat lalu (sekalipun baru sesaat lalu).

(6) Untuk melihat 'apa yang ada' pada saat kini, si aku, tanggapan, pikiran, perasaan, keinginan dsb harus berhenti ... Kalau semua itu berhenti, di situ terdapat KEBAHAGIAAN yang sejati.

Jadi, 'kebahagiaan' yang dibicarakan oleh Krishnamurti di sini adalah 'kebahagiaan' ketika si aku, pikiran, perasaan & keinginan berakhir. Ini sama dengan apa yang dikatakan oleh Sang Buddha tentang 'nibbana' (nirvana) (= 'kepadaman'): "Nibbanam paramam sukham" ("Kepadaman adalah kebahagiaan tertinggi.") -- Ini tidak bisa dikejar oleh si aku!

PS: Semua yang saya sebutkan di atas diajarkan oleh Sang Buddha dalam Mulapariyaya-sutta (M.N.,1). Semua itu pada dewasa ini diperkuat oleh temuan dalam disiplin psikologi (setidak-tidaknya sampai #6).
Title: BUKU KEHIDUPAN (07/05):
Post by: hudoyo on 05 July 2008, 02:33:21 PM
DAPATKAH KEBAHAGIAAN DIPEROLEH MELALUI SESUATU?

Kita mencari kebahagiaan melalui benda-benda, melalui hubungan, melalui pikiran, gagasan-gagasan. Jadi benda-benda, hubungan dan gagasan-gagasan itu menjadi mahapenting, bukan kebahagiaan. Bila kita mencari kebahagiaan melalui sesuatu, maka sesuatu itu menjadi lebih bernilai daripada kebahagiaan itu sendiri. Bila dirumuskan seperti ini, masalahnya terdengar sederhana, dan memang sederhana. Kita mencari kebahagiaan di dalam harta benda, di dalam keluarga, di dalam ketenaran; maka harta benda, keluarga, gagasan menjadi mahapenting, oleh karena dengan begitu kebahagiaan dicari melalui suatu cara, lalu cara itu menghancurkan tujuan. Dapatkah kebahagiaan ditemukan melalui cara apa pun, melalui apa pun yang dibuat oleh tangan atau oleh pikiran? Benda, hubungan dan gagasan jelas sekali tidak kekal, kita terus-menerus dibuat tidak bahagia olehnya. ... Benda-benda tidak kekal, mereka aus dan lenyap; hubungan merupakan pergesekan terus-menerus dan kematian menunggu; gagasan dan kepercayaan tidak mempunyai kemantapan atau keabadian. Kita mencari kebahagiaan di dalam hal-hal itu, namun tidak menyadari ketidakkekalannya. Maka kesedihan menjadi teman kita terus-menerus, dan mengatasinya menjadi masalah kita.
Untuk menemukan makna sejati dari kebahagiaan, kita harus menjelajahi sungai pengetahuan-diri. Pengetahuan-diri bukan tujuannya sendiri. Adakah sumber dari sebuah sungai? Setiap tetes air dari awal sampai akhir membentuk sungai itu. Membayangkan bahwa kita akan menemukan kebahagiaan pada sumbernya adalah keliru. Ia akan ditemukan ketika Anda berada di dalam sungai pengetahuan-diri.

[J Krishnamurti - THE BOOK OF LIFE]

SEMAR:

"Ia akan ditemukan ketika Anda berada di dalam sungai pengetahuan-diri." - Maksudnya, kebahagiaan itu akan muncul dengan sendirinya apabila kita bisa diam, berada bersama 'apa adanya' pada saat kini sepenuhnya. 

Ini sesuai pula dengan sebuah Hadits Qudsi: "Barang siapa mengenal dirinya, ia akan mengenal Tuhannya."
Title: Bagaikan sekuntum mawar ... <Re: BUKU KEHIDUPAN (07/02):>
Post by: hudoyo on 05 July 2008, 10:03:07 PM
[Dari: ]

KITA PERLU MENYELAM DALAM UNTUK MENGETAHUI SUKACITA

RIANG MENTARI:

lahir -> belajar sedikit -> menderita -> punya anak -> memiliki tanggung jawab...
ini adalah pola yang saya sadari akhir2 ini (walaupun saya belum punya anak&istri)

saya tidak melihatnya sebagai pola hidup semua orang
tapi pola hidup saya, seorang riang_mentari
saya hidup di masa depan
saya bersedia menderita saat ini untuk kebahagiaan di masa depan
saya "prihatin" untuk kesuksesan di masa depan

"mainnya nanti, sekarang belajar biar bisa masuk kuliah yang bagus"
"seneng2nya nanti, kalau sudah kerja"
"sudah kerja, sudah saatnya mikir tanggung jawab...di masa depan"

itu adalah kehidupan yang diajarkan kepada saya

bukan saya mengatakan bahwa hidup prihatin itu tidak baik
bahwa berhemat untuk sesuatu yg berada dimasa depan itu itu jelek
bahwa memilih belajar daripada pergi bersama teman-teman itu salah

terutama bahwa apa yang "saya rasakan" pada sebuah "pilihan"
bahwa saya terlalu banyak memberi porsi untuk masa depan

saya melupakan saat ini, apa yang saya miliki saat ini
apa yang bisa saya syukuri saat ini
apa yang bisa saya rayakan saat ini

masa depan ilusi, jika saya tidak memberikan yang terbaik untuk saat ini
memberikan yang terbaik saat ini dimulai dengan rasa syukur
rasa syukur diawali dengan menyadari apa yang ada

saat ini saya berhenti sejenak
untuk merasakan sekeliling saya
sinar senja yang merasuk dari jendela samping
musik mengalun dari ruangan kantor sebelah
gurat2 meja
dengung suara komputer

seperti sebuah kalimat yg menyapa saya kemarin,
tidak ada lagi penari-penari, yang ada adalah tarian...semesta...

=========================================
mohon koreksinya eyang,
maaf kalau terlalu sering posting.
sbelumnya saya ini orangnya introvert, karena saya ingin terlihat keren, hebat, misterius
dan saya pikir... semakin sedikit saya memunculkan diri
semakin sedikit kebodohan saya terungkap

tp entah kenapa akhir2 ini saya tidak peduli dengan "kebodohan" saya, juga terserah apakah saya ada di tingkat yg lebih rendah dari orang lain
jadinya malah (agak) sering posting...
mohon maaf sekali lagi,
dan terima kasih banyak....buat eyang dan kawan2 seperjalanan

SEMAR:

Tidak ada yang perlu dikoreksi, Mas Riang Mentari. Teruskan menulis ...

Kalau si aku ini sudah tipis ... ia tidak peduli lagi dibilang orang "salah" atau "benar". ... Bagaikan sekuntum mawar di tepi jalan yang terus memancarkan keharumannya ke sekelilingnya, tanpa peduli apakah orang yang melintas akan menghiraukannya atau tidak.

Salam,
semar
Title: BUKU KEHIDUPAN (07/06):
Post by: hudoyo on 06 July 2008, 04:24:42 PM
KEBAHAGIAAN YANG BUKAN DARI PIKIRAN

Kita mungkin bergerak dari satu penghalusan kepada penghalusan lain, dari satu kedalaman kepada kedalaman lain, dari satu penikmatan kepada penikmatan lain; tetapi di pusat semua itu, terdapat sang ‘aku’—sang ‘aku’ yang menikmati, yang menginginkan lebih banyak kebahagiaan, sang ‘aku’ yang menjelajah, yang mencari, mendambakan kebahagiaan, sang ‘aku’ yang berjuang, sang ‘aku’ yang makin lama makin halus, tetapi tidak pernah mau berakhir. Hanya apabila sang ‘aku’ dalam segala bentuknya yang halus berakhir, maka terdapat keadaan nikmat yang tidak bisa dicari, suatu ekstase, suatu sukacita sejati tanpa kesakitan, tanpa perusakan. …

Bila batin mengatasi pikiran tentang sang ‘aku’, tentang dia yang mengalami, si pengamat, si pemikir, maka terdapat kemungkinan munculnya suatu kebahagiaan yang tidak pernah rusak. Kebahagiaan seperti itu tidak mungkin permanen, dalam arti yang biasa kita gunakan terhadap kata itu. Tetapi batin kita mencari kebahagiaan yang kekal, sesuatu yang akan berlangsung terus, yang akan berlanjut. Keinginan akan kelangsungan itu sendiri adalah perusakan (corruption). ...

Jika kita bisa memahami proses kehidupan tanpa menyalahkan, tanpa berkata itu benar atau salah, maka saya rasa, maka ada suatu kebahagiaan kreatif yang bukan ‘milikmu’ atau ‘milikku’. Kebahagiaan kreatif itu seperti sinar matahari. Jika Anda ingin memiliki sinar matahari untuk diri Anda sendiri, itu bukan lagi matahari yang cerah, hangat, dan memberi hidup. Demikian pula, jika Anda menginginkan kebahagiaan oleh karena Anda menderita, atau oleh karena Anda kehilangan seseorang, atau oleh karena Anda tidak sukses, maka itu sekadar suatu reaksi. Tetapi jika batin bisa mengatasi hal-hal itu, maka terdapat kebahagiaan yang bukan dari pikiran.

[J Krishnamurti - THE BOOK OF LIFE]
Title: BUKU KEHIDUPAN (07/07): (penting)
Post by: hudoyo on 07 July 2008, 08:41:43 AM
MEMAHAMI PENDERITAAN

Mengapa kita bertanya, ”apa kebahagiaan itu”? Apakah itu pendekatan yang tepat? Apakah itu pengkajian yang tepat? Kita tidak bahagia. Jika kita bahagia, dunia kita akan lain sama sekali; peradaban kita, budaya kita akan lain secara radikal, seluruhnya. Kita adalah manusia yang tidak bahagia, remeh, sengsara, bergulat, angkuh, mengelilingi diri kita dengan berbagai hal yang tak berharga, sia-sia, merasa puas dengan ambisi remeh, dengan uang, dan kedudukan. Kita adalah makhluk yang tidak bahagia, sekalipun kita mempunyai pengetahuan, sekalipun kita mungkin mempunyai uang, rumah mewah, banyak anak, mobil, pengalaman. Kita adalah manusia yang tidak bahagia, menderita; dan oleh karena kita menderita, kita menginginkan kebahagiaan, lalu kita dibelokkan oleh orang-orang yang menjanjikan kebahagiaan ini—sosial, ekonomis, spiritual. ...

Apa gunanya saya bertanya adakah kebahagiaan, bila saya menderita? Bisakah saya memahami penderitaan? Itulah masalah saya, bukan bagaimana menjadi bahagia. Saya bahagia bila saya tidak menderita, tetapi pada saat saya menyadarinya, itu bukan kebahagiaan lagi. ... Jadi saya harus memahami apa itu penderitaan. Bisakah saya memahami apa penderitaan itu bila sebagian dari batin saya lari mengejar kebahagiaan, mencari jalan keluar dari kesengsaraan ini? Jadi, jika saya ingin memahami penderitaan, bukankah saya harus menyatu sepenuhnya dengan itu, bukan menolaknya, bukan membenarkannya, bukan membandingkannya, melainkan sepenuhnya berada bersamanya dan memahaminya?

Kebenaran dari apakah kebahagiaan itu akan muncul jika saya tahu bagaimana menyimak. Saya perlu tahu bagaimana menyimak terhadap penderitaan; jika saya mampu menyimak terhadap penderitaan, saya dapat menyimak terhadap kebahagiaan, oleh karena itu adalah saya.

[J Krishnamurti - THE BOOK OF LIFE]

SEMAR:

Itulah sebabnya Sang Buddha mengajarkan 'dukkha', bukan "kebahagiaan" ... sedangkan agama-agama mengajarkan "kebahagiaan".


Title: Review Buku Eckhart Tolle vs buku J Krishnamurti
Post by: hudoyo on 28 July 2008, 05:22:37 AM
Di Indonesia sudah terbit terjemahan buku "The Power of Now" tulisan Eckhart Tolle. Buku ini sangat laris di Barat. Banyak orang mengatakan bahwa ajaran yang terkandung dalam buku ini sangat mirip, kalau tidak hendak dikatakan persis sama, dengan ajaran Krishnamurti. Tetapi mereka yang cukup mendalami K akan melihat perbedaan yang nyata antara ajaran Tolle dan ajaran K, perbedaan yang tidak terlihat oleh mereka yang tidak atau kurang memahami K.

Di situs Amazon.com buku "The Power of Now" (TPON) jelas menjadi bestseller, terbukti dari banyaknya orang yang me-review buku itu; tidak kurang dari 903 review. Sedangkan kumpulan tulisan Krishnamurti yang terbaru, "Total Freedom" (TF), hanya di-review oleh tidak lebih dari 19 orang. Yang menarik adalah, dari 900+ review terhadap TPON, sekitar 13% di antaranya memberikan 'bintang satu' (sangat jelek) atau 'bintang dua' (jelek), sedangkan di antara ke-19 pe-review TF semuanya memberikan 'bintang lima' (sangat bagus) atau 'bintang empat' (bagus), hanya satu yang memberikan 'bintang tiga'. Jadi jelas, para pembaca TPON sangat bervariasi: ada pencari spiritual yang serius, tapi banyak pula yang sekadar "spiritual shopping". Fakta bestseller tampaknya disebabkan karena buku Tolle memenuhi harapan ego banyak orang akan pencerahan spiritual; orang-orang ini tidak tertarik pada ajaran K yang tidak menjanjikan apa-apa.

Daripada repot-repot menjelaskan apa perbedaan antara ajaran Eckhart Tolle dan ajaran J. Krishnamurti, di bawah ini saya sampaikan tulisan yang dibuat oleh seorang yang menamakan dirinya "Northern Light" terhadap buku TF dan buku TPON sebagai review di Amazon.com. Penulisnya memberikan 'bintang lima' untuk TF dan 'bintang satu' untuk TPON.

Salam,
hudoyo

==========================================
<bintang lima> The austere beauty of Truth , May 13, 2005
By  NorthernLights (Beijing, China) 

Krishnamurti...

Who reads him nowadays? Who ever listened to him when he was still with us? At the end of his life, people were deriding him because apparently nobody, not a single child in all the schools he had founded in Europe, America and India, had awakened. Apparently, it was all a failure and today Brockwood Park, the school he helped set up in England, is begging money because hardly anybody sends gifts or remembers K's noble educational cause in his will.

This message is truly an austere and challenging message of no hope, of no tomorrow of guaranteed liberation. There is no comforting Krishnamurtite doctrine to hold onto. This the mind must irrevocably hate if it is flippant, looking for pleasure or security.

I first read Krishnaji when I was still a staunch traditionalist Catholic. I think the title of the unassuming little volume was "Letters to Students". Although it was couched in very simple terms and contained no slick neo-advaita paradoxes about nonpeople having ever bought any shoes, I didn't understand a word of what was said and thought the man must be some sort of crazy radical. The only idea that stuck with me was the saying "a truly humble man doesn't know he is humble". That sounds awfully trite, but it isn't. It is so true.

We never know it. We can never say: "This is it!"

Krishnamurti truly has nothing to offer you. Most of what he says are questions, invitations to enquire. But he also knows how to write delightful prose, describing nature and people with a love that is both quiet and poignant. In his essays, which make up about half of this superb collection of Krishnamurti's works, one is first invited to wonder at the fragile beauty of the world and to rest for a timeless moment in the innocence of trees, rivers, mountains and a clear starry night sky, before being taken to the enquiry and the clarity of its burning flame.

Who can enquire at all?, some clever neo-advaitists will perhaps ask derisively. You. You can look at your life and see all the deception and mischief wrought by the predatory "me", the "self". Although it is true that K. speaks of going beyond the self, there is not so much as a hint in all of K's works that people are walking nobodies devoid of volition. Buddha, who preached anatta, non-ego, also enjoined people to act. Krishnamurti assumed as a given truth that we could truly do something about ourselves and therefore about the terrible state of the world. But the doing was first and foremost a seeing. One is invited to see, and to keep seeing.

Seeing what? One's desperate and ugly face, one's mean ego and its for ever reborn attempts at escaping reality. To see it in the chaos and violence in the world outside and also within, for "the world is you and you are the world". This coming face to face with oneself happened through the teachings, which he liked to compare to a mirror.

It is important to see in the context of rampant teachings about Consciousness Already Realized and Being Perfect Right Now that the image K showed his hearers wasn't a hypothetical and dogmatically asserted feel-good "perfect oneness", but "what is" in all its disturbing crudeness. Therefore it is no wonder that the Ultimate Mystery, when he talked about it, which he did rarely, was expressed by the word "Otherness". How could "otherness" be "already the case"?

For that to arise, the reality of evil had to be faced. But it was to be faced without judgment, in choiceless or passive awareness. Then and only then, would the transformation occur as the observer would realize his fundamental identity with the observed. It is certainly one of the great and painful paradoxes of this teaching that it vehemently denounces evil within and without, but at the same time shows that colllective and individual holy wars against it will inevitably not only fail, but aggravate the situation. Yoga, rituals, breathing techniques and the rest of the religious arsenal of self-improvement are dismissed as so many routines of the ego. There only remains a passionate inquiry, which is wisdom in search of itself.

Asked by a swami how he would sum up his whole message, he reluctantly said: "Look". It is important to see, specially in our sense and eye-obsessed culture, that he didn't say, "See this", "this" referring to the outside world. K. is not inviting you to lose yourself in the object. Rather he is inviting you to observe, relentlessly but affectionately, the movement of thought, which is the ego. When its utter destructiveness is recognized WITHOUT any judgment or preconception, something else arises, which K. always refused to theorize about.

The difference between "Look" and "See this", which is the slogan of neo-advaita, is a crucial one, one that distinguishes a teaching about immanence and transcendence and the creative and challenging tension between the two, and one that confuses the Absolute with sensual experience and thereby dissolves all creative tension in the mere frictionless movement of the "already" known.

There can be no rest and its corollary, dogmatism, in this. Krishnaji often summed up our existential condition by conjuring the striking metaphor of someone living in a small room with a deadly cobra. As he often said, "It is only the serious man who lives". One is invited to realize the danger and seriousness of living in the world. And even when the transformation has occurred, it isn't the case that one simply self-contentedly celebrates, but there is a constant "learning", a deepening without end and without accumulation because Life is never known completely, because Life is for ever new. To use a word that is greatly appreciated in some quarters, there is for ever more "oneness" because the content of "oneness" is inexhaustible.

Therefore learn, o eternal beginner!

================================
<bintang satu> Beside the mark, May 19, 2005
By  NorthernLights (Beijing, China) 

This review is from: The Power of Now: A Guide to Spiritual Enlightenment (Hardcover)
Many years ago I went through a spell of compulsive thinking that was particularly acute and painful. One day, while I was in the grip of these tormenting thoughts, I walked into my garden. Suddenly I saw my cat jump on a small rodent. I immediately rushed to the rescue of the tiny animal. After I had delivered it and given my cat a good but useless scolding, I remembered my previous painful engagement with thought. To my utter astonishment, the problem and the thinking that went with it-- or rather had created it--had totally disappeared!

This simple anecdote may serve to illustrate the main error of Eckhart Tolle's teachings. The mournful round of thoughts had come to an abrupt end not because I had tried to stop it, but because there was a sudden, unpremeditated gap in it, caused by an unexpected incident that had required all my attention. Now what Eckhart wants you to do is to bring about this change through effort, and he gives you tricks to achieve it. All this obviously implies a motive (putting an end to an unpleasant state), compulsion and time, all of which indicate that thought--the cause of all the mischief and misery--is still active. Instead of identifying with thought or resisting the now, what one is now doing is trying to disidentify oneself from it or to say "yes" to the now. This is another game by exactly the same actor.

Therefore this path is not going to lead you very far. It is as simple as that.

The book itself is written in very simple English and in a question and answer format. I noted that the author claims that his words, specially the repetitive parts of the book, can draw you into the nothingness from which they came. Maybe. What I have found is that the Power of Now is mostly very vapid prose full of cheap and hackneyed notions spiced up with a few Gospel and Zen quotes. The aim seems to be the "end of suffering", which makes enlightenment a kind of Ultimate Prozac. The author insists that it is something that is "felt" and speaks of the unending bliss resulting from residing in Being. All this seems too superficial, too epidermic to be true. And creates tremendous expectation. No wonder people start making superhuman efforts to be awake after reading the book. Unfortunately, when you try to force thinking to stop, it comes back at your throat with a vengeance. Remember the anecdote at the beginning of this review.

If you are a serious spiritual seeker, I recommend J.Krishnamurti instead of E.T. See my own review of "Total freedom" for more information.

Finally, let me tell you something: Eckhart Tolle sells photographs of his uninspiring face on his website. Five dollars for a view of his congested face absorbed in meditation or smiling at the disciple/customer. Isn't that enough to show the vulgarity of the whole thing?

Move on, truth is not to be found here.

Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: K.K. on 28 July 2008, 09:06:58 AM
Quote
After I had delivered it and given my cat a good but useless scolding, I remembered my previous painful engagement with thought. To my utter astonishment, the problem and the thinking that went with it-- or rather had created it--had totally disappeared!

Sejujurnya saya tidak terlalu mengerti karena belum baca bukunya. Tapi sepertinya yang dipermasalahkan oleh NorthernLights adalah bagian yang di-bold di atas? Ato hal lainnya?
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Suchamda on 28 July 2008, 09:13:20 AM
Quote
Now what Eckhart wants you to do is to bring about this change through effort, and he gives you tricks to achieve it. All this obviously implies a motive (putting an end to an unpleasant state), compulsion and time, all of which indicate that thought--the cause of all the mischief and misery--is still active. Instead of identifying with thought or resisting the now, what one is now doing is trying to disidentify oneself from it or to say "yes" to the now. This is another game by exactly the same actor.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 28 July 2008, 09:16:52 AM
Quote
After I had delivered it and given my cat a good but useless scolding, I remembered my previous painful engagement with thought. To my utter astonishment, the problem and the thinking that went with it-- or rather had created it--had totally disappeared!
Sejujurnya saya tidak terlalu mengerti karena belum baca bukunya. Tapi sepertinya yang dipermasalahkan oleh NorthernLights adalah bagian yang di-bold di atas? Ato hal lainnya?

Betul. Agama itu pikiran, ajaran itu pikiran, spiritualitas itu pikiran, 4 Kebenaran Mulia itu pikiran, Jalan Mulia Berunsur Delapan itu pikiran, teknik meditasi itu pikiran, MMD itu pikiran, .... dst
Kenalilah pikiran ini sampai dia berhenti dengan sendirinya, bukan dibuat berhenti.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 28 July 2008, 09:18:01 AM
Quote
Now what Eckhart wants you to do is to bring about this change through effort, and he gives you tricks to achieve it. All this obviously implies a motive (putting an end to an unpleasant state), compulsion and time, all of which indicate that thought--the cause of all the mischief and misery--is still active. Instead of identifying with thought or resisting the now, what one is now doing is trying to disidentify oneself from it or to say "yes" to the now. This is another game by exactly the same actor.

Betul. Usaha itu berasal dari pikiran pula.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: K.K. on 28 July 2008, 09:29:14 AM
Quote
After I had delivered it and given my cat a good but useless scolding, I remembered my previous painful engagement with thought. To my utter astonishment, the problem and the thinking that went with it-- or rather had created it--had totally disappeared!
Sejujurnya saya tidak terlalu mengerti karena belum baca bukunya. Tapi sepertinya yang dipermasalahkan oleh NorthernLights adalah bagian yang di-bold di atas? Ato hal lainnya?

Betul. Agama itu pikiran, ajaran itu pikiran, spiritualitas itu pikiran, 4 Kebenaran Mulia itu pikiran, Jalan Mulia Berunsur Delapan itu pikiran, teknik meditasi itu pikiran, MMD itu pikiran, .... dst
Kenalilah pikiran ini sampai dia berhenti dengan sendirinya, bukan dibuat berhenti.

Berarti betul karena dia sendiri membuat label "painful" pada "previous engagement with thought". Menurut saya, memang mungkin juga dalam pengalaman lain, dia mengalami "sadar" akan pikiran, lalu kemudian pikirannya "merumuskannya" sebagai "not painful". Tetapi jika kemudian dia mengalami hal lain (dalam kasus ini, kucing yang menerkam tikus), ingatan akan "sadar" itu bisa membantu meredam pikirannya untuk tidak ke mana-mana, tetapi bukan menjadikannya sadar. Jadi metodenya memang hanya bisa mengkondisikan pikiran untuk lebih "jinak", tetapi masih berbeda dengan kesadaran akan pikiran itu sendiri.

Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 28 July 2008, 09:54:04 AM
Saya tidak tahu secara mendetail pengalaman batin pe-review itu yang hanya ditulisnya secara singkat dalam satu paragraf. Saya hanya melihat paragraf itu sebagai intro kepada review-nya terhadap TPON yang mengandung jauh lebih banyak aspek.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: K.K. on 28 July 2008, 10:03:09 AM
Ya, karena memang juga saya belum membaca, jadi tidak bisa menilai lebih dari itu. Mungkin paragraph itu juga bisa memiliki maksud yang berbeda dengan yang dimengerti oleh NorthernLights itu. Saya tidak tahu.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 28 July 2008, 10:14:17 AM
... Mungkin paragraph itu juga bisa memiliki maksud yang berbeda dengan yang dimengerti oleh NorthernLights itu. ...

Maksudnya bagaimana? Bukankah paragraf itu ditulis oleh Northern Light?
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: K.K. on 28 July 2008, 10:23:48 AM
... Mungkin paragraph itu juga bisa memiliki maksud yang berbeda dengan yang dimengerti oleh NorthernLights itu. ...

Maksudnya bagaimana? Bukankah paragraf itu ditulis oleh Northern Light?

Maksudnya, Paragraph Eckhart Tolle yang dikutip oleh NorthernLights.  :)
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 28 July 2008, 11:15:42 AM
 [at] Kainyn_Kutho
Mungkin Anda salah memahami posting NorthernLight. Paragraf itu bukan tulisan Eckhart Tolle, tapi ditulis oleh NL dari pengalaman batinnya sendiri sebagai intro di dalam dia membahas tulisan Tolle. Justru dengan intro itu NL mau menunjukkan kesalahan ajaran Tolle bahwa pencerahan itu bisa diperoleh melalui usaha (effort). Coba baca lagi dengan teliti seluruh posting NL itu. (Saya punya buku asli TPON; kalau perlu bisa saya periksa apakah itu paragraf Tolle atau bukan; tapi jelas bahwa paragraf itu bertentangan dengan ajaran Tolle.)
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: K.K. on 28 July 2008, 11:24:33 AM
Oh, tadinya saya pikir itu kutipan dari tulisan Eckhart Tolle. OK, terima kasih atas penjelasannya, Pak Hudoyo!
Title: BUKU KEHIDUPAN (08/01 - Kebenaran): Hati Penuh, Pikiran Kosong
Post by: hudoyo on 05 August 2008, 08:19:45 AM
Tidak ada jalan menuju kebenaran, kebenaran harus datang kepada Anda. Kebenaran hanya datang kepada Anda bila pikiran dan hati Anda sederhana, jernih, dan terdapat cinta dalam hati Anda; bukan jika hati Anda dipenuhi oleh hal-hal dari pikiran. Bila terdapat cinta dalam hati Anda, Anda tidak bicara tentang mengorganisasikan persaudaraan umat manusia; Anda tidak bicara tentang kepercayaan, Anda tidak bicara tentang pemecahbelahan dan kekuatan-kekuatan yang menciptakan pemecahbelahan, Anda tidak perlu mencari rekonsiliasi. Lalu Anda adalah sekadar sesosok manusia tanpa label, tanpa negara. Ini berarti Anda harus membuang semua hal itu, dan membiarkan kebenaran mewujud; dan ia hanya bisa datang bila batin kosong, bila pikiran berhenti mencipta. Maka ia akan datang tanpa Anda undang. Maka ia akan datang secepat angin tanpa diketahui. Ia datang menyelinap, bukan ketika Anda mengamati dan berharap. Ia muncul seketika seperti sinar matahari, semurni malam; tetapi untuk menerimanya hati harus penuh dan pikiran kosong. Sekarang ini pikiran Anda penuh dan hati Anda kosong.

J. Krishnamurti: "The Book of Life"
Title: BUKU KEHIDUPAN (08/02 - Kebenaran): Kebenaran Adalah Keberadaan
Post by: hudoyo on 05 August 2008, 08:44:46 AM
Tidak ada jalan menuju kebenaran, dan tidak ada dua kebenaran. Kebenaran bukan dari masa lampau atau masa kini, ia bebas dari waktu [timeless]; dan orang yang mengutip kebenaran dari Buddha, dari Shankara, dari Kristus, atau yang sekadar mengulang-ulang apa yang saya katakan, tidak akan menemukan kebenaran, oleh karena pengulangan bukanlah kebenaran. Pengulangan adalah kebohongan. Kebenaran adalah suatu keberadaan yang muncul ketika pikiran—yang mencoba memilah-milah, yang menjadi eksklusif, yang hanya bisa berpikir dari sudut hasil, pencapaian—berakhir. Hanya di situ ada kebenaran. Batin yang berupaya, mendisiplinkan dirinya untuk mencapai suatu tujuan, tidak bisa mengenal kebenaran, oleh karena tujuan itu adalah proyeksi dirinya sendiri, dan mengejar proyeksi itu, betapa pun mulianya, adalah suatu bentuk pemujaan diri. Orang seperti itu memuja dirinya sendiri, dan dengan demikian ia tidak dapat mengenal kebenaran. Kebenaran hanya bisa dikenal apabila kita memahami seluruh proses pikiran, artinya, apabila tidak ada lagi pergulatan.

J. Krishnamurti: "The Book of Life"

SEMAR:
Di sinilah letak perbedaan antara agama dan meditasi (sadar/eling), agama apa pun termasuk Agama Buddha. Agama berisi doktrin, yang dihafalkan, diingat-ingat, diulang-ulang. Meditasi, yang mengembangkan sadar/eling, justru mengamati pikiran, yang menjadi instrumen utama dari agama, sampai pikiran itu berhenti dengan sendirinya.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: K.K. on 05 August 2008, 08:58:27 AM
Tidak ada jalan menuju kebenaran, dan tidak ada dua kebenaran. Kebenaran bukan dari masa lampau atau masa kini, ia bebas dari waktu [timeless]; dan orang yang mengutip kebenaran dari Buddha, dari Shankara, dari Kristus, atau yang sekadar mengulang-ulang apa yang saya katakan, tidak akan menemukan kebenaran, oleh karena pengulangan bukanlah kebenaran. Pengulangan adalah kebohongan. Kebenaran adalah suatu keberadaan yang muncul ketika pikiran—yang mencoba memilah-milah, yang menjadi eksklusif, yang hanya bisa berpikir dari sudut hasil, pencapaian—berakhir. Hanya di situ ada kebenaran. Batin yang berupaya, mendisiplinkan dirinya untuk mencapai suatu tujuan, tidak bisa mengenal kebenaran, oleh karena tujuan itu adalah proyeksi dirinya sendiri, dan mengejar proyeksi itu, betapa pun mulianya, adalah suatu bentuk pemujaan diri. Orang seperti itu memuja dirinya sendiri, dan dengan demikian ia tidak dapat mengenal kebenaran. Kebenaran hanya bisa dikenal apabila kita memahami seluruh proses pikiran, artinya, apabila tidak ada lagi pergulatan.

J. Krishnamurti: "The Book of Life"

SEMAR:
Di sinilah letak perbedaan antara agama dan meditasi (sadar/eling), agama apa pun termasuk Agama Buddha. Agama berisi doktrin, yang dihafalkan, diingat-ingat, diulang-ulang. Meditasi, yang mengembangkan sadar/eling, justru mengamati pikiran, yang menjadi instrumen utama dari agama, sampai pikiran itu berhenti dengan sendirinya.

Kalau menurut saya, biasanya agama memuat "sadar/eling", tetapi juga memuat doktrin dan disiplin yang dihafalkan, diingat-ingat dan diulang-ulang. Barangkali karena pendiri agama (apapun) melihat bahwa perbedaan kemampuan memahami dari manusia sungguh sangat beragam, sehingga berusaha mencoba "merangkul" semuanya. Karena yang bisa mencapai "sadar/eling" itu cenderung lebih sedikit dan biasanya mengambil keputusan yang (hampir selalu) merugikan secara politik/sosial/ekonomi, maka umatnya cenderung didominasi oleh yang tidak "sadar/eling" itu.
Kemudian juga banyak orang yang sudah terlalu nyaman berada di tingkat "tidak perlu sadar/eling", sehingga yang terlihat secara mayoritas, agama adalah doktrin dan disiplin yang dihafalkan, diingat-ingat dan diulang-ulang. Mereka tidak (mau) tahu kenapa doktrin dan disiplin itu dibuat.

Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 05 August 2008, 09:45:23 AM
Kalau menurut saya, biasanya agama memuat "sadar/eling", tetapi juga memuat doktrin dan disiplin yang dihafalkan, diingat-ingat dan diulang-ulang. Barangkali karena pendiri agama (apapun) melihat bahwa perbedaan kemampuan memahami dari manusia sungguh sangat beragam, sehingga berusaha mencoba "merangkul" semuanya. Karena yang bisa mencapai "sadar/eling" itu cenderung lebih sedikit dan biasanya mengambil keputusan yang (hampir selalu) merugikan secara politik/sosial/ekonomi, maka umatnya cenderung didominasi oleh yang tidak "sadar/eling" itu.
Kemudian juga banyak orang yang sudah terlalu nyaman berada di tingkat "tidak perlu sadar/eling", sehingga yang terlihat secara mayoritas, agama adalah doktrin dan disiplin yang dihafalkan, diingat-ingat dan diulang-ulang. Mereka tidak (mau) tahu kenapa doktrin dan disiplin itu dibuat.

Seorang yang tercerahkan mengajarkan kebenaran yang direalisasikannya. ... Para muridnya yang datang belakangan mengembangkannya menjadi sebuah agama. ... Sukar mengatakan, mana yang "pendiri agama".

Salam,
hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: K.K. on 05 August 2008, 10:05:00 AM
Ya, awalnya memang semua tidak bilang2 agama atau organisasi, hanya mengajar saja. Baru belakangan oleh murid2 dan para pengikut, dibentuk agama dengan "menobatkan" guru mereka sebagai pendiri (walaupun guru itu tidak mendirikan).
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: uwi on 07 August 2008, 10:55:55 PM
Di Luar Kebisingan Kata-Kata

Menyimak adalah seni yang tidak mudah didapat, tetapi di situ terdapat keindahan dan pemahaman luhur. Kita menyimak dengan berbagai kedalaman diri kita, tetapi cara menyimak kita selalu dengan suatu prakonsepsi atau berangkat dari suatu sudut pandang tertentu. Kita tidak hanya sekadar menyimak; selalu ada tabir menyela dari pikiran-pikiran, kesimpulan-kesimpulan dan prasangka-prasangka kita sendiri. .... Untuk dapat menyimak haruslah ada keheningan di dalam, kebebasan dari ketegangan untuk memperoleh sesuatu, suatu perhatian yang rileks. Keadaan yang waspada tapi pasif ini mampu mendengar apa yang berada di luar kesimpulan kata-kata. Kata-kata membingungkan; itu hanya cara lahiriah untuk berkomunikasi; tetapi untuk menghayati [commune] di luar kebisingan kata-kata, haruslah ada sikap pasif tapi waspada di dalam menyimak. Mereka yang mencinta dapat menyimak; tetapi amatlah jarang ditemukan seorang yang mampu menyimak. Kebanyakan dari kita selalu mengejar hasil, mengejar cita-cita; kita selamanya mengatasi dan menaklukkan, dan dengan demikian tidak menyimak. Hanya di dalam menyimak kita mendengar nyanyian kata-kata.

j krishnamurti: the book of life.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sumedho on 28 September 2008, 08:56:01 AM
Kebetulan baru membaca2x buku dan pas ada ketemu bagian yang cocok dengan topik ini.

Berhubungan tentang kasus affair JK dan juga pendapat Pak Hud tentang JK adalah seorang arahant,

Didalam Vinaya I 295 dikatakan
"Atthanam etam anavakaso yam arahato asuci mucceyya ti"
"Seorang arahant tidak mungkin terjadi ejakulasi (pengeluaran cairan sperma) bahkan pada waktu tidur"

Jadi berdasarkan dua informasi ini, sepertinya JK bukan seorang Arahant.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: bond on 28 September 2008, 10:12:58 AM
Wah informasi suhu sangat bermanfaat  ^:)^
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 29 September 2008, 05:44:34 AM
Kebetulan baru membaca2x buku dan pas ada ketemu bagian yang cocok dengan topik ini.
Berhubungan tentang kasus affair JK dan juga pendapat Pak Hud tentang JK adalah seorang arahant,
Didalam Vinaya I 295 dikatakan
"Atthanam etam anavakaso yam arahato asuci mucceyya ti"
"Seorang arahant tidak mungkin terjadi ejakulasi (pengeluaran cairan sperma) bahkan pada waktu tidur"
Jadi berdasarkan dua informasi ini, sepertinya JK bukan seorang Arahant.

Silakan saling berspekulasi tentang apakah Krishnamurti seorang "arahat" atau bukan. ... Tidak penting bagi saya, apakah dia seorang buddha, arahat, atau anagami dst ... Istilah-istilah itu cuma teori/kepercayaan, yang dipelajari dari kitab suci: arahat begini, arahat tidak mungkin begitu ... Tidak seorang pun di fourm ini tahu ...

Di dalam Vajrayana, seorang Bodhisattva (bahkan yang sudah sampai tingkat kesepuluh) masih terikat sumpah untuk bersedia melanggar sila demi welas asih.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Hendra Susanto on 29 September 2008, 08:04:16 AM
Kebetulan baru membaca2x buku dan pas ada ketemu bagian yang cocok dengan topik ini.
Berhubungan tentang kasus affair JK dan juga pendapat Pak Hud tentang JK adalah seorang arahant,
Didalam Vinaya I 295 dikatakan
"Atthanam etam anavakaso yam arahato asuci mucceyya ti"
"Seorang arahant tidak mungkin terjadi ejakulasi (pengeluaran cairan sperma) bahkan pada waktu tidur"
Jadi berdasarkan dua informasi ini, sepertinya JK bukan seorang Arahant.

Silakan saling berspekulasi tentang apakah Krishnamurti seorang "arahat" atau bukan. ... Tidak penting bagi saya, apakah dia seorang buddha, arahat, atau anagami dst ... Istilah-istilah itu cuma teori/kepercayaan, yang dipelajari dari kitab suci: arahat begini, arahat tidak mungkin begitu ... Tidak seorang pun di fourm ini tahu ...

Di dalam Vajrayana, seorang Bodhisattva (bahkan yang sudah sampai tingkat kesepuluh) masih terikat sumpah untuk bersedia melanggar sila demi welas asih.

hahahahhahah... spekulasi....
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: ryu on 29 September 2008, 08:12:26 AM
Orang benar belum tentu suci, orang suci sudah tentu benar ;D
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 29 September 2008, 08:17:06 AM
hahahahhahah... spekulasi....

Sumpah Bodhisattva itu bukan spekulasi.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Hendra Susanto on 29 September 2008, 08:19:24 AM
kan u pernah bilang jk sudah bebas?

sedangkan bodhisattva itu belon bebas, gmn nich om???
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sumedho on 29 September 2008, 08:53:38 AM
Kebetulan baru membaca2x buku dan pas ada ketemu bagian yang cocok dengan topik ini.
Berhubungan tentang kasus affair JK dan juga pendapat Pak Hud tentang JK adalah seorang arahant,
Didalam Vinaya I 295 dikatakan
"Atthanam etam anavakaso yam arahato asuci mucceyya ti"
"Seorang arahant tidak mungkin terjadi ejakulasi (pengeluaran cairan sperma) bahkan pada waktu tidur"
Jadi berdasarkan dua informasi ini, sepertinya JK bukan seorang Arahant.

Silakan saling berspekulasi tentang apakah Krishnamurti seorang "arahat" atau bukan. ... Tidak penting bagi saya, apakah dia seorang buddha, arahat, atau anagami dst ... Istilah-istilah itu cuma teori/kepercayaan, yang dipelajari dari kitab suci: arahat begini, arahat tidak mungkin begitu ... Tidak seorang pun di fourm ini tahu ...

Di dalam Vajrayana, seorang Bodhisattva (bahkan yang sudah sampai tingkat kesepuluh) masih terikat sumpah untuk bersedia melanggar sila demi welas asih.
Semua hal juga ada spekulasi pak hud. Matahari itu seperti bola api raksasa yg panas, kutub utara itu es semua, diluar angkasa tidak ada gravitasi. Itu semua adalah spekulasi karena kita belum mengalami sendiri.

Demikian pula saya berspekulasi tentang JK :)

tentang sumpah bodhisattva yg bersedia melanggar sumpah itu, saya belum bisa berspekulasi seperti pak hud karena saya belum pernah mempelajari itu.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 29 September 2008, 09:03:05 AM
Memang repot kalau orang melihat dengan kacamata yang berbeda ...
Di dalam Vajrayana, seorang Bodhisattva itu jauh lebih tinggi daripada arahat ... sangat berbeda pengertiannya dengan Bodhisattva di Theravada ...
 ... seorang Bodhisattva di tingkat 10 hampir menyamai Buddha ...
Dalam Vajrayana bahkan dipercaya ada banyak Buddha sebagai manusia di sekeliling kita pada saat ini ... sangat berbeda dengan kepercayaan di Theravada. ...
Manyusri kadang-kadang disebut Buddha, kadang-kadang disebut Bodhisattva. ...
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 29 September 2008, 09:05:39 AM
Semua hal juga ada spekulasi pak hud. Matahari itu seperti bola api raksasa yg panas, kutub utara itu es semua, diluar angkasa tidak ada gravitasi. Itu semua adalah spekulasi karena kita belum mengalami sendiri.
Demikian pula saya berspekulasi tentang JK :)
tentang sumpah bodhisattva yg bersedia melanggar sumpah itu, saya belum bisa berspekulasi seperti pak hud karena saya belum pernah mempelajari itu.

Silakan saja Anda berspekulasi tentang JK dari asumsi-asumsi Theravada. .... saya berspekulasi tentang JK dari asumsi-asumsi Vajrayana. ... Memang semua itu spekulasi.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: CKRA on 29 September 2008, 09:40:44 AM
Semua hal juga ada spekulasi pak hud. Matahari itu seperti bola api raksasa yg panas, kutub utara itu es semua, diluar angkasa tidak ada gravitasi. Itu semua adalah spekulasi karena kita belum mengalami sendiri.
Demikian pula saya berspekulasi tentang JK :)
tentang sumpah bodhisattva yg bersedia melanggar sumpah itu, saya belum bisa berspekulasi seperti pak hud karena saya belum pernah mempelajari itu.

Silakan saja Anda berspekulasi tentang JK dari asumsi-asumsi Theravada. .... saya berspekulasi tentang JK dari asumsi-asumsi Vajrayana. ... Memang semua itu spekulasi.

Saya kira asumsi Theravada dan asumsi Vajrayana tidak relevan untuk dikonfrontir untuk membahas J Krishnamurti. Kalau ini merupakan upaya untuk membenturkan mazhab yang satu dengan yang lain dalam Buddhisme dengan menggunakan sesuatu yang jelas-jelas bertentangan dengan Buddhisme, saya kira bukanlah upaya yang terpuji.

Sebelumnya rekan Hudoyo berkali-kali menyamakan JK dengan Sang Buddha. Kini setelah rekan Sumedho menyampaikan satu bukti yang meragukan status JK, rekan Hudoyo menyatakan tidak peduli apakah JK Arahat atau bukan. Malah sekarang menggunakan Bodhisatta sebagai tameng. Seolah-olah JK melanggar sila demi welas asih? Atau rekan Hudoyo merasa istilah "Boddhisatva" adalah isu yang sensitif antara mazhab dalam Buddhisme sehingga akan menimbulkan pro dan kontra dalam DC? Mohon "welas asih" dari rekan Hudoyo untuk tidak melakukan hal tersebut.

Oh ya, saya mohon maaf sebelumnya. Lupa menyampaikan selamat datang kembali kepada rekan Hudoyo. Saya kira waktu rekan Hudoyo pamitan dulu itu serius.

 _/\_
CKRA
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 29 September 2008, 11:10:27 AM
Saya kira asumsi Theravada dan asumsi Vajrayana tidak relevan untuk dikonfrontir untuk membahas J Krishnamurti. Kalau ini merupakan upaya untuk membenturkan mazhab yang satu dengan yang lain dalam Buddhisme dengan menggunakan sesuatu yang jelas-jelas bertentangan dengan Buddhisme, saya kira bukanlah upaya yang terpuji.
Sebelumnya rekan Hudoyo berkali-kali menyamakan JK dengan Sang Buddha. Kini setelah rekan Sumedho menyampaikan satu bukti yang meragukan status JK, rekan Hudoyo menyatakan tidak peduli apakah JK Arahat atau bukan. Malah sekarang menggunakan Bodhisatta sebagai tameng. Seolah-olah JK melanggar sila demi welas asih? Atau rekan Hudoyo merasa istilah "Boddhisatva" adalah isu yang sensitif antara mazhab dalam Buddhisme sehingga akan menimbulkan pro dan kontra dalam DC? Mohon "welas asih" dari rekan Hudoyo untuk tidak melakukan hal tersebut.

Yang saya bilang, Krishnamurti adalah orang yang telah bebas. ... Hanya orang Buddhis-lah, terutama segelintir kalangan Theravada, yang mempersoalkan apakah K itu buddha, arahat atau bukan. ...

Saya tidak tahu apa yang Anda maksud dengan "jelas-jelas bertentangan dengan Buddhisme" ... sejauh ini saya rasa tidak ada yang seperti itu. ...

Sumpah Bodhisattva yang bersangkutan sudah saya pakai untuk mencoba memahami batin K sejauh dapat saya pahami dengan menggunakan konsep-konsep dari khazanah Buddhisme yang tidak terbatas pada Theravada saja sejak pertama kali muncul kontroversi mengenai "affair" K, bukan baru sekarang.

Orang hanya merasa sensitif tentang suatu ajaran kalau itu menyangkut kepentingan dirinya sendirinya. Dalam suatu wacana intelektual atau ilmiah tidak ada yang perlu ditutup-tutupi.

Quote
Oh ya, saya mohon maaf sebelumnya. Lupa menyampaikan selamat datang kembali kepada rekan Hudoyo. Saya kira waktu rekan Hudoyo pamitan dulu itu serius.

Saya hanya menanggapi poin-poin yang menyangkut MMD dan Krishnamurti. Selebihnya saya tidak peduli dengan apa yang terjadi di DC, karena isinya hanya orang-orang yang sudah mempunyai keyakinan kuat tertentu dan tidak mungkin berubah lagi. Jadi tidak ada gunanya berdiskusi di DC, hanya buang-buang waktu ... lebih baik menulis untuk Kaskus.

Salam,
hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: GandalfTheElder on 29 September 2008, 03:10:37 PM
Memang repot kalau orang melihat dengan kacamata yang berbeda ...
Di dalam Vajrayana, seorang Bodhisattva itu jauh lebih tinggi daripada arahat ... sangat berbeda pengertiannya dengan Bodhisattva di Theravada ...

Tidak selalu Bodhisattva lebih tinggi. Arahat setara dengan Bodhisattva Bhumi ke-6 dalam Mahayana. Kalau Bodhisattva Bhumi pertama justru malah 'lebih rendah' ketimbang Arahat.

Quote
... seorang Bodhisattva di tingkat 10 hampir menyamai Buddha ...

Hampir menyamai..... tapi masih ada klesha:

Then the enlightening being Avalokiteshvara said to the Buddha, "The Buddha speaks of ten stages of enlightening beings (Bodhisattva): the stage of intense joy (paramudita), the stage of freedom from defilement (vimala), the stage of radiance (prabhakari), the stage of blazing intellect (archishmati), the stage most difficult to conquer(sudurjaya), the stage of presence (abhimukhi), the stage of far going (duramgama), the stage of immovability (achala), the stage of good intellect (sadhumati), and the stage of cloud of teaching (dharmamegha).

..................

"In the tenth stage (Dharmamegha), there are two kinds of ignorance. One is ignorance of great mystic powers. The other is ignorance of awakening to subtle mysteries. These and their grossness are what is to be cured.

"In the stage of Buddhahood, coming to thusness, there are two kinds of ignorance. One is ignorance of extremely subtle sticking to objects of knowledge. The other is ignorance of extremely subtle barriers. These and their grossness are what is to be cured.

.........
Supreme perfect enlightenment (Anuttara Samyaksambodhi - Sammasambodhi) is free from bondage to them.

(Samdhinirmocana Sutra)

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 29 September 2008, 07:58:54 PM
Tidak selalu Bodhisattva lebih tinggi. Arahat setara dengan Bodhisattva Bhumi ke-6 dalam Mahayana. Kalau Bodhisattva Bhumi pertama justru malah 'lebih rendah' ketimbang Arahat.

Di dalam ajaran & budaya Vajrayana (Buddhisme Tibet), Bodhisattva dan Buddha hampir tidak dapat dibedakan lagi. ... Bodhisattva Manyusri disebut juga Buddha Manyusri. ... Orang Tibet percaya bahwa di sekitar mereka terdapat banyak Buddha dalam bentuk guru-guru yang hidup. Ini berbeda dengan kepercayaan di Theravada bahwa dalam satu zaman hanya ada satu Buddha. ...

Quote
Hampir menyamai..... tapi masih ada klesha:

Di dalam ajaran Vajrayana, seorang tokoh-Buddha bisa beremanasi (memancar) menjadi Bodhisattva ... dst ... bahkan menjadi tokoh-tokoh historis, seperti Padmasambhava & pasangan perempuannya, Tsogyel, dsb. ...

http://www.berzinarchives.com/web/en/archives/e-books/unpublished_manuscripts/making_sense_tantra/pt1/making_sense_tantra_04.html

"Coarse and Subtle Emanations of Buddha-Figures

To benefit others, Buddhas emanate multiple appearances of themselves in a variety of coarse and subtle forms. They assume an array of subtle bodies (Skt. sambhogakaya) to teach arya bodhisattvas – the only ones able to see such forms. Aryas (noble ones) are highly realized beings with direct, straightforward, nonconceptual perception and understanding of how things exist. Buddhas take an assortment of coarser bodies (Skt. nirmanakaya) in order to benefit ordinary beings. Any Buddha may emanate coarse or subtle bodies in the forms of any Buddha-figure or everyday being, or even of another Buddha. The same is true of Buddha-figures when appearing as if they were individual enlightened beings. Only those who are receptive to receiving help or teachings, however, are able to meet Buddhas in any form and derive the full benefit.

Buddhas and their Buddha-figure emanations reside in their own Buddha-fields. Buddha-fields are special realms unassociated with the confusion of uncontrollably recurring existence (Skt. samsara). They are the pure lands where Buddhas and Buddha-figures manifest in subtle forms and teach arya bodhisattvas the final steps to enlightenment. Since Buddha-fields are beyond the common experience of Buddhologists and Hinayana adherents, their literal existence would naturally be unacceptable to them. Mahayana sutra and tantra practitioners, however, regard them as actually existing, although no one can reach them without the prerequisite realizations. Even great masters cannot bring the mental continuums of freshly deceased persons to pure lands unless the deceased have built up the potentials for this from their own practices.

The nonliteral ultimate meaning of Buddha-fields is the clear light continuum of each individual being. Within the sphere of each being's clear light continuum, beyond the confusion of uncontrollable existence, dwell the various aspects of Buddha-nature, represented by Buddha-figures. Arya bodhisattvas on the path of highest tantra - the only practitioners with nonconceptual meditative access to their clear light continuums – gain final actualization of their Buddha-natures while in this state.

Sometimes Buddha-figures come from their Buddha-fields in the subtle forms of bodhisattvas and request Shakyamuni to impart the various sutras and tantras, as when Vajrapani requested A Concert of Names of Manjushri (Praises to the Names of Manjushri). As bodhisattvas, they may also attend and compile Buddha's discourses, as Vajrapani did for The Guhyasamaja Tantra, or give teachings in Shakyamuni's stead, as Avalokiteshvara did for The Heart Sutra. In such cases, as explained above, the Buddha-figures and Shakyamuni share the same mental continuum.

Some of the coarse bodies that Buddhas or Buddha-figures emanate from their Buddha-fields were actual historical persons, such as Padmasambhava, the Indian master responsible for the first spread of Buddhism to Tibet. From the viewpoint of conventional truth, these great beings seemed to have individual mental continuums and appeared as such to ordinary beings, who could understand only this truth about them. A deeper truth about them was that their mental continuums were one with the Buddhas and Buddha-figures of whom they were emanations. For Buddhologists and Hinayana adherents, only the first statement about these historical figures is true. For Mahayana practitioners, both statements are fact.

Tantra practice includes visualizing oneself in the forms of certain historical figures regarded as Buddha-figure emanations, such as Padmasambhava, his female partner Yeshey Tsogyel, or the Second Karmapa, Karma Pakshi. Not all masters regarded as Buddha-figure emanations, however, serve as forms for tantra self-visualization, for example the Dalai Lamas as Avalokiteshvaras. Moreover, political reasons may have motivated the Tibetans to address honorifically certain rulers as Buddha-figure emanations, such as the Manchu emperors of China as Manjushris and the Russian czars as Taras. Tantra practice does not include such persons. Regarding them as emanations, however, accords with the general Mahayana advice to avoid speaking badly of anyone, because one can never tell who may be a bodhisattva emanation.

Further, some coarse Buddha-figure emanations that the Tibetans consider as having been historical figures would be hard to confirm by Western standards. A prominent example is Tara. Tara appeared as an individual who during a lifetime as a woman developed bodhichitta and became a bodhisattva. She vowed to continue taking rebirth ever after as a woman and to achieve enlightenment in a female form to encourage women to follow the path. ..."
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: GandalfTheElder on 29 September 2008, 08:21:36 PM
Koreksi ya pak.....

'Manjusri' bukan 'Manyusri'................

Bila Buddha dapat beremanasi menjadi para Bodhisattva, tentu mereka bisa juga beremanasi menjadi dewa dan manusia biasa.

Manusia tetap manusia, dewa tetaplah dewa, Bodhisattva tetaplah Bodhisattva, Buddha tetaplah Buddha.

Seperti Raja Trisong Deutsen yang dianggap sebagai emanasi Manjusri, tapi toh masih tetap dapat melakukan kesalahan dan membuat rintangan karma. Kenapa? Karena beliau adalah manusia biasa.

Nah kalau dirunut lagi semua makhluk hidup pada dasarnya adalah Buddha. Nah bukankah kalau begitu semua makhluk hidup itu sebenarnya merupakan 'emanasi' dari Sang Dharmakaya Buddha, yang merupakan sumber segala fenomena?

Walaupun toh begitu para makhluk hidup masih berada dalam samsara dan butuh perjuangan untuk mencapai Nirvana.

_/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Semit on 29 September 2008, 10:35:06 PM
Ini berbeda dengan kepercayaan di Theravada bahwa dalam satu zaman hanya ada satu Buddha. ...

Rekan Netter,

Harap rekan2 netter berhati2 membaca postingan dari Sdr. Hudoyo. Sdr. Hudoyo sebagai seorang mantan bhikkhu theravada tentunya sangat memahami hal ini, namun Sdr. hudoyo dengan sengaja memelintir, entah dengan maksud apa. Dalam kepercayaan Theravada dikenal banyak sekali Arahat, dan para Arahat ini juga adalah Buddha (Savaka Buddha), ada 3 jenis Buddha yang dikenal dalam Theravada, yaitu Samma Sambuddha, Pacceka Buddha dan Savaka Buddha. Savaka Buddha jelas ada banyak sekali dan hidup dalam zaman yang sama, yaitu sejak zaman Sang Buddha hingga saat ini. jadi yang benar adalah pada zaman ini terdapat banyak sekali Savaka Buddha dan satu Samma Sambuddha.

Mungkin ini bukan suatu hal yg penting, tapi mohon Sdr. Hudoyo tidak menyebarkan informasi yang menyesatkan.

Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: CKRA on 29 September 2008, 11:04:13 PM
Ini berbeda dengan kepercayaan di Theravada bahwa dalam satu zaman hanya ada satu Buddha. ...

Rekan Netter,

Harap rekan2 netter berhati2 membaca postingan dari Sdr. Hudoyo. Sdr. Hudoyo sebagai seorang mantan bhikkhu theravada tentunya sangat memahami hal ini, namun Sdr. hudoyo dengan sengaja memelintir, entah dengan maksud apa. Dalam kepercayaan Theravada dikenal banyak sekali Arahat, dan para Arahat ini juga adalah Buddha (Savaka Buddha), ada 3 jenis Buddha yang dikenal dalam Theravada, yaitu Samma Sambuddha, Pacceka Buddha dan Savaka Buddha. Savaka Buddha jelas ada banyak sekali dan hidup dalam zaman yang sama, yaitu sejak zaman Sang Buddha hingga saat ini. jadi yang benar adalah pada zaman ini terdapat banyak sekali Savaka Buddha dan satu Samma Sambuddha.

Mungkin ini bukan suatu hal yg penting, tapi mohon Sdr. Hudoyo tidak menyebarkan informasi yang menyesatkan.



Rekan Semit,

Anumodana atas klarifikasi yang sangat bermanfaat ini. Memang mudah sekali memancing konflik dengan menonjolkan perbedaan, apalagi yang mengada-ada seperti itu. Jangan heran bila nanti isu vegetarian akan dimunculkan karena Jiddu Krishnamurti adalah seorang vegetarian sejati.

Salam,
CKRA
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: dilbert on 29 September 2008, 11:56:43 PM
Bagaimana kedudukan Bodhisatva dari sudut pandang Theravada dan Mahayana (Vajrayana dianggap masuk ke Mahayana) ?? Di dalam BUDDHAVAMSA jelas sekali dipaparkan bagaimana jalur pencapaian kebuddhaan (dalam hal ini sammasambuddha) melalui jalur bodhisatva (seperti kisah semua sammasambuddha).

Pertapa Sumedha (bakal calon BUDDHA GOTAMA) harus menempuh tambahan waktu 4 assankheya kappa ditambah 100 ribu kappa untuk merealisasikan parami-nya untuk mencapai sammasambuddha pannadhika. Di hadapan buddha Dipankara, pertapa sumedha mengucapkan aspirasinya untuk mencapai sammasambuddha dan akibat dari aspirasinya itu, pertapa sumedha harus menempuh tambahan waktu yang sekian lama untuk menyempurnakan paraminya. Padahal ketika waktu itu, benih pencapaian ARAHANTA (Savaka Buddha) sebagai murid Buddha Dipankara bisa dicapai oleh pertapa sumedha.


Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 30 September 2008, 07:53:39 AM
Koreksi ya pak.....
'Manjusri' bukan 'Manyusri'................

Ada yang menulis "Manjushri".

Quote
Bila Buddha dapat beremanasi menjadi para Bodhisattva, tentu mereka bisa juga beremanasi menjadi dewa dan manusia biasa.

setuju


Quote
Manusia tetap manusia, dewa tetaplah dewa, Bodhisattva tetaplah Bodhisattva, Buddha tetaplah Buddha.

Perbedaan-perbedaan seperti ini sifatnya sementara, terkondisi oleh kesadaran kita yang membeda-bedakan.

Quote
Seperti Raja Trisong Deutsen yang dianggap sebagai emanasi Manjusri, tapi toh masih tetap dapat melakukan kesalahan dan membuat rintangan karma. Kenapa? Karena beliau adalah manusia biasa.
Nah kalau dirunut lagi semua makhluk hidup pada dasarnya adalah Buddha. Nah bukankah kalau begitu semua makhluk hidup itu sebenarnya merupakan 'emanasi' dari Sang Dharmakaya Buddha, yang merupakan sumber segala fenomena?

setuju

Quote
Walaupun toh begitu para makhluk hidup masih berada dalam samsara dan butuh perjuangan untuk mencapai Nirvana.

Lagi-lagi, pandangan seperti ini bersifat sementara. Dalam kenyataan yang terakhir tidak ada perbedaan antara samsara dan nirvana.

Salam,
hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 30 September 2008, 08:01:26 AM
Ini berbeda dengan kepercayaan di Theravada bahwa dalam satu zaman hanya ada satu Buddha. ...
Rekan Netter,
Harap rekan2 netter berhati2 membaca postingan dari Sdr. Hudoyo. Sdr. Hudoyo sebagai seorang mantan bhikkhu theravada tentunya sangat memahami hal ini, namun Sdr. hudoyo dengan sengaja memelintir, entah dengan maksud apa. Dalam kepercayaan Theravada dikenal banyak sekali Arahat, dan para Arahat ini juga adalah Buddha (Savaka Buddha), ada 3 jenis Buddha yang dikenal dalam Theravada, yaitu Samma Sambuddha, Pacceka Buddha dan Savaka Buddha. Savaka Buddha jelas ada banyak sekali dan hidup dalam zaman yang sama, yaitu sejak zaman Sang Buddha hingga saat ini. jadi yang benar adalah pada zaman ini terdapat banyak sekali Savaka Buddha dan satu Samma Sambuddha.
Mungkin ini bukan suatu hal yg penting, tapi mohon Sdr. Hudoyo tidak menyebarkan informasi yang menyesatkan.

Betul, dalam ajaran Theravada dalam satu zaman hanya ada satu samma-sambuddha. Itulah yang dipahami secara populer oleh umat Buddha yang tidak pernah belajar dhamma, itu maksud saya. ... Itu yang saya tolak. Tidak peduli kata "buddha" dipecah-pecah dalam berbagai jenis, menurut saya pribadi, pencerahan terbuka untuk siapa saja dan kapan saja, tidak dibatasi oleh ada-tidaknya orang tercerahkan lain.

Baru kali ini ya pakai istilah "Rekan Netter" sesudah "mengaku" menjadi Nongpoy ... :))  Kenapa gak pakai bold dan beraneka warna sekalian?
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: nyanadhana on 30 September 2008, 08:05:17 AM
 _/\_ Ijinkan saya bertanya,
1. Pernahkah Bapak belajar langsung dari J Khrisnamukti dalam artian bertemu dengan pribadi beliau dan mempelajari meditasi dari beliau?
2. Apakah JK juga memiliki pusat meditasi atau hanya turut serta dalam menulis pengalaman batinnya?
3. dalam dunia theosophy, darimanakah pencerahan yang didapat oleh JK atau selama ini hanya menuliskan kata-kata indah ?
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 30 September 2008, 08:07:07 AM
Rekan Semit,
Anumodana atas klarifikasi yang sangat bermanfaat ini. Memang mudah sekali memancing konflik dengan menonjolkan perbedaan, apalagi yang mengada-ada seperti itu. Jangan heran bila nanti isu vegetarian akan dimunculkan karena Jiddu Krishnamurti adalah seorang vegetarian sejati.

Perbedaan hanya akan memancing konflik kalau ada pihak yang bersikap fundamentalis & fanatik, yang menganggap kepercayaannya sendiri benar dan kepercayaan yang lain salah.

Krishnamurti memang vegetarian, tapi tidak pernah mengajarkan vegetarianisme kepada pendengarnya. Ketika ditanya, ia bilang "saya vegetarian bukan karena alasan moralitas atau alasan keagamaan."
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 30 September 2008, 08:10:38 AM
Bagaimana kedudukan Bodhisatva dari sudut pandang Theravada dan Mahayana (Vajrayana dianggap masuk ke Mahayana) ?? Di dalam BUDDHAVAMSA jelas sekali dipaparkan bagaimana jalur pencapaian kebuddhaan (dalam hal ini sammasambuddha) melalui jalur bodhisatva (seperti kisah semua sammasambuddha).

Saya pribadi memisahkan Vajrayana dari Mahayana yang lain, karena tujuan dan latihannya berbeda. Theravada bertujuan menjadi arahat; Mahayana bertujuan menjadi bodhisattva, yang "tidak akan masuk nirvana sebelum semua makhluk tercerahkan"; Vajrayana bertujuan menjadi buddha dalam hidup sekarang juga.

Pertapa Sumedha (bakal calon BUDDHA GOTAMA) harus menempuh tambahan waktu 4 assankheya kappa ditambah 100 ribu kappa untuk merealisasikan parami-nya untuk mencapai sammasambuddha pannadhika. Di hadapan buddha Dipankara, pertapa sumedha mengucapkan aspirasinya untuk mencapai sammasambuddha dan akibat dari aspirasinya itu, pertapa sumedha harus menempuh tambahan waktu yang sekian lama untuk menyempurnakan paraminya. Padahal ketika waktu itu, benih pencapaian ARAHANTA (Savaka Buddha) sebagai murid Buddha Dipankara bisa dicapai oleh pertapa sumedha.[/quote]

Ya, itu cerita Theravada. ... Di Vajrayana, tujuan tertinggi adalah menjadi buddha dalam hidup ini juga.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: nyanadhana on 30 September 2008, 08:13:04 AM
Koreksi ya pak.....

'Manjusri' bukan 'Manyusri'................

Bila Buddha dapat beremanasi menjadi para Bodhisattva, tentu mereka bisa juga beremanasi menjadi dewa dan manusia biasa.

Manusia tetap manusia, dewa tetaplah dewa, Bodhisattva tetaplah Bodhisattva, Buddha tetaplah Buddha.

Seperti Raja Trisong Deutsen yang dianggap sebagai emanasi Manjusri, tapi toh masih tetap dapat melakukan kesalahan dan membuat rintangan karma. Kenapa? Karena beliau adalah manusia biasa.

Nah kalau dirunut lagi semua makhluk hidup pada dasarnya adalah Buddha. Nah bukankah kalau begitu semua makhluk hidup itu sebenarnya merupakan 'emanasi' dari Sang Dharmakaya Buddha, yang merupakan sumber segala fenomena?

Walaupun toh begitu para makhluk hidup masih berada dalam samsara dan butuh perjuangan untuk mencapai Nirvana.

_/\_
The Siddha Wanderer

Saya pikir satu budaya yang masih tertinggal dalam sebuah kerajaan adalah raja selalu dianggap sebagai titisan ini dan itu dan kesahihannya kadang diragukan.

Mengenai emanasi Buddha, bila mau dirunut maka akan kembali kepada satu soul tertinggi yaitu Adi Buddha,saya pikir ini bisa membawa orang pada salah pengertian bahwa kita berasal dari satu pecahan soul yang menitis ke dunia. dan saya pikir budaya Buddhisme Tibetan dari awal telah memiliki pengaruh kuat dari Tantrik Hinduisme yang kemudian tercampur dalam Buddhisme,sehingga keanekaragaman hayati menjadi berkembang.

Bila mau dikatakan Dalai Lama adalah emanasi dari Avalokitesvara... kenapa ia sama sekali tidak bisa mendengar jerit tangis peperangan?kenapa Avalokitesvara yang digambarkan bertangan seribu dan bermata seribu dalam bentuk Dalai Lama sama sekali tidak mengerjakan miracle seperti yang disebut dalam Sutra Sutra? karena Dalai Lama hanyalah orang biasa.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 30 September 2008, 08:24:49 AM
_/\_ Ijinkan saya bertanya,
1. Pernahkah Bapak belajar langsung dari J Khrisnamukti dalam artian bertemu dengan pribadi beliau dan mempelajari meditasi dari beliau?

Tidak, saya tidak pernah ketemu K, sama seperti saya tidak pernah ketemu Buddha.

Quote
2. Apakah JK juga memiliki pusat meditasi atau hanya turut serta dalam menulis pengalaman batinnya?

K tidak mengajarkan meditasi secara formal, karena menurutnya meditasi itu tidak ada tekniknya. Meditasi itu seharusnya menjadi kesadaran manusia sehari-hari. ... Tapi K, dalam semua ceramahnya selalu menyinggung meditasi yang benar ...  Kepada anak-anak sekolah K, pernah mengajar mereka untuk duduk diam mengembangkan kesadaran, sebagaimana kita kenal sebagai vipassana (tanpa menyebutnya vipassana) ... Sementara itu, kalau Anda melihat DVD ceramah K, Anda akan mengalami bahwa menyimak K bicara itu sendiri sudah merupakan meditasi.

Selanjutnya, kalau berminat, silakan baca buku "Duduk Diam dengan Batin yang Hening", kumpulan terjemahan saya tentang ceramah-ceramah K yang khusus berkaitan dengan meditasi. Bisa di-download dari sini:
"Duduk Diam dengan Batin yang Hening.zip" - http://www.box.net/shared/ws2o0g7i8w

Quote
3. dalam dunia theosophy, darimanakah pencerahan yang didapat oleh JK atau selama ini hanya menuliskan kata-kata indah ?

Maksudnya "dari mana" apa? ... Dari mana informasinya? ...
Pencerahan K terjadi selama 3 hari pada 17 - 20 Agustus 1922, ketika ia berusia 27 tahun. ... Peristiwa itu terjadi di Ojai, California, disaksikan oleh 3 orang: Rosalind, Nityananda (adik K), dan seorang laki-laki lain. ... Setelah pencerahan itu selesai, Nitya menulis surat panjang lebar kepada Annie Besat di Eropa/India (?) mengisahkan secara terperinci peristiwa yang berlangsung selama 3 hari itu. ... Pada saat yang hampir bersamaan, sekitar 2 minggu setelah peristiwa itu, K juga menulis surat panjang lebar kepada Annie Besant ... Kedua surat itu, yang tentu saja cocok satu sama lain, bisa dibaca dalam buku pertama dari trilogi biografi K yang ditulis oleh Mary Lutyens: "The Years of Awakening". ... Dalam peristiwa pencerahan itu, K menceritakan --menurut pemahaman atau alam pikirannya pada waktu itu-- bahwa ia melihat Buddha dan para guru agung lain (para Master Teosofi) turun menyambutnya, ketika ia sedang duduk bermeditasi di bawah pohon merica di luar rumah. ...

Apa maksudnya "hanya menuliskan kata-kata indah?"
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 30 September 2008, 08:28:30 AM
Bila mau dikatakan Dalai Lama adalah emanasi dari Avalokitesvara... kenapa ia sama sekali tidak bisa mendengar jerit tangis peperangan?kenapa Avalokitesvara yang digambarkan bertangan seribu dan bermata seribu dalam bentuk Dalai Lama sama sekali tidak mengerjakan miracle seperti yang disebut dalam Sutra Sutra? karena Dalai Lama hanyalah orang biasa.

Iman Anda berbeda dengan iman kaum Vajrayana. :)
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: ryu on 30 September 2008, 08:35:38 AM
Quote
Maksudnya "dari mana" apa? ... Dari mana informasinya? ...
Pencerahan K terjadi selama 3 hari pada 17 - 20 Agustus 1922, ketika ia berusia 27 tahun. ... Peristiwa itu terjadi di Ojai, California, disaksikan oleh 3 orang: Rosalind, Nityananda (adik K), dan seorang laki-laki lain. ... Setelah pencerahan itu selesai, Nitya menulis surat panjang lebar kepada Annie Besat di Eropa/India (?) mengisahkan secara terperinci peristiwa yang berlangsung selama 3 hari itu. ... Pada saat yang hampir bersamaan, sekitar 2 minggu setelah peristiwa itu, K juga menulis surat panjang lebar kepada Annie Besant ... Kedua surat itu, yang tentu saja cocok satu sama lain, bisa dibaca dalam buku pertama dari trilogi biografi K yang ditulis oleh Mary Lutyens: "The Years of Awakening". ... Dalam peristiwa pencerahan itu, K menceritakan --menurut pemahaman atau alam pikirannya pada waktu itu-- bahwa ia melihat Buddha dan para guru agung lain (para Master Teosofi) turun menyambutnya, ketika ia sedang duduk bermeditasi di bawah pohon merica di luar rumah. ...

Yang di bold itu kok seperti pengalaman Lu Sheng Yen ??
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: nyanadhana on 30 September 2008, 08:43:06 AM
Apa maksudnya "hanya menuliskan kata-kata indah?"

maksud saya bisa saja seorang K berpura-pura cerah dengan menuliskan serangkaian kata-kata indah....analogi ini saya ambil karena melihat beberapa oknum yang menginginkan ketenaran ataupun hanya ego semua juga pandai menulis.di International kita bisa melihat Suma Ching Hai yang mengaku telah cerah dan menarik banyak sekali minat dari orang orang hebat di dunia seperti dokter,profesor,hal ini juga berlaku di Maitreyanism yang mengaku titisan Maitreya telah banyak menghipnotis banyak orang dengan ajaran ngaku ngaku...belum lagi Raelianism yang menyembah UFO,itupun juga punya banyak pakar yang menyembah dia.

Saya hanya melihat bahwa fenomena kegilaan ini sudah sangat umum di dunia masa sekarang ini. dan sedikit khawatir bahwa orang itu bisa membawa pada pemahaman yang salah dan fatal.

Iman Anda berbeda dengan iman kaum Vajrayana.

memang betul berbeda karena kaum Vajrayana awalnya adalah penyembah agama Bon yang kemudian tercampur dengan kedatangan mistik yang diragukan kebenarannya.ambil contoh Riwayat Padmasambhava, dijelaskan dengan begitu hebat,begitu banyak miracle,namun pada kenyataannya,consortnya merupakan alat pemuas nafsu seksual.maaf jika saya agak kasar dan menyerang iman.karena saya melihat bahwa Buddha tidak pernah main main perempuan untuk mendapat pencerahan.setelah Yasodhara dan memasuki pertapaan,saya tidak pernah menjumpai sebuah tulisan Buddha menggunakan consort.

Beberapa cerita telah banyak dikarang dan dibuat bumbu agar kelihatan hebat. dan lihat lagi bagaimana orang Tibet memuja-muja pemimpinnya sebagai titisan ini dan itu.saya pikir wajar terjadi dalam masyarakat yang awalnya menganut Bon dan mencampurkan kedalam Buddhisme.

bila saya dikatakan seorang Theravadin,itu pun hal yang sangat lucu,karena pemahaman konseptual yang tercatat dalam Tipitaka dan Tripitaka selama ini hanyalah saya gunakan untuk sekedar pemahaman dan bukan pengurutan ini dan itu.saya hanya menjalani kehidupan sebagai seorang yogi...hanya itu.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: nyanadhana on 30 September 2008, 08:47:28 AM
K menceritakan --menurut pemahaman atau alam pikirannya pada waktu itu-- bahwa ia melihat Buddha dan para guru agung lain (para Master Teosofi) turun menyambutnya, ketika ia sedang duduk bermeditasi di bawah pohon merica di luar rumah. ...

saya mungkin kurang mengerti soal cerah dan tidak cerah,namun apakah beda sebuah halusinasi pikiran dengan pikiran yang tunggal? dalam jalan seorang yogi, dikenal bahwa pikiran mencipta banyak objek dan subjek untuk kita lihat,hasil hasil itu bukan sebuah hal yang memantapkan jalan seorang yogi,karena tujuannya adalah menuju "padam" atau di Yoga Hinduisme, mengenal penyatuan dengan Brahma,moksha.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 30 September 2008, 08:56:41 AM
saya mungkin kurang mengerti soal cerah dan tidak cerah,namun apakah beda sebuah halusinasi pikiran dengan pikiran yang tunggal? dalam jalan seorang yogi, dikenal bahwa pikiran mencipta banyak objek dan subjek untuk kita lihat,hasil hasil itu bukan sebuah hal yang memantapkan jalan seorang yogi,karena tujuannya adalah menuju "padam" atau di Yoga Hinduisme, mengenal penyatuan dengan Brahma,moksha.

Sejak ia menuliskan pengalaman pencerahannya itu, ia tidak pernah lagi bicara tentang hal itu, apalagi tentang "turunnya" makhluk-makhluk agung sebagaimana tertulis dalam suratnya itu. ... Itulah sebabnya saya menulis: "Dalam peristiwa pencerahan itu, K menceritakan --menurut pemahaman atau alam pikirannya pada waktu itu-- bahwa ia melihat Buddha ... "

Setuju, bahwa nirvana dan moksha berarti PADAM, yakni padamnya si aku/diri/atta. ... Saya rasa, itulah ukuran dari pencerahan ... bukan PENCAPAIAN sesuatu.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: GandalfTheElder on 30 September 2008, 09:17:12 AM
Ada yang menulis "Manjushri".

Sama saja.......

Quote
Perbedaan-perbedaan seperti ini sifatnya sementara, terkondisi oleh kesadaran kita yang membeda-bedakan.

Lagi-lagi, pandangan seperti ini bersifat sementara. Dalam kenyataan yang terakhir tidak ada perbedaan antara samsara dan nirvana.

Salam,
hudoyo

Memang sementara. Tapi yang konvensional (sementara) dan absolut (tidak sementara) sama-sama melengkapi dan tidak saling meniadakan.

Jadi Nirvana dan Samsara memang tidak terpisahkan, namun juga bukan tidak terpisahkan.

_/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 30 September 2008, 09:20:19 AM
maksud saya bisa saja seorang K berpura-pura cerah dengan menuliskan serangkaian kata-kata indah....analogi ini saya ambil karena melihat beberapa oknum yang menginginkan ketenaran ataupun hanya ego semua juga pandai menulis.di International kita bisa melihat Suma Ching Hai yang mengaku telah cerah dan menarik banyak sekali minat dari orang orang hebat di dunia seperti dokter,profesor,hal ini juga berlaku di Maitreyanism yang mengaku titisan Maitreya telah banyak menghipnotis banyak orang dengan ajaran ngaku ngaku...belum lagi Raelianism yang menyembah UFO,itupun juga punya banyak pakar yang menyembah dia.
Saya hanya melihat bahwa fenomena kegilaan ini sudah sangat umum di dunia masa sekarang ini. dan sedikit khawatir bahwa orang itu bisa membawa pada pemahaman yang salah dan fatal.

Kisah pencerahan K itu hanya tercantum dalam SATU surat pribadi yang ditulisnya untuk Annie Besant (dan dalam satu surat adiknya, Nitya, yang ditulis untuk orang yang sama). ... Sejak itu selama 60 tahun lebih sampai meninggal K tidak pernah bicara atau memamerkan pencerahannya itu. ...

Di atas saya sudah menulis bahwa ukuran pencerahan adalah padamnya aku/diri/atta. ... Kita hanya bisa menduga hal itu dari sikap, ucapan & perbuatan seseorang, tapi tidak pernah bisa memastikannya. ... Semua itu terpulang kepada kita masing-masing ... Saya pun tidak pernah pasti apakah K tercerahkan sempurna atau tidak, PERSIS SAMA seperti saya tidak pernah pasti apakah Siddhartha Gautama tercerahkan sempurna atau tidak. ... Semua itu harus dibuktikan dalam batin sendiri.

Quote
memang betul berbeda karena kaum Vajrayana awalnya adalah penyembah agama Bon yang kemudian tercampur dengan kedatangan mistik yang diragukan kebenarannya.ambil contoh Riwayat Padmasambhava, dijelaskan dengan begitu hebat,begitu banyak miracle,namun pada kenyataannya,consortnya merupakan alat pemuas nafsu seksual.maaf jika saya agak kasar dan menyerang iman.karena saya melihat bahwa Buddha tidak pernah main main perempuan untuk mendapat pencerahan.setelah Yasodhara dan memasuki pertapaan,saya tidak pernah menjumpai sebuah tulisan Buddha menggunakan consort.

Di dalam Vajrayana, berkembang beberapa mazhab, sebagian besar tidak dipengaruhi oleh agama Bon. ... Bagi penganut Vajrayana, pengalaman-pengalaman mistikal sama sekali tidak diragukan kebenarannya; yang meragukannya hanyalah orang-orang Buddhis yang tidak bisa menghargai ajaran Vajrayana. ... Legenda Padmasambhava yang begitu "hebat" saya rasa tidak berbeda dengan legenda Sang Buddha sendiri yang juga begitu "hebat". ...

Selanjutnya agama Bon bukanlah suatu agama yang "rendah" ... Kita tidak tahu sampai tingkat mana pencerahan para pemukanya ... Janganlah memandang agama Buddha saja yang paling tinggi ... dan agama-agama lain di luar Buddhisme lebih rendah.

Tentang "main perempuan", Anda melihat dengan kacamata Theravada yang PURITAN, di mana seks dianggap tidak kompatibel dengan pencerahan. ... Tidak semua ajaran spiritual --baik dalam lingkungan Buddhisme maupun di luar Buddhisme-- menganut puritanisme seperti itu. ... Hubungan seksual antara dua manusia bisa merupakan manifestasi dari nafsu jasmaniah, tapi bisa juga merupakan manifestasi cinta yang illahi. ... Tidak perlulah hal itu dipermasalahkan secara lintas-mazhab atau lintas-agama, karena hanya akan menunjukkan kesempitan pandangan kita sendiri.

Quote
Beberapa cerita telah banyak dikarang dan dibuat bumbu agar kelihatan hebat. dan lihat lagi bagaimana orang Tibet memuja-muja pemimpinnya sebagai titisan ini dan itu.saya pikir wajar terjadi dalam masyarakat yang awalnya menganut Bon dan mencampurkan kedalam Buddhisme.

Itu disebabkan karena dalam ajaran Vajrayana dipercaya adanya prinsip Dharmakaya, yang bisa menitis ke sana ke mari. Hal itu tidak terdapat dalam ajaran Theravada. ... Itu bukan hanya terdapat dalam agama Bon, tapi juga dalam agama Hindu dan Buddhisme Mahayana, dalam banyak agama & kepercayaan di dunia.

Quote
bila saya dikatakan seorang Theravadin,itu pun hal yang sangat lucu,karena pemahaman konseptual yang tercatat dalam Tipitaka dan Tripitaka selama ini hanyalah saya gunakan untuk sekedar pemahaman dan bukan pengurutan ini dan itu.saya hanya menjalani kehidupan sebagai seorang yogi...hanya itu.

Syukurlah kalau Anda "HANYA menjalani kehidupan sebagai seorang yogi" ... Itu berarti Anda telah mampu membebaskan batin Anda dari kelekatan kepada DOKTRIN apa pun juga. ... Kalau tidak, maka Anda tetap seorang "yogi Theravada", "yogi X, Y, Z".
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 30 September 2008, 09:25:00 AM
Memang sementara. Tapi yang konvensional (sementara) dan absolut (tidak sementara) sama-sama melengkapi dan tidak saling meniadakan.
Jadi Nirvana dan Samsara memang tidak terpisahkan, namun juga bukan tidak terpisahkan.

Bagi saya pandangan yang membedakan samsara & nirvana dan pandangan yang melihat samsara = nirvana tidak saling melengkapi. Kedua pandangan itu TIDAK BERADA PADA LEVEL KESADARAN YANG SAMA. ... Ketika pikiran yang membeda-bedakan ini berhenti, di situlah baru disadari bahwa nirvana = samsara. ... Jadi secara ontologis sangat berbeda, yang satu nyata dan yang lain tidak nyata (maya).
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sumedho on 30 September 2008, 09:26:34 AM
Quote

Tentang "main perempuan", Anda melihat dengan kacamata Theravada yang PURITAN, di mana seks dianggap tidak kompatibel dengan pencerahan. ... Tidak semua ajaran spiritual --baik dalam lingkungan Buddhisme maupun di luar Buddhisme-- menganut puritanisme seperti itu. ... Hubungan seksual antara dua manusia bisa merupakan manifestasi dari nafsu jasmaniah, tapi bisa juga merupakan manifestasi cinta yang illahi. ... Tidak perlulah hal itu dipermasalahkan secara lintas-mazhab atau lintas-agama, karena hanya akan menunjukkan kesempitan pandangan kita sendiri.
Dengan demikian pak hud secara tidak langsung menyebut Sang Buddha sebagai Puritan. Yah memang demikian yang diajarkan Sang Buddha
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 30 September 2008, 09:29:40 AM
Dengan demikian pak hud secara tidak langsung menyebut Sang Buddha sebagai Puritan. Yah memang demikian yang diajarkan Sang Buddha

Yah, memang demikian menurut Theravada. ... Menurut Vajrayana lain lagi, di situ ada yab-yum.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Semit on 30 September 2008, 09:35:29 AM
Betul, dalam ajaran Theravada dalam satu zaman hanya ada satu samma-sambuddha. Itulah yang dipahami secara populer oleh umat Buddha yang tidak pernah belajar dhamma, itu maksud saya. ... Itu yang saya tolak. Tidak peduli kata "buddha" dipecah-pecah dalam berbagai jenis, menurut saya pribadi, pencerahan terbuka untuk siapa saja dan kapan saja, tidak dibatasi oleh ada-tidaknya orang tercerahkan lain.

Mengingat bahwa dalam Tehravada Arahat=Buddha, apakah ini berarti bahwa Sdr. Hudoyo menyangkal keberadaan para Arahat versi Theravada?  atau yang anda tolak adalah kenyataan bahwa Arahat adalah makhluk yang telah mencapai Pencerahan Sempurna?

Quote
Baru kali ini ya pakai istilah "Rekan Netter" sesudah "mengaku" menjadi Nongpoy ... :))  Kenapa gak pakai bold dan beraneka warna sekalian?

Thread in sedang membahas topik yg penting, jadi maaf, saya tidak akan terpancing dengan strategi membelokkan topik yang anda gunakan.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: nyanadhana on 30 September 2008, 09:38:18 AM
Syukurlah kalau Anda "HANYA menjalani kehidupan sebagai seorang yogi" ... Itu berarti Anda telah mampu membebaskan batin Anda dari kelekatan kepada DOKTRIN apa pun juga. ... Kalau tidak, maka Anda tetap seorang "yogi Theravada", "yogi X, Y, Z".

Demikianlah adanya....... _/\_
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: GandalfTheElder on 30 September 2008, 09:42:40 AM
Saya pikir satu budaya yang masih tertinggal dalam sebuah kerajaan adalah raja selalu dianggap sebagai titisan ini dan itu dan kesahihannya kadang diragukan.

Mengenai emanasi Buddha, bila mau dirunut maka akan kembali kepada satu soul tertinggi yaitu Adi Buddha,saya pikir ini bisa membawa orang pada salah pengertian bahwa kita berasal dari satu pecahan soul yang menitis ke dunia. dan saya pikir budaya Buddhisme Tibetan dari awal telah memiliki pengaruh kuat dari Tantrik Hinduisme yang kemudian tercampur dalam Buddhisme,sehingga keanekaragaman hayati menjadi berkembang.

Bila mau dikatakan Dalai Lama adalah emanasi dari Avalokitesvara... kenapa ia sama sekali tidak bisa mendengar jerit tangis peperangan?kenapa Avalokitesvara yang digambarkan bertangan seribu dan bermata seribu dalam bentuk Dalai Lama sama sekali tidak mengerjakan miracle seperti yang disebut dalam Sutra Sutra? karena Dalai Lama hanyalah orang biasa.

Adi Buddha bukan 'soul'. Dharmakaya telah muncul dalam Mahayana (sebelum Vajrayana) - benih-benihnya sudah ada dalam Saddharmapundarika Sutra (abad 1 M), bahkan dalam Theravada dengan sebutan 'Dhammakaya'.

Tidak ada pecahan-pecahan soul di sini. apabila ada, maka Dharmakaya dapat disamakan dalam Brahman (Atman). Tetapi Sang Buddha dalam Lankavatara Sutra membabarkan bahwa Tathagatagarbha (Dharmakaya) itu berbeda dengan Atman (Brahman).

Quote
Iman Anda berbeda dengan iman kaum Vajrayana.


Vajrayana yang mana dulu?

===============================================================================

Bagi saya, tidak ada sesuatu yang benar-benar khusus dengan 'emanasi Buddha', apalagi sampai orang tersebut dielu-elukan bukan karena pencapaian spiritualnya atau kebajikannya, tetapi hanya karena seseorang itu katanya emanasi ini itu.

Kalau mau lihat, di rumah kita saja ada 2 orang emanasi Buddha Sakyamuni dan Maitreya, siapakah itu? Ayah dan ibu kita.

Karena toh semua makhluk hidup pada dasarnya Buddha. Saya 'Buddha', rekan-rekan di forum ini semuanya ya 'Buddha'.

Jadi toh kalau JK itu emanasi 'Buddha' ya nggak heran, la wong beliau juga makhluk hidup. Tapi beliau belum tentu seorang Buddha (dalam hal ini Sravakabuddha / Bodhisattva). Dan menurut saya pribadi, JK hanyalah manusia biasa dengan tahap pencapaian meditasi yang lumayan........

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: nyanadhana on 30 September 2008, 09:44:28 AM
Theravada hanyalah sebuah serangkaian jalan yang saya jalani pada saat ini,namun bukanlah digunakan untuk menjudge dan mengeneralisir semua orang yang berada dalam lingkunga Theravada adalah seperti yang anda bayangkan.

Banyak hal yang terjadi dalam perkembangan spiritualitas seseorang dan saya melihatnya sebagai sebuah perjalanan waktu. MMD tentunya merupakan sebuah revolusi perjalanan spiritual anda yang telah anda share ke banyak orang meskipun dualisme suka dan tidak suka itu pasti ada. :)

Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: GandalfTheElder on 30 September 2008, 09:50:35 AM
Bagi saya pandangan yang membedakan samsara & nirvana dan pandangan yang melihat samsara = nirvana tidak saling melengkapi. Kedua pandangan itu TIDAK BERADA PADA LEVEL KESADARAN YANG SAMA. ... Ketika pikiran yang membeda-bedakan ini berhenti, di situlah baru disadari bahwa nirvana = samsara. ... Jadi secara ontologis sangat berbeda, yang satu nyata dan yang lain tidak nyata (maya).

Pelajarilah konsep "Dua Kebenaran" dalam filosofi Mahayana.

Walaupun Maya, toh sekarang kita hidup dalam Maya.........

Kalau anda setuju Nirvana dan Samsara tidak terpisahkan, tentu kebenaran konvensional dan kebenaran absolut juga tidak terpisahkan. Kalau plus = minus, Nirvana = Samsara, maka Konvensional = Absolut.

_/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: ryu on 30 September 2008, 10:08:54 AM
copas dulu ah ;D

"Saya rasa ada manfaatnya bila kita dapat--dengan bertukar kata-kata--melihat jelas pola berpikir kita sendiri; artinya, jika dapat membuka diri kita sendiri, bukan kepada orang lain, melainkan kepada diri sendiri, dan melihat apa diri kita secara aktual dan apa yang berlangsung di dalam. Agar bermanfaat, suatu diskusi hendaknya berperan sebagai cermin yang di dalamnya kita dapat melihat diri kita dengan jelas, secara mendetail, tanpa distorsi, melihat secara keseluruhan dan bukan hanya melihat suatu fragmen tertentu."
[10 Juni 1962 - London]

*****

"Dalam tindakan menyimak itu sendiri, jika kita benar-benar menyimak dalam keadaan sadar, tanpa upaya apa pun, dalam tindakan itu sendiri terdapat suatu mukjizat aneh yang terjadi, yang seperti cahaya terang menembus kegelapan. Tetapi penyimakan itu bukan sekadar menerima propaganda, bukan terhipnotis oleh serangkaian kata-kata. Menyimak itu penting hanya jika di dalam tindakan itu Anda dapat menyelami diri sendiri dan mengungkap liku-liku pikiran, perasaan Anda sendiri, dan menemukan betapa kita diperbudak oleh suatu simbol, suatu kata, dan mengalami secara langsung, aktual, emosional hal yang dibicarakan itu."
[17 December 1961 - Madras]
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: ryu on 30 September 2008, 10:10:31 AM
"...Tetapi pertama-tama kita harus menemukan apa artinya berdiskusi, apa yang kita maksud dengan suatu pertanyaan. Suatu pertanyaan yang salah akan mendapat jawaban yang salah. Hanya pertanyaan yang benar menerima jawaban yang benar, dan mengajukan pertanyaan yang benar adalah luar biasa sulit. Untuk dapat mengajukan pertanyaan yang benar--bukan saya sendiri, tetapi juga Anda dan kita semua--dibutuhkan batin yang bisa menembus, batin yang tajam, awas, dan bersedia menemukan.
    Jadi, harap jangan mengajukan pertanyaan yang tidak relevan dengan apa yang kita diskusikan. Dan dalam berdiskusi, janganlah berdiskusi seperti anak sekolah, Anda mengambil satu pendirian dan saya mengambil pendirian lain--yang boleh-boleh saja di perguruan tinggi atau klub-klub debat--tetapi marilah berdiskusi untuk menemukan, yang adalah pendekatan batin yang saintifik dan batin yang tidak takut. Maka diskusi seperti itu menjadi bermanfaat; maka kita akan maju dan menemukan sendiri apa yang benar dan apa yang salah.
    Dengan demikian otoritas si pembicara berakhir; oleh karena tidak ada otoritas di dalam penemuan. Hanyalah batin yang tumpul dan malas yang menuntut otoritas. Tetapi batin yang ingin menemukan, mengalami sesuatu secara total, secara lengkap, harus menemukan, harus mendorong terus. Dan saya harap pertemuan-pertemuan ini akan membantu masing-masing dari kita untuk melihat sendiri--bukan melalui kacamata orang lain--apa yang bermanfaat, apa yang benar, dan apa yang palsu."
[25 Juli 1961 - Saanen]

*****

"Saya tidak tahu apakah Anda pernah menyelidiki bagaimana menyimak, tidak peduli terhadap apa pun, entah terhadap seekor burung, terhadap desir angin pada dedaunan, terhadap desau air mengalir, atau bagaimana Anda menyimak dialog dengan diri sendiri, menyimak percakapan Anda dalam berbagai relasi Anda dengan teman-teman intim Anda, dengan istri atau suami Anda. Jika kita mencoba menyimak, kita mendapati luar biasa sulitnya, oleh karena kita selalu memproyeksikan opini dan ide-ide kita, prejudis kita, latar belakang kita, kecenderungan kita, dorongan kita; bila hal-hal itu mendominasi, kita hampir-hampir tidak menyimak apa yang dikatakan. Keadaan itu tidak punya nilai sama sekali. Kita menyimak, dan dengan demikian belajar, hanya di dalam keadaan penuh perhatian, keadaan hening, yang di situ seluruh latar belakang ini tidak muncul,diam; maka saya rasa di situ ada kemungkinan berkomunikasi."
[9 Juli 1967 - Saanen]

*****

"Saya rasa, kita harus jelas tentang apa yang dinamakan 'diskusi' ini. Itu suatu dialog, suatu bentuk percakapan serius bersama-sama tentang berbagai masalah, menyelaminya, bukan hanya secara analitik, dengan berhati-hati, tetapi juga melihat keseluruhan struktur setiap masalah; bukan hanya detailnya, tetapi juga keseluruhan bentuk dan isinya. Karena ini suatu percakapan, suatu dialog antara Anda dan pembicara, kita perlu terbuka [vulnerable]; artinya, tidak memiliki pertahanan apa pun, perlawanan apa pun, melainkan bersedia mengungkap diri sendiri secara lengkap, bukan hanya terhadap masalah itu, tetapi juga terhadap apa yang berkaitan dengan masalah itu, memberikan segenap perhatian kita kepadanya. Jadi, dialog ini, percakapan ini, bukanlah hiburan intelektual, sekadar pertukaran argumen--satu opini berhadapan dengan opini lain,satu rumusan berhadapan dengan rumusan lain, atau satu pengalaman berhadapan dengan berbagai pengalaman lain. Alih-alih, itu adalah memandang ke dalam masalah itu sendiri, dan tidak hanya memikirkan bagaimana melenyapkannya, bagaimana mengatasinya; juga tidak untuk memperoleh suatu konsep atau suatu rumusan, yang kita harap akan memecahkan semua masalah. Jadi kita tidak berurusan dengan ide-ide, kita tidak berkepentingan dengan suatu ide, entah ide Anda atau ide pembicara. Yang kita minati adalah fakta, apa adanya--apa yang ada secara aktual! Maka jika Anda dan pembicara sama-sama sepakat bahwa kita mulai dengan apa adanya secara aktual--bukan dengan apa yang Anda pikirkan atau apa yang seharusnya menurut Anda--maka hubungan kita dalam dialog ini menjadi sama sekali lain, itu bukan lagi hubungan satu arah. Akan bermanfaat kiranya untuk terbuka terhadap setiap hal yang dikatakan, bukan menolak apa pun; sehingga mulai menjadi amat peka, awas terhadap masalah itu sendiri."
[2 Agustus 1967 - Saanen]
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 30 September 2008, 11:30:38 AM
Mengingat bahwa dalam Tehravada Arahat=Buddha, apakah ini berarti bahwa Sdr. Hudoyo menyangkal keberadaan para Arahat versi Theravada?  atau yang anda tolak adalah kenyataan bahwa Arahat adalah makhluk yang telah mencapai Pencerahan Sempurna?

Yang saya tolak adalah kepercayaan Theravada bahwa dalam satu zaman hanya ada satu samma-sambuddha.

Quote
Thread in sedang membahas topik yg penting, jadi maaf, saya tidak akan terpancing dengan strategi membelokkan topik yang anda gunakan.

Saya cuma tertarik bahwa Anda tiba-tiba punya kebiasaan baru menggunakan sapaan "para netter".
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 30 September 2008, 11:34:51 AM
Jadi toh kalau JK itu emanasi 'Buddha' ya nggak heran, la wong beliau juga makhluk hidup. Tapi beliau belum tentu seorang Buddha (dalam hal ini Sravakabuddha / Bodhisattva). Dan menurut saya pribadi, JK hanyalah manusia biasa dengan tahap pencapaian meditasi yang lumayan........

Begitu mudahnya orang menilai, meditasi JK sampai di sini, meditasi Siddhartha sampai di sini. ... tanpa dasar apa pun.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 30 September 2008, 11:42:48 AM
Pelajarilah konsep "Dua Kebenaran" dalam filosofi Mahayana.
Walaupun Maya, toh sekarang kita hidup dalam Maya.........
Kalau anda setuju Nirvana dan Samsara tidak terpisahkan, tentu kebenaran konvensional dan kebenaran absolut juga tidak terpisahkan. Kalau plus = minus, Nirvana = Samsara, maka Konvensional = Absolut.
_/\_
The Siddha Wanderer

Kalau cuma belajar dari teori, sih, kedua tingkat kebenaran itu seolah-oleh setara, berada pada satu level, bisa ditukar-tukar. Ini salah.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: GandalfTheElder on 30 September 2008, 12:32:33 PM
Begitu mudahnya orang menilai, meditasi JK sampai di sini, meditasi Siddhartha sampai di sini. ... tanpa dasar apa pun.

Kan saya bilang = 'menurut saya pribadi'........yang pasti saya menilainya dari kisah hidupnya dsb..... Silahkan anda mau terima atau tidak...... lagipula itu cuma pendapat pribadi saya saja kok.....

Quote
Kalau cuma belajar dari teori, sih, kedua tingkat kebenaran itu seolah-oleh setara, berada pada satu level, bisa ditukar-tukar. Ini salah.

Nah.... teori-teori itu kan juga keluar dari ajaran Sang Buddha sendiri maupun para guru-guru Buddhis yang telah praktek juga............

Kalau anda merasa kedua tingkat kebenaran itu tidak setara, maka ya saya juga bisa katakan kalau Nirvana dan Samsara itu tidak setara......makanya para makhluk hidup berjuang untuk mencapai Nirvana.

Anda meniadakan non-dualisme di satu sisi (absolut-konvensional) dan mengiyakan non-dualisme di sisi lainnya (Nirvana-Samsara).........Hmmm??

Pendirian saya cuma satu:
Absolut tidak terpisahkan dengan Konvensional, pun bukan tidak terpisahkan dengan Konvensional.
Nirvana tidak terpisahkan dengan Samsara, pun bukan tidak terpisahkan dengan Samsara

Oya, supaya nggak salah paham, tanda "=" saya gunakan dengan arti 'tidak terpisahkan' bukan 'sama'.

_/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 30 September 2008, 12:59:05 PM
Kan saya bilang = 'menurut saya pribadi'........yang pasti saya menilainya dari kisah hidupnya dsb..... Silahkan anda mau terima atau tidak...... lagipula itu cuma pendapat pribadi saya saja kok.....

Menurut saya pribadi, tidak perlu menilai si A begini, si B begitu. Yang penting, melihat apa yang ada di dalam batin sendiri, tidak perlu menghiraukan orang lain.

Quote

Pendirian saya cuma satu:
Absolut tidak terpisahkan dengan Konvensional, pun bukan tidak terpisahkan dengan Konvensional.
Nirvana tidak terpisahkan dengan Samsara, pun bukan tidak terpisahkan dengan Samsara
Oya, supaya nggak salah paham, tanda "=" saya gunakan dengan arti 'tidak terpisahkan' bukan 'sama'.

Pendirian saya cuma satu:
Kalau pikiran bergerak, maka segala macam dualitas muncul.
Kalau pikiran diam, maka segala macam dualitas pun lenyap.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: dilbert on 30 September 2008, 05:05:39 PM
Bagaimana kedudukan Bodhisatva dari sudut pandang Theravada dan Mahayana (Vajrayana dianggap masuk ke Mahayana) ?? Di dalam BUDDHAVAMSA jelas sekali dipaparkan bagaimana jalur pencapaian kebuddhaan (dalam hal ini sammasambuddha) melalui jalur bodhisatva (seperti kisah semua sammasambuddha).

Saya pribadi memisahkan Vajrayana dari Mahayana yang lain, karena tujuan dan latihannya berbeda. Theravada bertujuan menjadi arahat; Mahayana bertujuan menjadi bodhisattva, yang "tidak akan masuk nirvana sebelum semua makhluk tercerahkan"; Vajrayana bertujuan menjadi buddha dalam hidup sekarang juga.

Pertapa Sumedha (bakal calon BUDDHA GOTAMA) harus menempuh tambahan waktu 4 assankheya kappa ditambah 100 ribu kappa untuk merealisasikan parami-nya untuk mencapai sammasambuddha pannadhika. Di hadapan buddha Dipankara, pertapa sumedha mengucapkan aspirasinya untuk mencapai sammasambuddha dan akibat dari aspirasinya itu, pertapa sumedha harus menempuh tambahan waktu yang sekian lama untuk menyempurnakan paraminya. Padahal ketika waktu itu, benih pencapaian ARAHANTA (Savaka Buddha) sebagai murid Buddha Dipankara bisa dicapai oleh pertapa sumedha.

Ya, itu cerita Theravada. ... Di Vajrayana, tujuan tertinggi adalah menjadi buddha dalam hidup ini juga.
[/quote]

hasilnya apa ?? Milarepa mungkin mencapai ke-"BUDDHA"-an pada kehidupan yang terakhirnya, siapa yang tahu Milarepa telah melalui asankheya asankheya kappa sebagaimana saya, anda dan kita semua... MILAREPA telah mencapai... Saya kelihatannya masih panjang, masih mungkin perlu beribu ribu asankheya kappa... Anda ?? Yang lain ?? Tempuhlah Jalan Vajrayana bagi yang "INGIN" mencapai ke-"BUDDHA"-an pada masa ini juga...

Tetapi ingat... INGIN tidak sama dengan MAMPU...
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: dilbert on 30 September 2008, 05:13:50 PM
Mengingat bahwa dalam Tehravada Arahat=Buddha, apakah ini berarti bahwa Sdr. Hudoyo menyangkal keberadaan para Arahat versi Theravada?  atau yang anda tolak adalah kenyataan bahwa Arahat adalah makhluk yang telah mencapai Pencerahan Sempurna?

Yang saya tolak adalah kepercayaan Theravada bahwa dalam satu zaman hanya ada satu samma-sambuddha.

Quote
Thread in sedang membahas topik yg penting, jadi maaf, saya tidak akan terpancing dengan strategi membelokkan topik yang anda gunakan.

Saya cuma tertarik bahwa Anda tiba-tiba punya kebiasaan baru menggunakan sapaan "para netter".

lha... karena ajaran para BUDDHA dari jaman dulu, sekarang maupun yang akan datang itu sama... mengajarkan KESUNYATAAN tentang DUKKHA dan JALAN MENUJU LENYAPNYA DUKKHA... buat apa perlu sammasambuddha yang lain selagi masih ada AJARAN (BUDDHA SASANA). Istilah sammasambuddha kan buat BUDDHA yang memberikan ajaran tentang KESUNYATAAN seperti yang disebut di atas ketika di dunia tidak ada AJARAN PEMBEBASAN tersebut. Itulah SAMMASAMBUDDHA.

Apakah pak hudoyo setuju bahwa BUDDHA GOTAMA adalah individu yang pertama tama "MERUMUSKAN" dan "MENGAJARKAN" AJARAN PEMBEBASAN secara sistematis pada masa CIVILIZATION sekarang ini. (Walaupun sebelum BUDDHA GOTAMA, mungkin telah banyak individu yang telah mencapai PEMBEBASAN buat dirinya sendiri, tetapi tidak menurunkan ajaran?)... Jika tidak SETUJU, bisakah diberikan referensi tentang dokumentasi ajaran ajaran sebelum BUDDHA yang menuntun pada pembebasan ??
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: GandalfTheElder on 30 September 2008, 06:30:39 PM
Menurut saya pribadi, tidak perlu menilai si A begini, si B begitu. Yang penting, melihat apa yang ada di dalam batin sendiri, tidak perlu menghiraukan orang lain.

Lantas anda kenapa begitu menghiraukan JK?

Tidak perlu menghiraukan orang lain = egois

Quote
Pendirian saya cuma satu:
Kalau pikiran bergerak, maka segala macam dualitas muncul.
Kalau pikiran diam, maka segala macam dualitas pun lenyap.

 :))

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Semit on 30 September 2008, 10:41:00 PM
Yang saya tolak adalah kepercayaan Theravada bahwa dalam satu zaman hanya ada satu samma-sambuddha.


Sdr. Hudoyo, apakah anda bermaksud mengatakan bahwa pada zaman ini terdapat Samma Sambuddha lain selain Buddha Gotama? siapakah itu? JK? :))

Quote

Saya cuma tertarik bahwa Anda tiba-tiba punya kebiasaan baru menggunakan sapaan "para netter".

Ini membuktikan bahwa anda sama sekali belum mencapai apa2, bagaimana mungkin anda berani mengklaim sbg guru meditasi padahal anda tidak tahu apa2, seperti pepatah yang mengatakan "TONG NYARING KOSONG BUNYINYA"

mengenai sapaan, saya memang sedang memperbaiki gaya bahasa saya yang menurut banyak orang agak kurang baik, dan saya memulai dari sapaan dulu, soal warna-warni, bagaimana sekarang "PUAS...PUAS..."?

 :)) :)) :))
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Hendra Susanto on 30 September 2008, 11:05:51 PM
klo ada 2 sammasambuddha bisa meledak dunia :)) :))
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: dilbert on 30 September 2008, 11:11:18 PM
klo ada 2 sammasambuddha bisa meledak dunia :)) :))


bukan masalah dunia ini meledak... karena ini pernyataan metafisika...

hehehehehehe...

TETAPI yah dari terminologi sammasambuddha sendiri... jelas dikatakan sammasambuddha itu buddha yang menurunkan ajaran. Lho, kalau semua buddha menurunkan ajaran yang sama, darimana bisa VALID seseorang itu dikatakan sammasambuddha ??

Ajaran buddha bisa ditemui di mr.google dengan mudah sekali, mau dalam bahasa apa saja ada... apakah itu disebut dengan sammasambuddha ?? hehehehehe... Kalau cuma COPYCAT... yah tidak bisa dikatakan sammasambuddha. Kalau mau disempurnakan... Yah... sesuai dengan Dharmaguna, bahwa Svakkhato bhagavata dhammo (Dharma telah sempurna diajarkan)...

Atau kalau ada ajaran lain yang bisa menyempurnakan Dharma ajaran BUDDHA GOTAMA, tolong kita kita dicerahkan... (ditujukan buat yang meragukan hanya satu sammasambuddha didunia saja, dan ada sammasambuddha lainnya)...

Salam...
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sumedho on 01 October 2008, 08:39:45 AM
Dengan demikian pak hud secara tidak langsung menyebut Sang Buddha sebagai Puritan. Yah memang demikian yang diajarkan Sang Buddha
Yah, memang demikian menurut Theravada. ... Menurut Vajrayana lain lagi, di situ ada yab-yum.
Setahu saya semua tradisi itu puritan, monastiknya semua hidup selibat. tentang yab-yum, setahu saya itu hanya simbol karena didaerah tibet sana simbolisme seks itu sangat kuat. Entah saya kurang mengerti juga, tapi dari praktisi tibetan saya mendapat informasi bahwa monastiknya semua selibat.

Pak hud tidak setuju dengan penjelasan sang buddha tentang menghindari pemuasan indria?
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hendrako on 01 October 2008, 03:52:37 PM
Kalau menurut saya pribadi yakin apabila di dalam diri seseorang yang telah tercerahkan sempurna (arahat) sudah tidak terdapat nafsu berahi lagi. Nafsu berahi menutupi hal yang sebenarnya, yang bahkan menurut pendapat beberapa orang (penganut memetika) nafsu berahi hanyalah akal-akalan gen agar manusia (terutama pria) agar selalu terdorong bereproduksi, melipatgandakan gennya di dalam mahluk2 mungil.

Setahu saya ada meditasi asubha yang mempunyai efek untuk "membuka mata" tentang hakikat asli tubuh, yang mana apabila hakikat sesungguhnya ini diketahui maka orang tersebut "sadar" bahwa nafsu berahi hanyalah suatu tipuan (untuk mendorong aktivitas reproduksi) yang bermuara atau beriming-iming pada kenikmatan indra yang tidak pernah terpuaskan bagai sumur tanpa dasar.

Bagaimana seseorang yang masih terikat pada aktivitas seksual bisa dikatakan suci? Sedangkan aktivitas seksual adalah aktivitas yang "bernoda" baik secara harfiah ( banyaknya macam2 "cairan" dari kringat, ludah, dll) dan tersirat, yaitu pemuasan nafsu ego dengan menggunakan partner sebagai obyek oleh kedua belah pihak.

...... namun yang jelas saya masih sering "tertipu" oleh gen  :))
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: GandalfTheElder on 01 October 2008, 06:46:52 PM
Dengan demikian pak hud secara tidak langsung menyebut Sang Buddha sebagai Puritan. Yah memang demikian yang diajarkan Sang Buddha
Yah, memang demikian menurut Theravada. ... Menurut Vajrayana lain lagi, di situ ada yab-yum.
Setahu saya semua tradisi itu puritan, monastiknya semua hidup selibat. tentang yab-yum, setahu saya itu hanya simbol karena didaerah tibet sana simbolisme seks itu sangat kuat. Entah saya kurang mengerti juga, tapi dari praktisi tibetan saya mendapat informasi bahwa monastiknya semua selibat.

Pak hud tidak setuju dengan penjelasan sang buddha tentang menghindari pemuasan indria?

Nah.... Pangeran Siddharta yab-yumnya sama Yasodhara (Gopa). Ini disebutkan dalam Mulasarvastivada Vinaya dan Chandamaharoshana Tantra.

Dalam yabyum dengan Yasodhara, tampaknya Pangeran Siddharta mencapai pencapaian spiritual tertentu.

Tapi toh akhirnya Beliau meninggalkan keduniawian dan menjadi petapa, alias nggak pernah ngelakuin yabyum secara fisik lagi.

Kalau yabyum secara simbolis yaitu penyatuan cinta kasih dan kebijaksanaan, yah sudah tentu bisa dilakukan oleh mereka yang hidup selibat. Dan benar juga, para bhiksu Tibet (gelong) itu selibat.

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Riky_dave on 02 October 2008, 07:21:16 PM
wow,berhubung aye jln2 krn mw lihat thread aye yang aye postkan di boar "Tolong",kecantul kesini bentar... :)
Saya juga mau bercuap2 bentar ah... :)
Kebetulan baru membaca2x buku dan pas ada ketemu bagian yang cocok dengan topik ini.

Berhubungan tentang kasus affair JK dan juga pendapat Pak Hud tentang JK adalah seorang arahant,

Didalam Vinaya I 295 dikatakan
"Atthanam etam anavakaso yam arahato asuci mucceyya ti"
"Seorang arahant tidak mungkin terjadi ejakulasi (pengeluaran cairan sperma) bahkan pada waktu tidur"

Jadi berdasarkan dua informasi ini, sepertinya JK bukan seorang Arahant.
Bolehkan saya tangkis argumen diatas?
Saya pernah chat lewat ym dengan saudara Edward dan dikonfirmasikan kepada saya(kira2 seperti ini,kurang lebih) bahwa,"secara natural/biologi" manusia tetap mengeluarkan "sperma" dari dalam tubuh,so apakah benar "arahat" itu "sakti" dan "luar binasa" berbeda dengan manusia "biasa" selain tahap "pencerahan"nya doang?
Ayo...Silakan quotekan sutta2 yang ada,saya mulai tertarik terhadap2 sutta2 untuk dikritisi dan dibanding2kan... :)
NB: tulisan disana masih "konon" so saya masih mencari "bukti2" secara biologi,ada yang bisa membantu saya?Ntar setelah selesai liburan Idul Fitri,aye akan nanya ama guru Bio aye...

_/\_
Salam,
Riky
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: ryu on 02 October 2008, 07:31:38 PM
Kalo yang dikebiri gimana yak :))
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: tesla on 02 October 2008, 09:06:37 PM
Bolehkan saya tangkis argumen diatas?
Saya pernah chat lewat ym dengan saudara Edward dan dikonfirmasikan kepada saya(kira2 seperti ini,kurang lebih) bahwa,"secara natural/biologi" manusia tetap mengeluarkan "sperma" dari dalam tubuh,so apakah benar "arahat" itu "sakti" dan "luar binasa" berbeda dengan manusia "biasa" selain tahap "pencerahan"nya doang?
Ayo...Silakan quotekan sutta2 yang ada,saya mulai tertarik terhadap2 sutta2 untuk dikritisi dan dibanding2kan... :)
lho ini kan udah dituliskan?
Kebetulan baru membaca2x buku dan pas ada ketemu bagian yang cocok dengan topik ini.

Berhubungan tentang kasus affair JK dan juga pendapat Pak Hud tentang JK adalah seorang arahant,

Didalam Vinaya I 295 dikatakan
"Atthanam etam anavakaso yam arahato asuci mucceyya ti"
"Seorang arahant tidak mungkin terjadi ejakulasi (pengeluaran cairan sperma) bahkan pada waktu tidur"

Jadi berdasarkan dua informasi ini, sepertinya JK bukan seorang Arahant.

Quote
NB: tulisan disana masih "konon" so saya masih mencari "bukti2" secara biologi,ada yang bisa membantu saya?Ntar setelah selesai liburan Idul Fitri,aye akan nanya ama guru Bio aye...
kok gua ga ketemu kata 'konon' dari postingan sdr. sumedho yg diquote? ;)
adanya kata 'sepertinya'... yg artinya sumedho sendiri menampilkan informasi saja... bukan menghasilkan suatu kesimpulan yg pasti benar :))
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: dilbert on 02 October 2008, 09:57:33 PM
wow,berhubung aye jln2 krn mw lihat thread aye yang aye postkan di boar "Tolong",kecantul kesini bentar... :)
Saya juga mau bercuap2 bentar ah... :)
Kebetulan baru membaca2x buku dan pas ada ketemu bagian yang cocok dengan topik ini.

Berhubungan tentang kasus affair JK dan juga pendapat Pak Hud tentang JK adalah seorang arahant,

Didalam Vinaya I 295 dikatakan
"Atthanam etam anavakaso yam arahato asuci mucceyya ti"
"Seorang arahant tidak mungkin terjadi ejakulasi (pengeluaran cairan sperma) bahkan pada waktu tidur"

Jadi berdasarkan dua informasi ini, sepertinya JK bukan seorang Arahant.
Bolehkan saya tangkis argumen diatas?
Saya pernah chat lewat ym dengan saudara Edward dan dikonfirmasikan kepada saya(kira2 seperti ini,kurang lebih) bahwa,"secara natural/biologi" manusia tetap mengeluarkan "sperma" dari dalam tubuh,so apakah benar "arahat" itu "sakti" dan "luar binasa" berbeda dengan manusia "biasa" selain tahap "pencerahan"nya doang?
Ayo...Silakan quotekan sutta2 yang ada,saya mulai tertarik terhadap2 sutta2 untuk dikritisi dan dibanding2kan... :)
NB: tulisan disana masih "konon" so saya masih mencari "bukti2" secara biologi,ada yang bisa membantu saya?Ntar setelah selesai liburan Idul Fitri,aye akan nanya ama guru Bio aye...

_/\_
Salam,
Riky

Kenyataan bahwa seorang ARAHAT itu tidak akan "mimpi basah" (mengeluarkan sperma) bahkan dalam tidurnya mungkin tidak dapat dibuktikan. Tetapi yang pasti yang saya tahu, bahwa kebiasaan yang terus menerus dilakukan akan menjadi karakter (sifat), dan bahkan karakter itu akan terbawa bahkan sampai ke alam mimpi.

Hal yang ini saya yakin, karena banyak hal yang saya ketahui dengan persis bahwa bahkan di dalam mimpi pun saya tidak berani lakukan.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: tula on 03 October 2008, 12:30:43 AM
skrg jadi membahas mimpi basah :D ....
skrg dibahas aja sedkit lebih jau sekalian :D

menurut anda2 sekalian ..
1. mimpi basah itu selalu di kaitkan dengan "mimpi erotisme" kaga ?
or
2. bisa mimpi basah yg .. ya asal basah gitu .. tanpa sensasi apa2 ?

kalo jawabannya : mimpi basah selalu di kaitkan or terkait dengan mimpi "erotisme"
apakah mimpi "indah" itu disebabkan karena proses kluarnya basah itu ..  (karena si basah kluar .. efek nya kluar mimpi indah, jadi si basah inisiatif kluar dulu baru efek nya mimpi)
atau kah justru mimpi "indah" itu yg menyebabkan kluarnya si basah ... (karena mimpi indah .. jadi nya si basah kluar)

ada yg tau telaah secara biologis nya kaga ya ?

kalo jawabannya :bisa mimpi basah yg .. ya asal basah gitu .. tanpa sensasi apa2
berarti ini mimpi emang uda ga isa di lawan ya ....

Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: nyanadhana on 03 October 2008, 08:59:18 AM
 _/\_ Mimpi basah adalah reaksi normal tubuh ketika kantong sperma mulai penuh...hal ini akan memacu pikiran untuk mengirimkan sinyal impuls mengeluarkan sperma dari tubuh yang mungkin bagi orang awam akan terlihat seperti mimpi erotisme.

Dalam Vinaya sendiri,mimpi basah adalah wajar asalkan seorang bhikkhu tidak dengan sengaja mengeluarkan sperma dari tubuhnya dalam artian swalayan(masterbasi). seorang Arahat bisa mimpi basah,ya wajar karena tubuh ini bukan aku,jadi reaksi normal adalah akan keluar hanya saja mungkin tidak akan mimpi erotisme karena pikiran sendiri telah dibendung dari kilesa.

menurut anda2 sekalian ..
1. mimpi basah itu selalu di kaitkan dengan "mimpi erotisme" kaga ?
or
2. bisa mimpi basah yg .. ya asal basah gitu .. tanpa sensasi apa2 ?


ini saya jawab antara ya dan tidak,berbicara di luar dari pengendalian pikiran, tidak selamanya mimpi basah selalu erotis, bisa saja dia sedang mimpi berenang di kolam renang dan tiba-tiba bangun sudah "ngompol".
Pikiran yang terkendali tidak akan diserang oleh hawa nafsu seperti itu.


ada yg tau telaah secara biologis nya kaga ya ?

bro Fox mungkin bisa menambahkan.....sperma diproduksi di testis,ini sudah kita pelajari pas pelajaran biologi dulu,nah ketika sperma ini mulai penuh maka otomatis akan memicu rangsangan untuk dikeluarkan,sadar atau tanpa sadar,untuk yang sering masterbasi mungkin tidak akan bisa membedakan kedua hal ini.

Btw aku pernah baca bahwa seorang pemeditator ada yang tidak mimpi basah lagi,jadi sperma yang penuh itu digunakan sebagai energi bagi tubuh,dalam artian pemeditator itu mengendalikan sperma yang penuh untuk diserap kembali oleh tubuh.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: GandalfTheElder on 03 October 2008, 09:15:04 AM
Emisi Nokturnal dalam Sekte-sekte Buddhis Awal

Kisah Mahadeva (pendiri aliran Mahasanghika)

"Setelah meninggalkan tempat itu, ia (Mahadeva) pergi ke vihara. Karena pikiran yang menyimpang, di dalam mimpi ia mengeluarkan ketidaksucian (cairan semen). Namun, sebelumnya ia telah dipuji sebagai seorang Arahat. Kemudian ia meminta salah satu pengikutnya untuk mencuci jubahnya yang terkotori itu. Pengikut tersebut berkata: 'Seorang Arahat telah melenyapkan semua asava. Maka dari itu bagaimana bisa sekarang guru masih mengizinkan hal ini terjadi?'

Mahadeva menjawab: 'Ini adalah masalah yang disebabkan Mara Devaputta, engkau tidak seharusnya menganggapnya sebagai suatu hal yang aneh. Secara singkat, ada dua macam keluarnya asava. Yang pertama adalah kekotoran batin. Yang kedua adalah ketidaksucian fisik. Para Arahant tidak mempunyai asava kekotoran batin. Namun mereka tidak bisa menolak mengeluarkan asava dari ketidaksucian (fisik). Untuk alasan kenapa? Meskipun seorang Arahant telah mengakhiri semua kekotoran batin, bagaimana bisa mereka tidak mempunyai zat-zat seperti air mata, air ludah dan seterusnya? Lagipula, semua Devaputta Mara terus menerus cemburu dan membenci agama Buddha. Ketika mereka melihat seseorang mempraktekkan kebaikan, mereka kemudian mendekatinya untuk menghancurkannya. Mereka bahkan akan melakukan hal ini pada para Arahat, yang karena hal ini [juga] aku mengeluarkan ketidaksucian (cairan semen). Inilah yang terjadi, sekarang engkau seharusnya tidak mempunyai sebab untuk ragu.'
Itu adalah ‘kemunculan pandangan salah pertama.”

Setelah itu, Mahadeva berkumpul [dengan para muridnya] dan mengajarkan 5 pandangan salah. Ia menggubah syair ini:

餘所誘無知, 猶豫他令入, 道因聲故起, 是名真佛教

“Yang lain mengeluarkan [ketidaksucian –cairan semen mengotori jubah]
Kebodohan, keraguan, ia belajar dari yang lainnya
Jalan [menuju pembebasan] disebabkan oleh pengutaraan bunyi
Ini adalah dispensasi Buddha yang sebenarnya.”


(Kisah di atas dikutip dari Mahavibhasa dari Sekte Sarvastivada, Taisho Tripitaka no. 1545)

Jadi menurut Mahavibhasa, Mahadeva (pendiri Mahasanghika) menyatakan suatu pandangan salah bahwa Arahat masih bisa mengeluarkan cairan semen. Mahadeva manyatakan dua argumen kenapa Arahat masih bisa mengeluartkan cairan semen:

1. Karena Mara Devaputta (Marakayika devata)
2. Karena proses fisik semata

Kitab Katthavatthu (Abhidhamma Theravada) dan kitab Jnanaprasthana (Abhidharma Sarvastivada) sama-sama menolak bahwa seorang Arahant dapat mengeluarkan cairan semen (mimpi basah) dalam waktu tidur.

Kitab Katthavatthu dan Jnanaprasthana mengatakan bahwa menurut pandangan sekte lain (yaitu Mahasanghika), mimpi basah dari seorang Arahat disebabkan oleh Deva Mara.

Vinaya Mahisasaka (Taisho Tripitaka 1421) menyebutkan:

若未離欲恚癡散亂心眠必失不淨。雖未能離。以繫念心眠者無有是過

“Jika seseorang [yang] tidak bebas dari keserakahan, kebencian, dan delusi pergi tidur dengan pikiran terganggu dan bingung, maka mereka akan mengeluarkan semen, meskipun jika belum dapat terbebaskan, tidur dengan kesadaran (awas), seseorang tidak akan melakukan kesalahan tersebut.”

Jadi dalam Vinaya Mahisasaka disebutkan bahwa meskipun seseorang belum terbebas dari samsara, namun tidur dengan kesadaran, maka ia tidak akan mengalami mimpi basah maupun mengeluarkan semen.

Vinaya Sarvastivada (Taisho Tripitaka 1435) mengatakan:

比丘有婬怒癡未離欲。不亂念一心眠。尚不失精。何況離欲人

“Bahkan para bhikkhu yang belum terbebaskan dari nafsu, kebencian dan delusi, tidur dengan kesadaran yang stabil dan pikiran yang menyatu, ia tidak akan mengeluarkan semen, apalagi seseorang yang telah terbebas dari nafsu (Arahat).”

Apabila orang awam saja bisa tidak mengeluarkan cairan semen, apalagi seorang Arahat.

Apabila orang tidak tidur dengan kesadaran, maka salah satu akibatnya adalah ia akan mengeluarkan cairan semen. Ini disebutkan dalam Vinaya Theravada, Sarvastivada, Dharmaguptaka dan Mahisasaka.

Vinaya Mahasanghika (Taisho Tripitaka 1425) mengisahkan ada 2 orang bhikkhu dan dua umat awam yang mengalami mimpi basah. Mereka menceritakannya pada Sariputta dan Sariputta menceritakannya pada Sang Buddha, yang kemudian mengatakan:

夢者虛妄不實。若夢真實。於我法中修梵行者。無有解脫。
以一切夢皆不真實。是故舍利弗。諸修梵行者於我法中得盡苦際

“Mimpi adalah ilusi, tidak nyata. Bila mimpi nyata, maka seseorang yang mempraktekkkan kehidupan suci di dalam Dhamma-Ku tidak akan menemukan pembebasan. Namun karena semua mimpi adalah tidak nyata, maka, Sariputta, mereka yang mempraktekkan kehidupan suci dalam Dhamma-Ku mencapai akhir dari penderitaan.”

Kitab Vinaya Pali 3.39 menyebutkan:

‘pañcahi, bhikkhave, ākārehi angajātam kammaniyam hoti - rāgena, vaccena, passāvena, vātena, uccālingapānakadatthena. imehi kho, bhikkhave, pañcahākārehi angajātam kammaniyam hoti. athānametam, bhikkhave, anavakāso yam tassa bhikkhuno rāgena angajātan kammaniyam assa. araham so, bhikkhave, bhikkhu.’

“Ada, para bhikkhu, lima sebab dari [terjadinya] ereksi: nafsu, kotoran, kencing, angin dan gigitan serangga. Ini adalah lima penyebab dari [terjadinya] ereksi. Tidak mungkin, o para Bhikkhu, tidak dapat terjadi bila seorang bhikkhu mengalami ereksi disebabkan karena nafsu. Para bhikkhu, bhikkhu tersebut adalah seorang Arahant.”

Dalam naskah Vinaya Pali disebutkan bahwa ereksi dapat disebabkan oleh berbagai jenis sebab. Seorang Arahat tidak mungkin melakukan ereksi karena nafsu (kekotoran batin). Tapi tampaknya sebab-sebab lain:  kotoran, kencing, angin dan gigitan serangga, masih dapat menyebabkan seorang Arahat mengeluarkan cairan semen pada saat tidur.

Gigitan serangga dalam Theravada dan Mara dalam Mahasanghika sama-sama adalah makhluk bukan manusia yang dapat menyebabkan ereksi (keluarnya cairan semen) pada seorang Bhikkhu.

Kotoran, kencing, angin semuanya adalah sebab-sebab fisik, bukan kekotoran batin. Jadi tubuh manusia ini bisa saja mengeluarkan cairan semen pada saat tidur, karena merupakan kondisi alami dari seorang pria, layaknya menstruasi pada wanita.

Apalagi testis yang sudah penuh spermanya, otomatis akan meluber keluar dengan sendirinya (kondisi alami fisik). Bahkan setahu saya, ketika ini terjadi pada waktu tidur, tidak mesti terjadi apa yang dinamakan “mimpi jorok”. Jadi memang ada keadaan di mana sperma keluar dalam waktu tidur tanpa disertai mimpi jorok, tetapi murni reaksi fisik.

They (Nocturnal emissions / wet dream) may be accompanied by erotic dreams, and the emission may happen without erection. Dreams, if recalled at all, may not be erotic, or they may be confusing to the dreamer, especially if he is an adolescent, immediately after his first wet dream. The sensations, if any, which accompany a wet dream may range anywhere from simply a tingling sensation to a sense of urinating or having to urinate, instead of the typical orgasm
(Wikipedia)

Dalam ilmu pengobatan Tibet yang didasarkan atas Empat Tantra (Gyud Shi) yang diajarkan oleh Sang Buddha. Dikatakan ada 5 jenis angin (prana/ rlung) dalam tubuh kita, salah satunya adalah:
Angin yang menurun, yaitu Thur-sel-rlung, berada di organ-organ seksual. Angin ini membantu untuk mengeluarkan kotoran, kencing, sperma dan menstruasi.

Mimpi basah bisa saja disebabkan oleh karena ketidakseimbangan angin (wind disorder) yang disebabkan oleh:

1. Nafsu
2. Manusia dengan karakteristik angin
3. Kebanyakan mengkonsumsi makanan secara berkepanjangan (the, kopi, babi, dsb)
4. Menekan fungsi organ
5. Berpuasa dalam waktu lama
6. Bekerja dengan perut kosong
7. Tidak tidur dengan nyenyak dan waktu yang cukup
8. Kebanyakan pikiran atau bicara
9. Stress atau berada di bawah tekanan

Nah, apabila seorang Arahat yang telah tercerahkan, yang memegang kendali penuh atas pikirannya, apakah tidak bisa mengontrol rlung (prana/angin) dalam tubuhnya sehingga seimbang? Mengingat juga prana/rlung ini sangat berkaitan erat dengan yang namanya hukum pikiran.

Dalam pengobatan India (Ayurveda) disebutkan bahwa cairan sperma adalah salah satu dari tujuh elemen yang dihasilkan dari transformasi makanan.

Ada tujuh elemen tubuh (Luezung dhum):
1. Sari makanan (Dang-ma), yang menyupply semua fungsi organ di bawah:
2. Darah (Trak)
3. Otot (sha)
4. Lemak (Tseel)
5. Tulang (Ruepa)
6. Sum-sum (Kang)
7. Cairan reproduksi (Khuwadang Dhang): mencakup semua energi dan menyokong semua otot, terutama cairan semen (sperma), ovum dan menstruasi.

Jadi cairan sperma dihasilkan dari makanan dan apabila penuh, akan keluar dengan sendirinya, seperti gelas yang penuh kemudian tumpah.

Jelas bahwa seortang Arahat TIDAK AKAN mimpi basah atau mengeluarkan semen pada saat tidur oleh karena sebab nafsu. Karena Arahat telah terbebas dari kekotoran batin. Ini diterima oleh semua sekte, baik Sthaviravada maupun Mahasanghika.

Namun apakah seorang Arahat masih bisa mengeluarkan semen (sperma) pada saat tidur, disebabkan oleh kondisi fisik atau serangga atau Mara masihlah menjadi sumber perdebatan.

Yang pasti adalah aliran Mahasanghika menerima bahwa Arahat masih bisa mengeluarkan cairan semen (sperma) pada saat tidur oleh karena faktor alami fisik, bukan karena kekotoran batin.

Apabila ada aliran lain yang mencap pernyataan Mahasanghika sebagai sesat (misalnya Theravada dan Sarvastivada), maka itu adalah hal yang lumrah apabila kita melihat terpisahnya sekte-sekte Buddhis pada masa awal perkembangan agama Buddha.

Lima pandangan Mahasanghika yang dianggap sesat oleh Theravada dan Sarvastivada:
1. Arahat masih bisa mengeluarkan cairan semen (disebabkan oleh makhluk non-manusia)
2. Seorang Arahat masih memiliki keraguan
3. Seorang Arahat masih dapat lalai
4. Seseorang tidak dapat menjadi Arahat tanpa guru
5. Sang jalan (marga) dapat muncul dengan menjeritkan “Aho! Betapa menderita!”

 _/\_
The Siddha Wanderer
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: nyanadhana on 03 October 2008, 09:50:19 AM
 _/\_ ini sama saja kembali kepada topik,jadilah Arahat dulu,ntar kasih tahu....:D
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: tula on 03 October 2008, 10:40:12 AM
kalao bener bahwa cairan semen itu pasti kluar karena kantung sperma penuh pada manusia lelaki .. berarti ada time period nya ... dan ini ga isa di cegah ... dan time period itu semeleset2 nya ga mungkin jauh, kecuali kekurangan nutrisi jg kali ya ...
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sumedho on 03 October 2008, 11:06:56 AM
Soal mimpi basah, tidak selalu keluar. berapa lama periodenya utk keluar? ini sudah pernah dibahas di thread lain deh.

Terlepas dari seorang arahat mimpi basah atau tidak, apakah seorang arahant masih berhubungan seksual?
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: nyanadhana on 03 October 2008, 11:25:04 AM
Soal mimpi basah, tidak selalu keluar. berapa lama periodenya utk keluar? ini sudah pernah dibahas di thread lain deh.

Terlepas dari seorang arahat mimpi basah atau tidak, apakah seorang arahant masih berhubungan seksual?

jangan lupa ada kilahan mengenai sadhana seksual juga kok ntar..........

kalao bener bahwa cairan semen itu pasti kluar karena kantung sperma penuh pada manusia lelaki .. berarti ada time period nya ... dan ini ga isa di cegah ... dan time period itu semeleset2 nya ga mungkin jauh, kecuali kekurangan nutrisi jg kali ya ...

yeps karena pencerahan itu mengikuti hukum alam dan sesuai dengan naturenya,seorang pria akan ejakulasi bila kantong spermanya penuh,tidak ada yang tiba2 mendadak stop lo ga bisa gitu,kecuali testisnya di potong atau dimutilasi organ reproduksinya.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Riky_dave on 03 October 2008, 11:32:58 AM
Soal mimpi basah, tidak selalu keluar. berapa lama periodenya utk keluar? ini sudah pernah dibahas di thread lain deh.
Thread yang mana om?Bisa kasih linknya?

Quote
Terlepas dari seorang arahat mimpi basah atau tidak, apakah seorang arahant masih berhubungan seksual?
yap..ini perlu "pengkajian" lebih jauh,walau kita sudah "out" dari batas "sewajarnya"...
sekarang pertanyaan yang ada harusnya,"Adakah seks tanpa diiringi oleh nafsu?" atau "Adakah seks yang secara naluri?" :)
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Riky_dave on 03 October 2008, 11:35:45 AM
Bolehkan saya tangkis argumen diatas?
Saya pernah chat lewat ym dengan saudara Edward dan dikonfirmasikan kepada saya(kira2 seperti ini,kurang lebih) bahwa,"secara natural/biologi" manusia tetap mengeluarkan "sperma" dari dalam tubuh,so apakah benar "arahat" itu "sakti" dan "luar binasa" berbeda dengan manusia "biasa" selain tahap "pencerahan"nya doang?
Ayo...Silakan quotekan sutta2 yang ada,saya mulai tertarik terhadap2 sutta2 untuk dikritisi dan dibanding2kan... :)
lho ini kan udah dituliskan?
Kebetulan baru membaca2x buku dan pas ada ketemu bagian yang cocok dengan topik ini.

Berhubungan tentang kasus affair JK dan juga pendapat Pak Hud tentang JK adalah seorang arahant,

Didalam Vinaya I 295 dikatakan
"Atthanam etam anavakaso yam arahato asuci mucceyya ti"
"Seorang arahant tidak mungkin terjadi ejakulasi (pengeluaran cairan sperma) bahkan pada waktu tidur"

Jadi berdasarkan dua informasi ini, sepertinya JK bukan seorang Arahant.

Quote
NB: tulisan disana masih "konon" so saya masih mencari "bukti2" secara biologi,ada yang bisa membantu saya?Ntar setelah selesai liburan Idul Fitri,aye akan nanya ama guru Bio aye...
kok gua ga ketemu kata 'konon' dari postingan sdr. sumedho yg diquote? ;)
adanya kata 'sepertinya'... yg artinya sumedho sendiri menampilkan informasi saja... bukan menghasilkan suatu kesimpulan yg pasti benar :))
"konon" itu mengacu kepada pernyataan saya ^^ bukan pada pernyataan saudara Sumedho...
Uhm..benar atau salah is no problem toh? :)
_/\_

Salam hangat,
Riky
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 03 October 2008, 11:37:28 AM
But the most interesting, and probably decisive, consideration is whether an arahant can emit semen. The idea is expressed in different ways, probably partly due to the obscure nature of the summary verse in which the 5 theses are expressed, and partly due to a doomed attempt at discretion. But the basic idea is that an emission need not be a matter of mental defilement. The ‘conveyance’ is evidently the conveyance of the semen to the arahant by non-human beings, especially those associated with Māra.

While this idea seems bizarre to us, it has substantial correlations in early thought. The notorious Malleus Maleficarum alleges that unclean devils such as incubi and succubi ‘… busy themselves by interfering with the process of normal copulation and conception by obtaining human semen, and themselves transferring it…’. The discussion there really deserves a detailed comparison with the Kathāvatthu, but alas, we must defer that pleasure to another time. We will consider the other Vinayas say on this matter first, then see how the Mahāsaṅghika compares.

As so often in Buddhist controversies, the problem arises because of a grey area in the canonical texts, in this case the first bhikkhu saṅghādisesa. Saṅghādisesa is the second most serious class of offence in the Vinaya. While the most serious class of offences, the pārājikas, entail immediate and permanent expulsion from the Sangha, saṅghādisesa requires a period of rehabilitation involving loss of status, confession of the offence to all bhikkhus, and similar mild but embarassing penances.

The basic rule for saṅghādisesa 1 is identical in all existing pāṭimokkhas: ‘Intentional emission of semen, except in a dream, is a saṅghādisesa’. In the Pali, the background is this. First the rule was laid down simply for ‘intentional emission of semen’. Then a number of bhikkhus had gone to sleep after eating delicious food, without mindfulness, and had wet dreams. They were afraid they had committed an offence. The Buddha said: ‘There is intention, but it is negligible.’ Thus there is no offence for a wet dream, but this is a practical concession for Vinaya purposes, not an admission that there is no ethical content to wet dreams. The point is made clear in Kathāvatthu 22.6, where the Mahāvihāravāsin specifically refutes the proposition (attributed by the commentary to the Uttarapāthakas) that dream consciousness is always ethically neutral.

The Pali rather curiously repeats the story of the mindless, greedy monks emitting semen as a pretext for making an allowance for using a sitting cloth in order to prevent the dwelling from being soiled. Why such a cloth should be called a ‘sitting cloth’ (nisīdana) is unclear, and the use of such a small cloth rapidly proves inadequate, so the Buddha allows a sleeping-cloth ‘as large as you like’. But this passage, which appears to spring from the same origin as the saṅghādisesa story, adds some emphatic messages.

‘Those, Ānanda, who fall asleep with mindfulness established and clearly comprehending do not emit impurity. Even those ordinary people who are free from lust for sensual pleasures, they do not emit impurity. It is impossible, Ānanda, it cannot happen, that an arahant should emit impurity.’

The text goes on to list five dangers of falling asleep unmindfully: One sleeps badly, wakes badly, has nightmares, devas don’t protect one, and one emits semen. Those who sleep mindfully may expect the corresponding five benefits.

This list of five dangers/benefits occurs in similar contexts in the Sarvāstivāda, Dharmaguptaka, and Mahīśāsaka Vinayas. The Sarvāstivāda moreover adds the following: ‘Even if a bhikkhu who is not free of greed, hatred, and delusion sleeps with unconfused mindfulness and unified mind he will not emit semen; still more a person free from lust.’ The Mahīśāsaka adds a similar statement: ‘If one who is not free from greed, hatred, and delusion goes to sleep with mind distracted and confused, they will emit semen; even if unable to be free, going to sleep with established mindfulness, one will not commit that fault.’ I have not found similar statements in other Vinayas. These are similar to the statements found in the Pali Vinaya, but I have found nowhere else that declares so emphatically that it is impossible for an arahant to emit semen in a dream.

The Mūlasarvāstivāda Vinaya, while preserving an identical saṅghādisesa rule, gives only a brief, formulaic origin story, and no statement that one emits after falling asleep mindlessly, although it does speak of having sensual desire while in the dream. This suggests that nocturnal emissions are a product of defilements, but is much less explicit than the other Vinayas on this point. The whole rule is dealt with relatively briefly, but this is typical of this section of this Vinaya, so the brevity is more likely to be a mere literary characteristic than a sectarian difference.

Thus all the Vinayas preserve the same rule against emitting semen. With the exception of the Mūlasarvāstivāda, the Sthavira schools all contain strong admonitions emphasizing that wet dreams occur because one goes to sleep unmindfully. The Mahāvihāravāsin, Sarvāstivādin, and Mahīśāsaka in addition say even an unenlightened person can prevent wet dreams by mindful sleeping, still more an enlightened one. The Mahāvihāravāsin alone explicitly declares that it is impossible for an arahant to emit semen.

In the Mahāsaṅghika Vinaya the origin story is quite different to the Mahāvihāravāsin. After the initial laying down of the rule, there were two trainees (i.e. ariyas but not arahants) and two ordinary people who had wet dreams. They doubted and told Sāriputta, who told the Buddha. The Buddha said:

‘Dreams are unreal, not true. If dreams were real, one who practiced the holy life in my Dhamma would not find liberation. But because all dreams are untrue, therefore, Sāriputta, those who practice the holy life in my Dhamma reach the end of suffering.’

Then it lists (and defines) five kinds of dream: true dreams (such as the 5 dreams of the Bodhisattva before his awakening); false dreams (when one sees in a dream what is not true when awake); unrealized dreams (having woken, one does not remember); a dream inside a dream; dreams born of thinking (one plans and imagines during the day, then dreams about it at night).

Then the text gives us 5 causes of erections: sensual desire; excrement; urine; wind disorder; contact with non-humans. A similar list is found in the Pali cases for the first pārājika, in the context of affirming that an arahant can have an erection:

‘There are, monks, these five causes of erections: lust, excrement, urine, wind, or insect bite. These are the five causes for an erection. It is impossible, monks, it cannot happen that that bhikkhu could have an erection out of lust. Monks, that bhikkhu is an arahant.’

The last point is crucial: in the Pali it clearly refers to ‘bites of caterpillars and little creatures’, whereas the Mahāsaṅghika speaks of ‘non-humans’, a term widely used of spirit beings, and thus inclusive of the idea of ‘conveyance by Māra’.

So the Mahāsaṅghika does not contain any statement condemning wet dreams, or attributing them to mindlessness. While the Mūlasarvāstivāda is also silent on the topic, in that case it is a mere omission, whereas the Mahāsaṅghika appears to be deliberately justifying wet dreams with the curious doctrine about the unreality of dreams (which is contradicted immediately below!) Similarly, they appear to have rephrased the five causes of erections to suggest the possibility of Māra’s involvement.

On this basis, we are justified in seeing a sectarian divergence in this Vinaya issue. All the Vinayas are concerned about wet dreams. The Sthavira schools, with the dubious exception of the Mūlasarvāstivāda, condemn them with varying degrees of stridency, while the Mahāsaṅghika are concerned to excuse them. There seems little doubt that this difference is connected with the root cause of the separation between the schools on the basis of the ‘five points’. Since this Vinaya was found in Pāṭaliputra, it should be seen as relevant to the central or mainstream Mahāsaṅghika, not just to their later sub-schools.

As with so many doctrinal points that are theoretically ‘Theravādin’, there is no unity on this question in contemporary Theravāda. The question is usually discussed out of the public arena, but has made its way into at least one contemporary publication. Some modern Theravādins hold that nocturnal emissions can be a purely natural occurrence, saying: ‘When the pot’s full, it overflows’. The question has sometimes arisen due to circumstances identical with those depicted in the story of Mahādeva: an attendant washes the robes of a revered monk and discovers unexpected evidence of ‘outflows’. While not wishing to pass judgement on whether an arahant can have an emission, we can say that some monks who have said this in modern times are genuinely well-practiced meditation masters. Whether correct or incorrect, they are nothing like the corrupt Mahādeva who lurches forth out of the feverish imagination of the Mahāvibhāṣā.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sumedho on 03 October 2008, 11:40:19 AM
soal mimpi basah, tidak selalu harus juga karena ada banyak pengalaman2x para meditator dan bhikkhu dimana mereka memang sudah tidak mimpi basah lagi.

Dulu bahkan aye sampe cemas karena tidak pernah lagi, jangan2x ada masalah lagi. tapi ternyata baik2x saja.

Jika memang penuh, sperma itu bisa diserap tubuh kembali sama seperti orang yg sudah KB di vasektomi.

well, koq jadi terus bahas ini

:backtotopic:

Apakah arahant bisa berhubungan seksual? *catatan: seorang anagami sudah tidka ada nafsu sensualnya*
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Riky_dave on 03 October 2008, 11:41:00 AM
translate dong om... :)

Salam,
Riky
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 03 October 2008, 11:43:05 AM
Keliatan dari atas ketiga aliran tidak setuju Arahat masih bisa berhubungan sex (kecuali diperkosa)
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Riky_dave on 03 October 2008, 11:44:00 AM
soal mimpi basah, tidak selalu harus juga karena ada banyak pengalaman2x para meditator dan bhikkhu dimana mereka memang sudah tidak mimpi basah lagi.

Dulu bahkan aye sampe cemas karena tidak pernah lagi, jangan2x ada masalah lagi. tapi ternyata baik2x saja.

Jika memang penuh, sperma itu bisa diserap tubuh kembali sama seperti orang yg sudah KB di vasektomi.
Jadi bingung saya,"mimpi basah" dan "keluarnya sperma" beda tidak ya?
Maksud saya tidak hanya melalui "mimpi" saja,seorang arahat sudah tidak "bermimpi" lagi.. :)

Quote
well, koq jadi terus bahas ini
Lho?Kan masih nyambung dengan topic ini yakni "JK",yang kita bahas "JK" bukan?

Quote
Apakah arahant bisa berhubungan seksual? *catatan: seorang anagami sudah tidka ada nafsu sensualnya*
Adakah jawaban untuk pertanyaan pertama saya?
*catatan: Sayangnya tidak ada yang mengetahui "batin" orang yang sudah "tercerahkan" :)
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Riky_dave on 03 October 2008, 11:45:39 AM
Keliatan dari atas ketiga aliran tidak setuju Arahat masih bisa berhubungan sex (kecuali diperkosa)
ya...bukankah ketiga aliran tersebut tidak bisa menjadi tolak ukur seorang "arahat" atau "kebenaran"?
Apakah karena "penolakan" ketiga aliran tersebut berati hal tersebut "ditolak"?:)
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sumedho on 03 October 2008, 11:47:43 AM
Soal mimpi basah, tidak selalu keluar. berapa lama periodenya utk keluar? ini sudah pernah dibahas di thread lain deh.
Thread yang mana om?Bisa kasih linknya?
Sudah lupa, tpai sepertinya dibahas di thread2x lain, disela2xnya dibahas.

Quote
Quote
Terlepas dari seorang arahat mimpi basah atau tidak, apakah seorang arahant masih berhubungan seksual?
yap..ini perlu "pengkajian" lebih jauh,walau kita sudah "out" dari batas "sewajarnya"...
sekarang pertanyaan yang ada harusnya,"Adakah seks tanpa diiringi oleh nafsu?" atau "Adakah seks yang secara naluri?" :)
Naluri dan nafsu itu sama tidak?
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Riky_dave on 03 October 2008, 11:53:16 AM
Soal mimpi basah, tidak selalu keluar. berapa lama periodenya utk keluar? ini sudah pernah dibahas di thread lain deh.
Thread yang mana om?Bisa kasih linknya?
Sudah lupa, tpai sepertinya dibahas di thread2x lain, disela2xnya dibahas.

Quote
Quote
Terlepas dari seorang arahat mimpi basah atau tidak, apakah seorang arahant masih berhubungan seksual?
yap..ini perlu "pengkajian" lebih jauh,walau kita sudah "out" dari batas "sewajarnya"...
sekarang pertanyaan yang ada harusnya,"Adakah seks tanpa diiringi oleh nafsu?" atau "Adakah seks yang secara naluri?" :)
Naluri dan nafsu itu sama tidak?
Menurut saya "naluri" dan "nafsu" beda,bukankah "naluri" terjadi karena sebuah "kebutuhan"?sedangkan kalau "nafsu" lebih didasari oleh "keinginan" dan "pemuasaan"?
_/\_

Salam,
Riky
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hendrako on 03 October 2008, 11:00:54 PM
Naluri kb: dorongan hati yang ada semenjak lahir. insting, pembawaan alami yang tidak disadari akan menimbulkan dorongan bagi makhluk hidup untuk melakukan sesuatu, sederatan reaksi yang tidak bergantung kepada pengalaman yang terdahulu.

Insting kb :daya dorong utama pada manusia bagi kelangsungan hidupnya; naluri; kecenderungan pada tingkah laku yang diwarisi dari nenek moyangnya dan kebiasaan-kebiasaan pada binatang jenis tertentu.

Nafsu kb : dorongan yang kuat dari hati untuk berbuat atau melakukan sesuatu, kecenderungan atau keinginan hati untuk berbuat yang tidak baik, gairah (makan); nafsu amarah ; nafsu marah, kemarahan; bernafsu kk : mempunyai keinginan, mempunyai dorongan untuk berbuat atau melakukan sesuatu

Ingin kket : mau, berhasrat, hendak, bercita-cita, berharap; mengingini kk ; menghasratkan, mengharapkan, mencita-citakan, menghendaki; menginginkan kk, menghendaki, mengharapkan; keinginan kb : cita-cita, harapan; sesuatu yang diingini.

sumber : Kamus lengkap bahasa Indonesia, Bakir & Suryanto
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: tula on 04 October 2008, 02:41:06 PM
soal mimpi basah, tidak selalu harus juga karena ada banyak pengalaman2x para meditator dan bhikkhu dimana mereka memang sudah tidak mimpi basah lagi.

Dulu bahkan aye sampe cemas karena tidak pernah lagi, jangan2x ada masalah lagi. tapi ternyata baik2x saja.

Jika memang penuh, sperma itu bisa diserap tubuh kembali sama seperti orang yg sudah KB di vasektomi.

well, koq jadi terus bahas ini

:backtotopic:

Apakah arahant bisa berhubungan seksual? *catatan: seorang anagami sudah tidka ada nafsu sensualnya*

kok cemas wu ? bukannya mala nyaman gada yg basah2 :)) ...
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: ryu on 04 October 2008, 02:48:14 PM
Harusnya di spesipik, JK itu ketika melakukan hubungan itu berdasarkan apa? Apa seorang tercerahkan masih menikmati hubungan seks?
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hendrako on 04 October 2008, 07:03:45 PM
Coba bayangkan wajahnya saat "mupeng'    =P~  ^-^   ;D
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: ryu on 04 October 2008, 07:09:56 PM
Coba bayangkan wajahnya saat "mupeng'    =P~  ^-^   ;D

kakakakak, emang ada DS gitu jaman dulu :))
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: andry on 04 October 2008, 08:46:22 PM
Harusnya di spesipik, JK itu ketika melakukan hubungan itu berdasarkan apa? Apa seorang tercerahkan masih menikmati hubungan seks?
Jika sya tidak slah ingat terdapat kata2 kurang lebih sbb:
Siapa/agama itu?
ketika seseorang telah menikah dan telah disakralkan oleh agama, maka ia(pasangan) dapat melakukan hubungan sex.
lalu bagaimana jika orang yang telah menikah, namun belum disakralkan oleh agama?
bolehkan ia melakukan hub tersebut? Jika ia (pasangan) melakukan hubungan tersebut, maka haram(maaf pinjam kata ini, gak tau kata yg pas lagi)?
jadi agama itu sangat berkuasa?
CMIIW

kalau saya seh pikirnya gini, pohon makin tinggi, makin kencang angin yang berhembus
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: ryu on 04 October 2008, 09:19:41 PM
Yang jadi permasalahan bukan soal nikah sesuai agama dry tapi apakah sex itu masih dibutuhkan ketika seseorang sudah tanpa aku?
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: ryu on 04 October 2008, 09:20:10 PM
Ibaratnya JK itu sudah mencapai/mencicipi nibbana, sex itu bagi JK artinya apa?
Dan ketika melakukan hubungan sex itu ada hubungan tidak dengan Nibbana?
Ketika tidak ada 'aku' pandangan tentang sex itu kek gimana?
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Indra on 04 October 2008, 09:28:14 PM
bagi laki2, untuk bisa berhubungan kan harus ereksi dulu, bagaimana bisa ereksi kalo gak ada nafsu?
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Hendra Susanto on 04 October 2008, 09:31:09 PM
bisa loh ereksi... pagi2 ;D
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: ryu on 04 October 2008, 09:32:07 PM
bagi laki2, untuk bisa berhubungan kan harus ereksi dulu, bagaimana bisa ereksi kalo gak ada nafsu?
keknya versi nibbana nya beda banget kakakakak, ada versi dengan nafsu sex, ada versi dengan nafsu kemarahan, nanti ada versi yang laen lagi dah :))
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: ryu on 04 October 2008, 09:39:59 PM
bisa loh ereksi... pagi2 ;D
kakakakak inget film jetli waktu jadi thioboeki tuh :))
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Hendra Susanto on 04 October 2008, 09:43:50 PM
membingungkan yak... sex itu kan sdh pasti berhubungan dengan nafsu... jd menurut ku walaupun JK dianggap 'bebas' oleh sebagian org sdh dapat dipastikan bahwa JK tidak bebas...
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: ryu on 04 October 2008, 09:46:44 PM
Jahhh, harus cari sumber yang laen dah :))
atau harus ditiru yak cara2 melakukan hubungan tanpa Napsu :))
atau melakukannya sambil meditasi biar tahan lama ama tahan napsu :))
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Indra on 04 October 2008, 09:51:17 PM
Pangeran Siddhattha, dengan segala kekuasaannya, bahkan cuma punya 1 istri, walaupun seorang pangeran sah untuk memiliki ratusan atau ribuan selir, dan dari 1 istri itu sejak menikah di usia 16 tahun, akhirnya punya anak di usia 29 tahun, perlu waktu 13 tahun, bayangkan.

sekedar bahan renungan
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sumedho on 04 October 2008, 09:57:14 PM
Menurut saya "naluri" dan "nafsu" beda,bukankah "naluri" terjadi karena sebuah "kebutuhan"?sedangkan kalau "nafsu" lebih didasari oleh "keinginan" dan "pemuasaan"?

IMO, semua naluri itu didorong oleh "keinginan". Dimana masih ada kemelekatan terhadap pemuasan 6 indria.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Hendra Susanto on 04 October 2008, 10:03:53 PM
 [at]  ryu jgn sampe loe tahan napsu :)) klo tahan lama boleh :D
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hendrako on 04 October 2008, 10:10:07 PM
(http://i269.photobucket.com/albums/jj73/LotharGuard/Lucu/nosebleed.gif)

(Bro Lothar, pinjem gambarnye.  ;D)
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: bond on 04 October 2008, 10:42:12 PM
yg penting bukan ngesexnya saja. pertama ngesexnya diam2, kedua melakukan aborsi, artinya JK takut ketauan, kalo emang bener2 cinta kenapa tidak terang2an aja, trus kawinin, lagian suami dari istri teman JK juga uda tidak care dengan istrinya sendiri. Nah ini artinya apa? Jadi bukan masalah nafsu sexnya saja tetapi ada mencuri (mencuri hati diam2) dan pembunuhan(aborsi). Kena pasal berlapis tuh yg mana seorang arahat tidak mungkin kena pasal itu  ^-^.
Ini sih kita tidak menghakimi JK dalam hal benar dan salah karena urusan pribadi JK, tetapi berhubung ada yg menyetarakan dengan Sang Buddha/Arahat tentunya telah terdapat micchaditthi yg amat sangat. Kalau pun JK dibilang cerah maka cerah dalam konteks apa? dalam konteks sebatas ajaran dia dan pengikutnya tentunya sah2 saja, tapi kalo dicampur, tentunya aneh bukan bahkan bisa dibilang perbandingan yg konyol tanpa dasar bahkan kesannya memaksakan.  :)

Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: andry on 05 October 2008, 12:48:41 AM
Yang jadi permasalahan bukan soal nikah sesuai agama dry tapi apakah sex itu masih dibutuhkan ketika seseorang sudah tanpa aku?
Oo begitu toh..
sudah tanpa aku? kata sape? ... nda percaya akyu...
berarti yg bilang juga udah tanpa aku dong!!
katakanlah tebak2 tak bermanfaat:
aye seh nebaknya blom arahat yah.., namun kalau baca dari buku2nya.. nampaknya abang JK udah masuk arus. seorang sota bahkan sakada dan ana, pun masih ada napsu...
terlepas cerita tersebut benar atau tidak kan qt gak tau...
mungkin aja ada yg sirik.. Mungkin tak yah? wah harus punya dibacakunana neh...
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: ryu on 05 October 2008, 05:56:35 AM
Yang jadi permasalahan bukan soal nikah sesuai agama dry tapi apakah sex itu masih dibutuhkan ketika seseorang sudah tanpa aku?
Oo begitu toh..
sudah tanpa aku? kata sape? ... nda percaya akyu...
berarti yg bilang juga udah tanpa aku dong!!
katakanlah tebak2 tak bermanfaat:
aye seh nebaknya blom arahat yah.., namun kalau baca dari buku2nya.. nampaknya abang JK udah masuk arus. seorang sota bahkan sakada dan ana, pun masih ada napsu...
terlepas cerita tersebut benar atau tidak kan qt gak tau...
mungkin aja ada yg sirik.. Mungkin tak yah? wah harus punya dibacakunana neh...
Yah kadang penampilan bisa menipu, (kek aye :)) ) dari tulisan2 walaupun misalnya seperti tercerahkan tapi kadang malah bisa menyesatkan khan :))
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: markosprawira on 16 October 2008, 02:25:33 PM
Yang jadi permasalahan bukan soal nikah sesuai agama dry tapi apakah sex itu masih dibutuhkan ketika seseorang sudah tanpa aku?
Oo begitu toh..
sudah tanpa aku? kata sape? ... nda percaya akyu...
berarti yg bilang juga udah tanpa aku dong!!
katakanlah tebak2 tak bermanfaat:
aye seh nebaknya blom arahat yah.., namun kalau baca dari buku2nya.. nampaknya abang JK udah masuk arus. seorang sota bahkan sakada dan ana, pun masih ada napsu...
terlepas cerita tersebut benar atau tidak kan qt gak tau...
mungkin aja ada yg sirik.. Mungkin tak yah? wah harus punya dibacakunana neh...
Yah kadang penampilan bisa menipu, (kek aye :)) ) dari tulisan2 walaupun misalnya seperti tercerahkan tapi kadang malah bisa menyesatkan khan :))

bukannya justru disitu pembuktiannya??  :D

bahwa seseorang yang mengaku "sudah tercerahkan" tapi masih bisa keluar air mani atau senggama??  :whistle:
Title: Talkshow "The Book of Life" di Radio KisFM, 95,1 MHz, tiap Senin pk 20 -21 WIB
Post by: hudoyo on 16 October 2008, 02:41:45 PM


Mulai 13`Oktober 2008, setiap Senin malam, pk 20 - 21 WIB, diadakan talkshow di Radio KisFM, 95,1 MHz (daerah Jabotabek) dengan Dr Hudoyo tentang buku Krishnamurti, "The Book of Life", selama 1 tahun. Setiap kali akan dibahas satu topik dari buku itu secara berturut-turut. Talkshow dipandu oleh host KisFM, Abi dan Emi.

Rencana topik bahasan:

13 Oktober 2008 - Menyimak
20 Oktober 2008 - Belajar
27 Oktober 2008 - Otoritas
3 November 2008 - Pengenalan-diri

E-book "The Book of Life" dapat di-download di sini: http://rapidshare.com/files/153832294/Buku_Kehidupan_-_J_Krishnamurti.zip
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Jerry on 22 October 2008, 08:43:34 PM
Yah infonya sedikit telat :(

Tapi anumodana Pak Hudoyo utk infonya.. :)
Oh ya, ada sedikit keterkaitan antara J. Krishnamurti dgn Sang Buddha, ada 1 quote dari beliau yg pernah saya baca secara sekilas melalui website. Di mana di situ dia memuji Sang Buddha bahkan mengatakan andai ada Buddha yang terlahir dia akan menjadi muridNya. Karenanya, menurut saya boleh dikatakan orang-orang seperti Krishnamurti-lah yang bisa dikatakan seorang buddhist sejati, dia yang mempraktekkan ajaran-Nya.

mettacitena

_/\_
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: andry on 22 October 2008, 09:54:15 PM
Yah infonya sedikit telat :(

Tapi anumodana Pak Hudoyo utk infonya.. :)
Oh ya, ada sedikit keterkaitan antara J. Krishnamurti dgn Sang Buddha, ada 1 quote dari beliau yg pernah saya baca secara sekilas melalui website. Di mana di situ dia memuji Sang Buddha bahkan mengatakan andai ada Buddha yang terlahir dia akan menjadi muridNya. Karenanya, menurut saya boleh dikatakan orang-orang seperti Krishnamurti-lah yang bisa dikatakan seorang buddhist sejati, dia yang mempraktekkan ajaran-Nya.

mettacitena

_/\_
Bisa d tunjukan referensinya? memuji sang buddha? wah kagak pernah baca tuh ai..
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hendrako on 22 October 2008, 11:02:11 PM
Yah infonya sedikit telat :(

Tapi anumodana Pak Hudoyo utk infonya.. :)
Oh ya, ada sedikit keterkaitan antara J. Krishnamurti dgn Sang Buddha, ada 1 quote dari beliau yg pernah saya baca secara sekilas melalui website. Di mana di situ dia memuji Sang Buddha bahkan mengatakan andai ada Buddha yang terlahir dia akan menjadi muridNya. Karenanya, menurut saya boleh dikatakan orang-orang seperti Krishnamurti-lah yang bisa dikatakan seorang buddhist sejati, dia yang mempraktekkan ajaran-Nya.

mettacitena

_/\_

Kalo saya malah bertolak belakang memandangnya, kalimat yang dibold biru diatas malah membuat keraguan apakah JK benar2 "melihat" ajaran Buddha. Saya berpegang pada kata2 yg notabene terdapat di dalam Tipitaka, bahwa orang yang melihat Dhamma juga melihat Buddha. Jadi tidak perlu menunggu bentuk fisik seorang Buddha, karena Buddha sama dengan Dhamma.

Kesimpulan saya dari kalimat tersebut adalah yang dipraktekkan oleh beliau bukanlah ajaran Buddha karena JK secara tidak langsung mengaku bukan murid Buddha karena tidak ada Buddha secara fisik lahir pada saat ini.


Apakah dikarenakan tidak ada Buddha yang lahir menjadikan dirinya tidak menjadi murid Buddha? Lalu ajaran manakah yang dia praktekkan?

Kemungkinan besar tanggapan saya memiliki bias karena saya tidak mempelajari tulisan2 JK, Namun itulah yang saya tangkap dari kalimat yang ada.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: tula on 25 October 2008, 12:51:27 PM


Mulai 13`Oktober 2008, setiap Senin malam, pk 20 - 21 WIB, diadakan talkshow di Radio KisFM, 95,1 MHz (daerah Jabotabek) dengan Dr Hudoyo tentang buku Krishnamurti, "The Book of Life", selama 1 tahun. Setiap kali akan dibahas satu topik dari buku itu secara berturut-turut. Talkshow dipandu oleh host KisFM, Abi dan Emi.

Rencana topik bahasan:

13 Oktober 2008 - Menyimak
20 Oktober 2008 - Belajar
27 Oktober 2008 - Otoritas
3 November 2008 - Pengenalan-diri

E-book "The Book of Life" dapat di-download di sini: http://rapidshare.com/files/153832294/Buku_Kehidupan_-_J_Krishnamurti.zip


kiss fm ada streaming radio nya kaga pak hud ? saya di luar cakupan sinal antena nya ...

wadow uda agak terlambat ya saya .. hmmmm tp gpp lebih baik makan bubur dari pada ga makan.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: andry on 25 October 2008, 12:59:20 PM
 [at] tula, lsg aja ke email nya di Hudoyo [at] gmail.com
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Jerry on 26 October 2008, 04:54:21 PM
Berdasarkan kesaksian orang lain:
-Asit Chandmal in his picture book 'A thousand Suns' mentions an anecdote where K says that he would leave everything to go and hear the Buddha if he were to come and sermonise at Sarnath.

-The book 'Lives of Alcyone' by CW Leadbeater (Theosophical Society) which supposedly chronicles the previous lives of J Krishnamurti mentions that K was a monk in the Sangha of the Buddha in 2 previous lives. K took robes and learnt Dhamma at the feet of Lord Buddha.

-When K visited Bodhgaya with Annie Besant (then president of the Theosophical Society) K pointed out to her that he remembered the place as he had been at this place in his previous births as a monk-a part of the Buddha Sangha.

-K talked about the mango groves in the Rajghat Varanasi area as the place where the Buddha rested before sermonising the Dhammachakkapavattana sutta at Sarnath. K also pointed out a particular place where Buddha used to rest after His meals. Dr Parchure, the physician to K later fixed a concrete slab at that spot. This place can be seen at 'Us Paar' in the Rajghat Fort-Varanasi area within the premises of KFI-Rajghat.

diambil dari: http://www.buddhanet.net/bvk_study/bvk22a.htm

Dari pernyataan Krishnamurti sendiri secara langsung:

1) John. E. Coleman asked Krishnamurti: ''Which of the great religious leaders came closest to teaching and realizing the ultimate truth ?'' Krishnamurti replied - ''Oh! the Buddha ..... the Buddha comes closer to the basic truths and facts of life than any other. Although I am not myself a buddhist, of course''.

-Living and dying from moment to moment by Susunaga Weeraperuma, Motilal Banarsidass,
page 108 (Appendix 4) ,Delhi 1996 reprint.

(2) ''If the Buddha talked to me I would say ''Sir, I listen to you because I love you. I don't want to get anywhere because I see what you say is true, and I love you''. That's all. That has transformed everything.''

''No body listened to Him, that is why there is Buddhism.''

-Krishnamurti. Way of Intelligence, Chapter 2 Part3, (3rd Seminar Madras 16 Jan 1981).

(3) ''I could feel the vibration of the Lord Buddha...''

-Krishnamurti's own account of the pepper tree experience in Ojai as quoted in 'The years of awakening' by Mary Lutyens Avon books ,USA 1991. Page 169.

(4) ''......and in my heart there has been a continual thought of Lord Buddha. I was in such a state that I had to sit down and meditate......''

-Letter written by Krishnamurti as quoted in 'The years of awakening' by Mary Lutyens Avon books USA 1991 Page 125.

(5) ''Look Sir, perhaps the Buddha may have seen that intelligence is not thought. The other have spoken of how to suppress thought, control it. To them that is meditation... listen the Buddha might have said there is intelligence that has nothing to do with thought. The rest of them read it or heard it, they translated that or repeated that.''

-J. Krishnamurti, Rishi valley 30 Dec 1980 (The way of intelligence Chap. 6 Part 3)

dari: http://www.buddhanet.net/bvk_study/bvk001a.htm

Tapi sebetulnya akan lebih baik utk tdk membandingkan yg 1 dgn yg lain. Krn hasil dr pembandingan hanya akan berbuah opini persetujuan atau ketidaksetujuan yg tidak akan membawa hasil apapun bagi kemajuan kita.

Maaf bila ada salah kata. Cmiiw  :)

mettacitena
 _/\_
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 11 November 2008, 06:04:05 AM
Tapi sebetulnya akan lebih baik utk tdk membandingkan yg 1 dgn yg lain. Krn hasil dr pembandingan hanya akan berbuah opini persetujuan atau ketidaksetujuan yg tidak akan membawa hasil apapun bagi kemajuan kita.
Maaf bila ada salah kata. Cmiiw  :)
mettacitena
 _/\_

Benar, Kebenaran sejati tidak punya merek, entah Buddhis, entah Krishnamurti, entah MMD.
Yang masih membanding-bandingkan merek masih berpegang pada aku.

hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 11 November 2008, 06:05:56 AM
kiss fm ada streaming radio nya kaga pak hud ? saya di luar cakupan sinal antena nya ...
wadow uda agak terlambat ya saya .. hmmmm tp gpp lebih baik makan bubur dari pada ga makan.

KisFM bisa didengarkan lewat Indovision channel 205.
Tapi untuk sementara talkshow "The Book of Life" ditunda, karena buku itu akan diterbitkan oleh Penerbit Mizan. Kalau sudah terbit, talkshow akan dilanjutkan. Nanti akan saya umumkan.

hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 11 November 2008, 06:07:55 AM
Kalo saya malah bertolak belakang memandangnya, kalimat yang dibold biru diatas malah membuat keraguan apakah JK benar2 "melihat" ajaran Buddha. Saya berpegang pada kata2 yg notabene terdapat di dalam Tipitaka, bahwa orang yang melihat Dhamma juga melihat Buddha. Jadi tidak perlu menunggu bentuk fisik seorang Buddha, karena Buddha sama dengan Dhamma.
Kesimpulan saya dari kalimat tersebut adalah yang dipraktekkan oleh beliau bukanlah ajaran Buddha karena JK secara tidak langsung mengaku bukan murid Buddha karena tidak ada Buddha secara fisik lahir pada saat ini.
Apakah dikarenakan tidak ada Buddha yang lahir menjadikan dirinya tidak menjadi murid Buddha? Lalu ajaran manakah yang dia praktekkan?
Kemungkinan besar tanggapan saya memiliki bias karena saya tidak mempelajari tulisan2 JK, Namun itulah yang saya tangkap dari kalimat yang ada.

Anda dengan opini Anda, saya dengan opini saya, kalau bertolak belakang gak perlu diperdebatkan.

hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Jerry on 11 November 2008, 11:01:17 PM
Semoga tidak ada sensor2 dan pembengkokan kognitif o/ Penerbit Mizan dlm penerbitan buku "Book of Life" ;D

Jauh-jauh hari utk informasi ttg talkshow sebelumnya ya pak, cukup menarik mengetahui pemikiran Pak Hud, ada poin2 yg dapat dipelajari dan menjadi masukan. :)

mettacitena
_/\_
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hendrako on 12 November 2008, 01:32:20 AM
Kalo saya malah bertolak belakang memandangnya, kalimat yang dibold biru diatas malah membuat keraguan apakah JK benar2 "melihat" ajaran Buddha. Saya berpegang pada kata2 yg notabene terdapat di dalam Tipitaka, bahwa orang yang melihat Dhamma juga melihat Buddha. Jadi tidak perlu menunggu bentuk fisik seorang Buddha, karena Buddha sama dengan Dhamma.
Kesimpulan saya dari kalimat tersebut adalah yang dipraktekkan oleh beliau bukanlah ajaran Buddha karena JK secara tidak langsung mengaku bukan murid Buddha karena tidak ada Buddha secara fisik lahir pada saat ini.
Apakah dikarenakan tidak ada Buddha yang lahir menjadikan dirinya tidak menjadi murid Buddha? Lalu ajaran manakah yang dia praktekkan?
Kemungkinan besar tanggapan saya memiliki bias karena saya tidak mempelajari tulisan2 JK, Namun itulah yang saya tangkap dari kalimat yang ada.

Anda dengan opini Anda, saya dengan opini saya, kalau bertolak belakang gak perlu diperdebatkan.

hudoyo

Salam kenal sebelumnya kepada Pak Hudoyo,  :)

Maaf Pak Hudoyo, saya memang tidak ingin berdebat, saya hanya menyatakan respon terhadap suatu pernyataan tanpa bermaksud bertindak lanjut dengan perdebatan. Apabila anda memperhatikan tanggal post yang ada, anda akan melihat bahwa tanggapan saya hanya berhenti sampai disitu, yaitu, sekedar pernyataan pemikiran yang bertolak belakang terhadap pernyataan sebelumnya.

Lagipula, apabila cermat, pernyataan tersebut bukan untuk anda, melainkan respon terhadapat post saudara/i xuvie.

Saya belum pernah secara langsung menanggapi opini anda, yang saya tanggapi adalah pernyataan tentang J. Krisnamurti dari saudara/i xuvie. Mungkin dikarenakan berkaitan dengan J. Krisnamurti, maka anda "merasa" bahwa pernyataan saya tersebut mengarah kepada anda. Tidak berbeda dengan sebagian penganut agama yang merasa "dirinya" disentuh pada saat "agama-nya" mendapatkan respon yang bertolakbelakang. Ini merupakan suatu bentuk ke-aku-an juga, suatu kepemilikan.

Tapi sebetulnya akan lebih baik utk tdk membandingkan yg 1 dgn yg lain. Krn hasil dr pembandingan hanya akan berbuah opini persetujuan atau ketidaksetujuan yg tidak akan membawa hasil apapun bagi kemajuan kita.
Maaf bila ada salah kata. Cmiiw  :)
mettacitena
 _/\_

Benar, Kebenaran sejati tidak punya merek, entah Buddhis, entah Krishnamurti, entah MMD.
Yang masih membanding-bandingkan merek masih berpegang pada aku.

hudoyo

Saya setuju, namun "merk" tersebut "terpaksa' harus saya gunakan di dalam bahasa komunikasi, dan kebetulan saya masih dalam proses belajar, dimana saya tertarik kepada satu merk diantara merk lainnya melalui perbandingan (dalam lingkup intelektual) yang masih berpegang pada aku dengan harapan pada merk tersebut terdapat petunjuk yang pas buat saya untuk mengantar pada kebenaran sejati, yaitu tanpa aku.

 _/\_
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 12 November 2008, 06:53:36 AM
Semoga tidak ada sensor2 dan pembengkokan kognitif o/ Penerbit Mizan dlm penerbitan buku "Book of Life" ;D
Jauh-jauh hari utk informasi ttg talkshow sebelumnya ya pak, cukup menarik mengetahui pemikiran Pak Hud, ada poin2 yg dapat dipelajari dan menjadi masukan. :)

mettacitena
_/\_

Copyright buku itu tetap ada pada Yayasan Krishnamurti Indonesia. Jadi saya rasa penerbit tidak akan berani melakukan distorsi terhadap isi buku.

Tentang sensor, justru itu terjadi di DC ini. Chat saya yang membahas tentang kematian berdasarkan ajaran Krishnamurti dan saya letakkan di thread yang benar ternyata dihapus oleh moderator tanpa alasan jelas.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 12 November 2008, 07:01:59 AM
Saya belum pernah secara langsung menanggapi opini anda, yang saya tanggapi adalah pernyataan tentang J. Krisnamurti dari saudara/i xuvie. Mungkin dikarenakan berkaitan dengan J. Krisnamurti, maka anda "merasa" bahwa pernyataan saya tersebut mengarah kepada anda. Tidak berbeda dengan sebagian penganut agama yang merasa "dirinya" disentuh pada saat "agama-nya" mendapatkan respon yang bertolakbelakang. Ini merupakan suatu bentuk ke-aku-an juga, suatu kepemilikan.

Silakan saja Anda menafsirkan demikian. ... Yang tahu isi batin saya hanya saya sendiri.


Quote
Saya setuju, namun "merk" tersebut "terpaksa' harus saya gunakan di dalam bahasa komunikasi, dan kebetulan saya masih dalam proses belajar, dimana saya tertarik kepada satu merk diantara merk lainnya melalui perbandingan (dalam lingkup intelektual) yang masih berpegang pada aku dengan harapan pada merk tersebut terdapat petunjuk yang pas buat saya untuk mengantar pada kebenaran sejati, yaitu tanpa aku.

Ada orang yang melekat pada doktrin tertentu dengan "harapan" untuk sampai pada Kebebasan sejati --entah kapan--.
Ada orang yang memahami sifat doktrin apa pun --yang menghalangi orang untuk melihat apa adanya-- sehingga bebas dari kelekatan pada doktrin apa pun sejak awal melangkah.

hudoyo
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hendrako on 12 November 2008, 05:26:52 PM

Ada orang yang melekat pada doktrin tertentu dengan "harapan" untuk sampai pada Kebebasan sejati --entah kapan--.
Ada orang yang memahami sifat doktrin apa pun --yang menghalangi orang untuk melihat apa adanya-- sehingga bebas dari kelekatan pada doktrin apa pun sejak awal melangkah.

hudoyo


Tentang kemelekatan yang sering sekali dikumandangkan.
Saya sangat setuju bahwa untuk mencapai kebenaran tidak boleh melekat, sebagaimana yang sering diungkapkan oleh Ajahn Chah dalam khotbahnya yang didokumentasikan.

Namun hati-hati dalam prakteknya, banyak jebakan yang halus yang kemungkinan besar tidak disadari.

"Melekat untuk tidak melekat" adalah kemelekatan.
Hal ini harus dibedakan dengan hanya "tidak melekat".
Berpegang teguh pada ketidakmelekatan adalah kemelekatan lain yang halus sifatnya.

Apakah anda masuk ke dalam jebakan ini ? hanya anda yang tahu batin anda.

Ups... kepada Momod... sori jadi OOT.
 _/\_
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 12 November 2008, 06:17:22 PM
Namun hati-hati dalam prakteknya, banyak jebakan yang halus yang kemungkinan besar tidak disadari.
"Melekat untuk tidak melekat" adalah kemelekatan.
Hal ini harus dibedakan dengan hanya "tidak melekat".
Berpegang teguh pada ketidakmelekatan adalah kemelekatan lain yang halus sifatnya.

Nasehat yang sangat bagus.

Quote
Apakah anda masuk ke dalam jebakan ini ? hanya anda yang tahu batin anda.

Sayang nasehat yang bagus itu diakhiri dengan pertanyaan yang tidak pada tempatnya. Seharusnya Anda --dan saya dan setiap orang-- bertanya kepada diri sendiri: "Apakah SAYA tidak melekat?"

hudoyo

Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hendrako on 12 November 2008, 06:26:05 PM
Kalo saya masih melekat pak!!
Kalo anda??
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hudoyo on 12 November 2008, 07:56:43 PM
Untuk apa memamerkan "masih melekat" atau "tidak melekat"? Cukup saling menasehati saja.
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: hendrako on 12 November 2008, 08:28:32 PM
 ;D

 _/\_
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Semit on 15 November 2008, 10:47:20 PM
Inilah pencerahan yang telah dicapai oleh J.Krishnamurti, kutipan ini diambil dari Wikipedia...

It was in Ojai, in August 1922, that Krishnamurti went through an intense, "life-changing" experience.[39][40] It has been simultaneously, and invariably, characterised as a spiritual awakening, a psychological transformation, and a physical conditioning. Krishnamurti and those around him would refer to it as "the process", and it continued, at very frequent intervals and varying forms of intensity, until his death.

[41][42] According to witnesses, it started on the 17th, with Krishnamurti complaining of extraordinary pain at the nape of his neck, and a hard, ball-like swelling. Over the next couple of days, the symptoms worsened, with increasing pain, extreme physical discomfort and sensitivity, total loss of appetite and occasional delirious ramblings. Then, he seemed to lapse into unconsciousness; actually, he recounted that he was very much aware of his surroundings and while in that state, he had an experience of mystical union.[43] The following day the symptoms, and the experience, intensified, climaxing with a sense of "immense peace".[44]

"...I was supremely happy, for I had seen. Nothing could ever be the same. I have drunk at the clear and pure waters and my thirst was appeased. ...I have seen the Light. I have touched compassion which heals all sorrow and suffering; it is not for myself, but for the world. ...Love in all its glory has intoxicated my heart; my heart can never be closed. I have drunk at the fountain of Joy and eternal Beauty. I am God-intoxicated."[45]

Similar incidents continued with short intermissions until October, and later eventually resumed regularly, always involving varying degrees of physical pain to mark the start of "the process", accompanied by what is variably described as "presence", "benediction", "immensity", and "sacredness", which was reportedly often felt by others present.

terjemahannya kira-kira demikian:

Di Ojai, Agustus 1922, Krishnamurti melalui pengalaman intense “pengubah hidup”. Terjadi secara simultan, dan secara bervariasi suatu ciri pencerahan spiritual, transformasi psikologis, dan kondisi fisik yang disebut Krishnamurti dan orang orang yang ada disekitarnya sebagai “prosesnya”. Dan itu berkelanjutan pada interval yang sering dan berbagai bentuk intensitas, hingga kematiannya.

   Menurut saksi mata, hal itu dimulai pada tanggal 17, ketika Krishnamurti mengeluh rasa sakit luar biasa  di bagian belakang lehernya, dan bengkak yang keras seperti bola selama beberapa hari, gejalanya memburuk dengan meningkatnya  rasa sakit, rasa tidak enak badan yang luar biasa dan juga rasa sensitif, kehilangan selera makan, mengigau mengucapkan kata-kata yang tak keruan. Lalu ia nampaknya kehilangan kesadaran.

Sebenarnya menurut penuturannya ia sangat sadar akan sekelilingnya dan sewaktu dalam keadaan itu, ia mengalami pengalaman mistik manunggal. Hari berikutnya gejalanya dan pengalamannya, bertambah kuat, akhir klimaksnya adalah “perasaan damai yang dalam”

Saya merasa gembira luar biasa, karena saya telah melihat bahwa segala sesuatunya tak akan sama lagi. Saya telah meminum air yang jernih dan murni dan dahagaku terlampiaskan.. Saya telah melihat cahaya. Saya telah menyentuh cinta kasih yang menyembuhkan semua kesedihan dan penderitaan; bukan untukku, tetapi untuk dunia... Cinta dengan semua kemegahannya telah merasuki hatiku, hatiku tak akan pernah tertutup.

Saya telah meminum air mancur kenikmatan dan keindahan abadi. Saya telah dirasuki Tuhan.

Kejadian serupa telah berlanjut dengan jeda pendek hingga October, dan belakangan akhirnya berlanjut secara tetap, selalu melibatkan berbagai tingkat kesakitan fisik untuk menandai dimulainya “ sang proses”, diikuti oleh apa yang diterangkan sebagai “kehadiran”, “wahyu”, “kedalaman” dan “kesucian”, yang seringkali dirasakan oleh mereka yang hadir.

Pertanyaan: inikah pencerahan Krishnamurti? Jadi beginikah seharusnya pencerahan yang benar? didahului rasa sakit setiap kali mengalami? kehilangan selera makan bahkan mengigau...?
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: bodohsatva on 07 June 2009, 07:25:32 PM
sepengetahuan saya yg masih bodoh ini...

Terlepas dari buddhis dan non-buddhis
kebenaran seperti itu ada di setiap ajaran agama, namun tidak (mampu) dibatasi olehNya (agama)...
seperti awan yang tebal tidak mampu menjadikan langit siang menjadi gelap seperti malam... (selalu ada cahaya yang tembus)

saya kira orang seperti JK (bukan Jusuf Kala he he...)
tentunya juga menjalankan jalan 8 ruas... walau tidak dideskripsikan ataupun disinggung...

 _/\_

Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: Sunkmanitu Tanka Ob'waci on 07 June 2009, 09:26:35 PM
Secara para "universalis" bilang begitu.

Kalau memang benar, kenapa kemunculan Sammasambuddha sangat langka, dan kenapa Dhamma bisa lenyap? Kenapa Sang Buddha bilang satu-satunya jalan hanya ekayana magga? Dan berapa kali pada kesempatan lain disebutkan sangat jarang ada pandangan benar pada para samana lain?
Title: Re: J KrishnaMurti
Post by: bodohsatva on 13 June 2009, 12:57:09 PM
Secara para "universalis" bilang begitu.

Kalau memang benar, kenapa kemunculan Sammasambuddha sangat langka, dan kenapa Dhamma bisa lenyap? Kenapa Sang Buddha bilang satu-satunya jalan hanya ekayana magga? Dan berapa kali pada kesempatan lain disebutkan sangat jarang ada pandangan benar pada para samana lain?

Sammasambuddha memang sangat langkah, namun bukan berati tidak ada... maka dari itu orang-orang bijak menanam karma pahala dan bertekad untuk terlahir di jaman kedatangan Sammasam Buddha... (syarat mencapai Sammasam Buddha sungguh takterkira, tidak mungkin dicapai tanpa kekuatan iklar agung)

seperti halnya segala sesuatu yang mengambil "bentuk" dhamma juga akan kembali ke kesunyataan... oleh karena itu para bodhisatva dan para suci melindungi ajaran sejati (dhamma) supaya tetap eksis demi semua makhluk... (termasuk anda teman-taman di sini dan saya)

dua kalimat yang diucapkan Sang Buddha.... "hanya ada jalan tunggal menuju nibbana" dan "ada 84 ribu cara mencapai nibbana"
keduanya benar.... jika kita berdiri di jalan sudirman dan mengamati kendaraan yang lalu lalang... kita akan mengerti... jalan hanya satu, kendaraan banyak... ada yg isi sedikit, ada yang isi banyak... ada yg tunggal sendiri, ada bus wisata....
namun tidak semua selamanya di jalur ini kan??? ada yg sampai di pertengahan sudah belok, ada yang samapai lebih jauh, ada yang jalan kaki???
maka dari itu ada ajaran yang hanya "samapai ke surga" ada yang sampai alam "arupa" dan lain2....

sekali lagi jalan itu sama..... tergantung belok dimana... atau mau lurus.... tentunya kaum buddhis sejati pilih jalan lurus kan? samapai nibbana...
atau mau tunggu bis yang besar yang lewat berikutnya(sammasambuddha berikutnya)


ini hanya ilustrasi saya yg masih kurang arif...
jika kurang berkenan lupakan saja...
ha ha ha