yah yang u liat di medan meja makan pisah dua itu mah wajar soal vinaya doang.
well, sebagi umat kita harus memandang jernih dan berpikir bijaksana tentang ada nya perbedaan perbedaan ini yak mirip Budhayana dah. kalau tidak mau di bawa kemana Buddha indonesia kalo atas dan bawah berantem semua.
Saya ingin memberikan sedikit komentar tentang penahbisan ulang. Sebenarnya yang terjadi, bukanlah penahbisan ulang atau reordinasi. Yang ada adalah konfirmasi keanggotaan secara resmi. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Di Sri Lanka juga berlaku hal tersebut. Dalam vinaya, hal itu disebut sebagai dalhikamma. Yang bertujuan untuk mengkonfirmasi kenggaotaan bhikkhu tersebut, bahwa secara vinaya mereka adalah sah dan akan tunduk kepada vinaya dan vatta yang berlaku dalm kelompok tersebut. Vassa bhikkhu tersebut tetap akan dipertahankan sepanjang dalam perjalanannya menjadi bhikkhu tidak ada kecacatan. Apabila ada kecacatan, legal procedure akan diambil, seperti tidak mengakui kevalidan vassa bhikkhu tersebut.
Seperti yang terjadi pada Bhante Dhiraratano, beliau tidak kehilangan vassanya kok setelah pulang dari Burma dan mendapatkan Daḷhikamma.Saya ingin memberikan sedikit komentar tentang penahbisan ulang. Sebenarnya yang terjadi, bukanlah penahbisan ulang atau reordinasi. Yang ada adalah konfirmasi keanggotaan secara resmi. Hal ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Di Sri Lanka juga berlaku hal tersebut. Dalam vinaya, hal itu disebut sebagai dalhikamma. Yang bertujuan untuk mengkonfirmasi kenggaotaan bhikkhu tersebut, bahwa secara vinaya mereka adalah sah dan akan tunduk kepada vinaya dan vatta yang berlaku dalm kelompok tersebut. Vassa bhikkhu tersebut tetap akan dipertahankan sepanjang dalam perjalanannya menjadi bhikkhu tidak ada kecacatan. Apabila ada kecacatan, legal procedure akan diambil, seperti tidak mengakui kevalidan vassa bhikkhu tersebut.
Yap, memang harusnya demikian..... tapi yang menjadi pertnyaan adalah apakah bhikkhu2 tersebut hanya dikonfirmasi melalui daḷhikamma ataukah memang benar2 ditahbis ulang, hilang keseniorannya dan kembali dari awal....
well mari berharap theravada indonesia tidak hanya ada sekte dhammayutika saja, hingga bisa memberi warna bagi theravada indonesia ( kalo satu warna doang bisa bisa seperti pake kacamata kuda) dan apa yang terjadi pada Bhante ashin jinarakitha adalah hal yang tak pantas di lakukan SEMOGA HAL INI TIDAK TERULANG.
well mari berharap theravada indonesia tidak hanya ada sekte dhammayutika saja, hingga bisa memberi warna bagi theravada indonesia ( kalo satu warna doang bisa bisa seperti pake kacamata kuda) dan apa yang terjadi pada Bhante ashin jinarakitha adalah hal yang tak pantas di lakukan SEMOGA HAL INI TIDAK TERULANG.STI hingga saat ini tetap satu warna karena STI berharap agar STI lebih mudah diurus keanggotaannya. Secara pribadi, saya bangga dengan STI. Managementnya cukup bagus dan juga diakui oleh oleh negara lain. Suatu ketika datang suatu pernyataan dari Sri Lanka, "Kalau kita ingin belajar bagaimana mengurus sangha agar sangha memiliki menagement yang baik, kita harus belajar kepada STI."
well mari berharap theravada indonesia tidak hanya ada sekte dhammayutika saja, hingga bisa memberi warna bagi theravada indonesia ( kalo satu warna doang bisa bisa seperti pake kacamata kuda) dan apa yang terjadi pada Bhante ashin jinarakitha adalah hal yang tak pantas di lakukan SEMOGA HAL INI TIDAK TERULANG.
apakah hal yang tak pantas yang dilakukan oleh Bhante ashin jinarakhita itu?
well mari berharap theravada indonesia tidak hanya ada sekte dhammayutika saja, hingga bisa memberi warna bagi theravada indonesia ( kalo satu warna doang bisa bisa seperti pake kacamata kuda) dan apa yang terjadi pada Bhante ashin jinarakitha adalah hal yang tak pantas di lakukan SEMOGA HAL INI TIDAK TERULANG.
apakah hal yang tak pantas yang dilakukan oleh Bhante ashin jinarakhita itu?
tanya mereka apa yang di lakukan terhadap banthe asihn jinarakita.
OOT sedikit.
Jika peristiwa sejarah masa kini saja bisa kabur dan terbelah, bagaimana dengan sejarah keseluruhan perkembangan buddhis di dunia ini yg sudah 2500 tahun lamanya?
Seperti yg pernah saya kutipkan dalam sebuah tulisan:
Betapa tidak, bahkan dalam situasi di mana tokoh yang berkaitan dalam kronologi suatu kejadian – yang masih hidup- masih dapat menimbulkan persoalan dalam cara menggambarkan suatu peristiwa secara objektif. Tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa sesungguhnya lakon-lakon sebuah peristiwa yang berjalan secara detik per detik tidak akan dapat di tayang ulang secara sempurna oleh satu sosok manusia yang berdiri dari paradigma dan cara berpikir yang berbeda dengan individu-individu lainnya. Sejarah, hanyalah bagian satu sisi dari sebuah kronologi peristiwa.
_/\_
OOT sedikit.nah makanya ko, yang masuk akal saja bisa kabur maknanya, apalagi yang tidak masuk akal.
Jika peristiwa sejarah masa kini saja bisa kabur dan terbelah, bagaimana dengan sejarah keseluruhan perkembangan buddhis di dunia ini yg sudah 2500 tahun lamanya?
Seperti yg pernah saya kutipkan dalam sebuah tulisan:
Betapa tidak, bahkan dalam situasi di mana tokoh yang berkaitan dalam kronologi suatu kejadian – yang masih hidup- masih dapat menimbulkan persoalan dalam cara menggambarkan suatu peristiwa secara objektif. Tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa sesungguhnya lakon-lakon sebuah peristiwa yang berjalan secara detik per detik tidak akan dapat di tayang ulang secara sempurna oleh satu sosok manusia yang berdiri dari paradigma dan cara berpikir yang berbeda dengan individu-individu lainnya. Sejarah, hanyalah bagian satu sisi dari sebuah kronologi peristiwa.
_/\_
[at] Riky,
Hah?? sejarah harus ditulis secara subjektif? ga salah nih??? :o
kurasa arahat malah subjektif, yakni sesuai pengalamnnya dia... atau sesuai dgn pengetahuannya dia (sry klo salah)
klo objektif itu ...info yg di dapatkan dari pihak pro dan kontra semua di sebutkan..bukan dari 1 sisi saja, alias netral
well silahkan berbicara, kita sebagi umat hanya ada di pinggir dan mendoakan semoga semuanya sadar dengan apa yang mereka lalukan.
http://www.buddhayana.or.id/spirit.php?Lang=Ind (http://www.buddhayana.or.id/spirit.php?Lang=Ind)
baca ini saja lebih netral
... Atau ia berkata: "Sementara beberapa pertapa dan brahmana hidup dari makanan yang disediakan oleh umat yang berbakti, namun mereka masih tetap membicarakan hal-hal yang rendah seperti berikut: ceritera tentang kepala negara, menteri, pencuri, peperangan, terror, makanan dan minuman, pakaian, tempat tidur, bunga kalung, wangi-wangian, keluarga, kendaraan, desa, kampung, kota, negara, pertempuran, pahlawan, gosip jalanan, ditempat pengambilah air, setan, yang tidak ada ujung pangkalnya, spekulasi tentang terciptanya daratan dan lautan atau tentang eksistensi dan non eksistensi. Tetapi Samana Gotama tidak membicarakan hal-hal tersebut ...
Para Bhikkhu kalau sudah ber- ... organisasi ... kepentingan ... pendapat ... perbedaan ... pertentangan ... kapan 'stop'nya ?
Makanya gak salah kalau Sang Buddha mengkategorikan gaya hidup organisasi termasuk gaya hidup yang 'rendah' bagi para samana ... (brahmajala sutta)Quote... Atau ia berkata: "Sementara beberapa pertapa dan brahmana hidup dari makanan yang disediakan oleh umat yang berbakti, namun mereka masih tetap membicarakan hal-hal yang rendah seperti berikut: ceritera tentang kepala negara, menteri, pencuri, peperangan, terror, makanan dan minuman, pakaian, tempat tidur, bunga kalung, wangi-wangian, keluarga, kendaraan, desa, kampung, kota, negara, pertempuran, pahlawan, gosip jalanan, ditempat pengambilah air, setan, yang tidak ada ujung pangkalnya, spekulasi tentang terciptanya daratan dan lautan atau tentang eksistensi dan non eksistensi. Tetapi Samana Gotama tidak membicarakan hal-hal tersebut ...
Sangha adalah organisasi yang paling lama didunia (hampir 2600 tahun).
Dan sampai sekarang Sangha masih di puja & di hormati umat Buddhis Theravada sedunia.
Sangha adalah organisasi yang paling lama didunia (hampir 2600 tahun).
Dan sampai sekarang Sangha masih di puja & di hormati umat Buddhis Theravada sedunia.
Saya lebih suka sangha diartikan sebagai persamuan atau persaudaraan para bhikkhu, tidak bersifat organisasi yang ada pada saat ini ... Bhikkhu yang berlatih di hutan (dutanga) pun bagian dari sangha walau mungkin mereka tidak ditahbiskan untuk menjabat jabatan khusus pada organisasi yang mentahbiskannya ...
tidak setiap Bhikkhu Sangha harus mendapat jabatan khusus atau lainnya tetapi setiap Bhikkhu adalah bagian dari Sangha. hanya permainan kata2 antara kata organisasi dgn persamuan/persaudaraan, kalau kata persamuaan/persaudaraan keliatan lebih akrab/harmonis antara sesama Bhikkhu.
sebenarnya nama keren adalah organisasi, tidak dipermasalahkan
memang demikian yang ada.
kam sia
Tulisan ini kembali membuka luka lama, dimana para pelaku kadang-kadang terseret arus yang mereka tidak kehendaki, Saya mengenal beberapa pelaku sejarah dalam perkembangan Buddha Dhamma di Indonesia (terutama tahun tujuh puluhan keatas) umpamanya pak Mochtar Rasyid, Bhikkhu Ashin Jinarakkhita (sejak tahun enam puluhan), pak Sosro Utomo, bhante Sombat, bhante Giri dll,
:no: Bingung sy bacanya. Belum selesai, besok sambung lagi, nich mata sudah capek.
Baru ngerti serumit ini organisasi Shangha kita sehingga Bhante Kampiro memutuskan lepas jubah. Apakah perbedaan tersebut tidak dpt disatukan? Tujuan menjadi bhikkhu untuk melatih diri, banyak kuti, vihara kecil di luar kota yg tidak ada bhikkhunya, dr pd ribut perbedaan yg ada, apa ngak lebih baik tinggal di kuti/vihara kecil di luar kota utk melatih diri n mengajarkan dhamma pada rakyat kampung di sono ? Atau ngak dibolehkan juga ya tinggal disana?
Yg saya dengar memang seperti itu. Ada 2 Bhikhhu yg bersamaan lepas jubah karena masalah yg sama.
Sy sedang mengumpulkan catatan2 mengenai Bpk. M. Rasyid, karena Beliau cukup unik.
Beliau adalah satu2nya Bikkhu/mantan Bhikkhu yg berdarah Minang asli. Sebagai catatan, Minangkabau terkenal akan adat istiadat dan keislamannya, sehingga cukup mengejutkan ada putra Minang yg menjadi seorang Bhikkhu, apalagi menjadi pentolan STI.
Setelah M. Rasyid, hingga saat ini, sy belum menemukan seorang Minang-pun yg tertarik pada Dhamma, apalagi sampai menjadi Bhikku.
Jadi, biografi seorang Mochtar Rasyid akan menjadi catatan unik tersendiri bagi umat Buddha di Minangkabau.
::
ada bhikkhu memutuskan lepas jubah karena organisasi sangha yg rumit? kok keknya gak nyambung.
Yg saya dengar memang seperti itu. Ada 2 Bhikhhu yg bersamaan lepas jubah karena masalah yg sama.berarti Bhikkhu lepas Jubah itu maunya jadi Bhikkhu independen (tidak dibawah Sangha) atau mau jadi Bhikkhu Partikelir ! =))
partikelir = Parti-kelir = Party - Kelir
Party = pesta
Kelir = warna
Pesta warna ?
loh yang unik kalo dari minangkabau ya? kalo dari madura, atau manado unik ngga? :)
madura kental dengan Islam , Manado kental dengan kr****n ... ada juga kan yang jadi Bhikku orang madura & manado asli
oh ya... mengenai minangkabau, adat istiadatnya itu berasal dari kerajaan pagaruyung kerajaan buddhis, sebelum masuknya agama Islam
partikelir = Parti-kelir = Party - Kelir
Party = pesta
Kelir = warna
Pesta warna ?
saya memposting mengenai cerita ini di facebook saya,dan mendapatkan tanggapan sebagai berikut :
message seperti berikut :
dari Thio Kenghin :
Pemiliknya bukan Anton Haliman.
Sewaktu Bhante Sombat menujuk sebidang tanah di daerah Sunter ada sumur tua.
Bhante Sombhat sudah mengetahui pemilik tanah tsb di daerah selatan pintu rumahnya berbentuk Gapura Kerajaan Majapahit di Trowulan dan diruang tamunya ada Patung Dewa Garuda terbuat dari kayu.
Beberapa umat Buddha berkeinginan membeli seluas 10 x 20 M dari Badan Otorita Sunter. dan ditunjuk ke P.T. Agung Podomoro sebagai penguasa karena telah membebaskan tanah tersebut dan membuat Site Plan dan Sarana Penunjang seperti Jalan, Saluran air dan Waduk Sunter.
Mereka datang kesana diketemukan Bpk Anton Haliman.
Bpk Anton Haliman menolak menjual tanah tersebut peruntukannya untuk Vihara, walaupun mengaku ibunya pun Buddhist.
Dalam bayangan Bpk Anton Vihara itu sama seperti Vihara Wan Kiap Sie gg Tepekong Ps Baru dan Vihara Toa se bio Petak Sembilan dimana ibunya suka berkunjung.
Di depan Vihara Wan Kiap Sie ada juga Vihara Kwan Im yang dihuni oleh Cai cie upacara ritualnya pernah diprotes oleh lingkungannya memakai Tambur dan Kecring samapi masuk di koran.
Takut nanti peruntukan Vihara Dhammaccakkha Jaya nanti membuat tanah sekitarnya tidak laku.
Mereka datang kerumah bpk Anton dalam usaha mereka untuk mendapatkan sebidang Tanah tersebut (10 x 20 m), ternya rumah pak Anton pintunya depannya biasa bukan seperti yang digambarkan Bhante Sobhat dan diruang tamunya tidak ada Dewa Garuda.
Atas petunjuk Bhante Sombhat mencari ke daerah selatan dan berputar-putar didaerah jalan Teuku Umar dan jalan Tanjung No 8.
Tiba-2 seorang umat menujuk satu rumah pintu depannya bergaya Bali Rumah itu Jln Tanjung No 8. dan mereka turun berkunjung masuk kerumah tersebut dan mengutarakan maksud tujuannya membeli tanah di daerah Kawasan Badan Otorita Sunter.
Setelah dipersilakan masuk kedalam ruangan Tamu yang besar ternyata ada ukiran patung Garuda dari Bali. tepat seperti yang digambarkan oleh Bhante Sombhat.
Mereka lebih yakin lagi tidak salah alamat. dan ternyata itu rumah seorang Mayor Jenderal Dr, IS mantan penjabat BUMN yang terkenal.
Dengan ramah tamah mereka disambut oleh pemilik tanah.
Dan pemilik tanah menawarkan untuk mengambil satu blok saja. karena peruntukkannya untuk Vihara seperti yang mereka ceritakan tidak seperti bentuk Kelenteng. dan mengatakan dia asalnya dari Palembang yang pernah menjadi pusat Kerajaan Buddhis yang terkenal di Asia.
Mereka yang ingin membeli tanah tersebut terkejut atas tawaran yang diluar jangkauan biaya yang diperkirakan tersedia.
Dan lebih terkejut lagi tanah satu blok bukan untuk dijual tapi akan dihibakan olehnya.
Dan langsung menelepon bpk Anton Haliman untuk melaksanakan surat-2nya yang diperlukan yang akan dibuat di depan Notaris.
Jadi kesimpulan nya ibunda bpk Anton Haliman tidak mendapat informasi yang benar atau bpk Anton Haliman yang menutup informasi yang benar.
Mereka kelompok ini masih hidup.
Harap Sdr. Memperbaikinya informasinya supaya anda punya tulisan menjadi lebih valid
saya balas :
Ok.Nanti dikaji..Krn ada sumbernya,saya no comment,nanti mslh ini saya bw ke forum..Anumodana _/\_
di balas lagi :
Membuat sejarah yang salah juga menyebarkan kebohonganan. nanti cerita anda dianggap bohong juga.
Bhante Sombhat masih sering berkunjung ke Dhammacakkha Jaya.
Tante Mamy yang dijalan Kepu yang menrima tanah itu dari Mayor Jenderal IS masih hidup.
Pertanyaannya terlihat anda mendapatkan cerita dari sumber yang tidak benar.
Apakah anda mendapatkan cerita ini dari Sangha Agung.
buat TS ada comment?
saya memposting mengenai cerita ini di facebook saya,dan mendapatkan tanggapan sebagai berikut :
message seperti berikut :
dari Thio Kenghin :
Pemiliknya bukan Anton Haliman.
Sewaktu Bhante Sombat menujuk sebidang tanah di daerah Sunter ada sumur tua.
Bhante Sombhat sudah mengetahui pemilik tanah tsb di daerah selatan pintu rumahnya berbentuk Gapura Kerajaan Majapahit di Trowulan dan diruang tamunya ada Patung Dewa Garuda terbuat dari kayu.
Beberapa umat Buddha berkeinginan membeli seluas 10 x 20 M dari Badan Otorita Sunter. dan ditunjuk ke P.T. Agung Podomoro sebagai penguasa karena telah membebaskan tanah tersebut dan membuat Site Plan dan Sarana Penunjang seperti Jalan, Saluran air dan Waduk Sunter.
Mereka datang kesana diketemukan Bpk Anton Haliman.
Bpk Anton Haliman menolak menjual tanah tersebut peruntukannya untuk Vihara, walaupun mengaku ibunya pun Buddhist.
Dalam bayangan Bpk Anton Vihara itu sama seperti Vihara Wan Kiap Sie gg Tepekong Ps Baru dan Vihara Toa se bio Petak Sembilan dimana ibunya suka berkunjung.
Di depan Vihara Wan Kiap Sie ada juga Vihara Kwan Im yang dihuni oleh Cai cie upacara ritualnya pernah diprotes oleh lingkungannya memakai Tambur dan Kecring samapi masuk di koran.
Takut nanti peruntukan Vihara Dhammaccakkha Jaya nanti membuat tanah sekitarnya tidak laku.
Mereka datang kerumah bpk Anton dalam usaha mereka untuk mendapatkan sebidang Tanah tersebut (10 x 20 m), ternya rumah pak Anton pintunya depannya biasa bukan seperti yang digambarkan Bhante Sobhat dan diruang tamunya tidak ada Dewa Garuda.
Atas petunjuk Bhante Sombhat mencari ke daerah selatan dan berputar-putar didaerah jalan Teuku Umar dan jalan Tanjung No 8.
Tiba-2 seorang umat menujuk satu rumah pintu depannya bergaya Bali Rumah itu Jln Tanjung No 8. dan mereka turun berkunjung masuk kerumah tersebut dan mengutarakan maksud tujuannya membeli tanah di daerah Kawasan Badan Otorita Sunter.
Setelah dipersilakan masuk kedalam ruangan Tamu yang besar ternyata ada ukiran patung Garuda dari Bali. tepat seperti yang digambarkan oleh Bhante Sombhat.
Mereka lebih yakin lagi tidak salah alamat. dan ternyata itu rumah seorang Mayor Jenderal Dr, IS mantan penjabat BUMN yang terkenal.
Dengan ramah tamah mereka disambut oleh pemilik tanah.
Dan pemilik tanah menawarkan untuk mengambil satu blok saja. karena peruntukkannya untuk Vihara seperti yang mereka ceritakan tidak seperti bentuk Kelenteng. dan mengatakan dia asalnya dari Palembang yang pernah menjadi pusat Kerajaan Buddhis yang terkenal di Asia.
Mereka yang ingin membeli tanah tersebut terkejut atas tawaran yang diluar jangkauan biaya yang diperkirakan tersedia.
Dan lebih terkejut lagi tanah satu blok bukan untuk dijual tapi akan dihibakan olehnya.
Dan langsung menelepon bpk Anton Haliman untuk melaksanakan surat-2nya yang diperlukan yang akan dibuat di depan Notaris.
Jadi kesimpulan nya ibunda bpk Anton Haliman tidak mendapat informasi yang benar atau bpk Anton Haliman yang menutup informasi yang benar.
Mereka kelompok ini masih hidup.
Harap Sdr. Memperbaikinya informasinya supaya anda punya tulisan menjadi lebih valid
saya balas :
Ok.Nanti dikaji..Krn ada sumbernya,saya no comment,nanti mslh ini saya bw ke forum..Anumodana _/\_
di balas lagi :
Membuat sejarah yang salah juga menyebarkan kebohonganan. nanti cerita anda dianggap bohong juga.
Bhante Sombhat masih sering berkunjung ke Dhammacakkha Jaya.
Tante Mamy yang dijalan Kepu yang menrima tanah itu dari Mayor Jenderal IS masih hidup.
Pertanyaannya terlihat anda mendapatkan cerita dari sumber yang tidak benar.
Apakah anda mendapatkan cerita ini dari Sangha Agung.
buat TS ada comment?
Bro, coba lihat di Web Dhammacakka tentang sejarah Vihara: http://www.dhammacakka.org/index.php?option=com_content&view=article&id=67&Itemid=116
Kalimat ini saya kutip dari web tersebut tentang sejarah Vihara tersebut:
Setelah melalui pencarian yang cukup sulit, di daerah sekitar Ancol yang sedang diadakan pembangunan perumahan itulah akhirnya mereka menemukan sebuah tempat dengan ciri-ciri yang sesuai. Setelah mencari informasi, diketahui bahwa tanah tersebut milik PT. Agung Podomoro. Mengingat harga tanah yang cukup tinggi, maka tanah yang akan dibeli hanya seluas 1.000 m2 saja. Setelah mengetahui bahwa tanah tersebut akan dipergunakan untuk membangun vihara, ternyata Anton Haliman atas nama Direksi PT. Agung Podomoro sebaliknya ingin menyumbangkan satu blok tanah seluas satu hektar kepada Saṅgha, asalkan ijin pembangunannya sudah didapatkan. Pernyataan PT. Agung Podomoro untuk menyumbangkan satu blok tanah seluas satu hektar tersebut dituangkan dalam surat resmi kepada Saṅgha Theravāda Indonesia dan diserahkan langsung oleh Anton Haliman kepada Bhikkhu Paññāvaro selaku Sekretaris Jenderal Saṅgha Theravada Indonesia dalam suatu rapat di kantor PT. Agung Podomoro, Sunter. Pada waktu itu Saṅgha Theravāda Indonesia dipimpin oleh Sekretaris Jenderal.
Sepertinya harus disampaikan ke Bapak Thio Kenghin jangan berbohong mengarang sejarah, Buddhism berbeda dengan religion lain, apapun alasannya nilai sebuah kebohongan adalah pelanggaran sila. Hanya dengan kejujuran kita bisa membangun sejarah yang baik.
saya memposting mengenai cerita ini di facebook saya,dan mendapatkan tanggapan sebagai berikut :
message seperti berikut :
dari Thio Kenghin :
Pemiliknya bukan Anton Haliman.
Sewaktu Bhante Sombat menujuk sebidang tanah di daerah Sunter ada sumur tua.
Bhante Sombhat sudah mengetahui pemilik tanah tsb di daerah selatan pintu rumahnya berbentuk Gapura Kerajaan Majapahit di Trowulan dan diruang tamunya ada Patung Dewa Garuda terbuat dari kayu.
Beberapa umat Buddha berkeinginan membeli seluas 10 x 20 M dari Badan Otorita Sunter. dan ditunjuk ke P.T. Agung Podomoro sebagai penguasa karena telah membebaskan tanah tersebut dan membuat Site Plan dan Sarana Penunjang seperti Jalan, Saluran air dan Waduk Sunter.
Mereka datang kesana diketemukan Bpk Anton Haliman.
Bpk Anton Haliman menolak menjual tanah tersebut peruntukannya untuk Vihara, walaupun mengaku ibunya pun Buddhist.
Dalam bayangan Bpk Anton Vihara itu sama seperti Vihara Wan Kiap Sie gg Tepekong Ps Baru dan Vihara Toa se bio Petak Sembilan dimana ibunya suka berkunjung.
Di depan Vihara Wan Kiap Sie ada juga Vihara Kwan Im yang dihuni oleh Cai cie upacara ritualnya pernah diprotes oleh lingkungannya memakai Tambur dan Kecring samapi masuk di koran.
Takut nanti peruntukan Vihara Dhammaccakkha Jaya nanti membuat tanah sekitarnya tidak laku.
Mereka datang kerumah bpk Anton dalam usaha mereka untuk mendapatkan sebidang Tanah tersebut (10 x 20 m), ternya rumah pak Anton pintunya depannya biasa bukan seperti yang digambarkan Bhante Sobhat dan diruang tamunya tidak ada Dewa Garuda.
Atas petunjuk Bhante Sombhat mencari ke daerah selatan dan berputar-putar didaerah jalan Teuku Umar dan jalan Tanjung No 8.
Tiba-2 seorang umat menujuk satu rumah pintu depannya bergaya Bali Rumah itu Jln Tanjung No 8. dan mereka turun berkunjung masuk kerumah tersebut dan mengutarakan maksud tujuannya membeli tanah di daerah Kawasan Badan Otorita Sunter.
Setelah dipersilakan masuk kedalam ruangan Tamu yang besar ternyata ada ukiran patung Garuda dari Bali. tepat seperti yang digambarkan oleh Bhante Sombhat.
Mereka lebih yakin lagi tidak salah alamat. dan ternyata itu rumah seorang Mayor Jenderal Dr, IS mantan penjabat BUMN yang terkenal.
Dengan ramah tamah mereka disambut oleh pemilik tanah.
Dan pemilik tanah menawarkan untuk mengambil satu blok saja. karena peruntukkannya untuk Vihara seperti yang mereka ceritakan tidak seperti bentuk Kelenteng. dan mengatakan dia asalnya dari Palembang yang pernah menjadi pusat Kerajaan Buddhis yang terkenal di Asia.
Mereka yang ingin membeli tanah tersebut terkejut atas tawaran yang diluar jangkauan biaya yang diperkirakan tersedia.
Dan lebih terkejut lagi tanah satu blok bukan untuk dijual tapi akan dihibakan olehnya.
Dan langsung menelepon bpk Anton Haliman untuk melaksanakan surat-2nya yang diperlukan yang akan dibuat di depan Notaris.
Jadi kesimpulan nya ibunda bpk Anton Haliman tidak mendapat informasi yang benar atau bpk Anton Haliman yang menutup informasi yang benar.
Mereka kelompok ini masih hidup.
Harap Sdr. Memperbaikinya informasinya supaya anda punya tulisan menjadi lebih valid
saya balas :
Ok.Nanti dikaji..Krn ada sumbernya,saya no comment,nanti mslh ini saya bw ke forum..Anumodana _/\_
di balas lagi :
Membuat sejarah yang salah juga menyebarkan kebohonganan. nanti cerita anda dianggap bohong juga.
Bhante Sombhat masih sering berkunjung ke Dhammacakkha Jaya.
Tante Mamy yang dijalan Kepu yang menrima tanah itu dari Mayor Jenderal IS masih hidup.
Pertanyaannya terlihat anda mendapatkan cerita dari sumber yang tidak benar.
Apakah anda mendapatkan cerita ini dari Sangha Agung.
buat TS ada comment?
Bro, coba lihat di Web Dhammacakka tentang sejarah Vihara: http://www.dhammacakka.org/index.php?option=com_content&view=article&id=67&Itemid=116
Kalimat ini saya kutip dari web tersebut tentang sejarah Vihara tersebut:
Setelah melalui pencarian yang cukup sulit, di daerah sekitar Ancol yang sedang diadakan pembangunan perumahan itulah akhirnya mereka menemukan sebuah tempat dengan ciri-ciri yang sesuai. Setelah mencari informasi, diketahui bahwa tanah tersebut milik PT. Agung Podomoro. Mengingat harga tanah yang cukup tinggi, maka tanah yang akan dibeli hanya seluas 1.000 m2 saja. Setelah mengetahui bahwa tanah tersebut akan dipergunakan untuk membangun vihara, ternyata Anton Haliman atas nama Direksi PT. Agung Podomoro sebaliknya ingin menyumbangkan satu blok tanah seluas satu hektar kepada Saṅgha, asalkan ijin pembangunannya sudah didapatkan. Pernyataan PT. Agung Podomoro untuk menyumbangkan satu blok tanah seluas satu hektar tersebut dituangkan dalam surat resmi kepada Saṅgha Theravāda Indonesia dan diserahkan langsung oleh Anton Haliman kepada Bhikkhu Paññāvaro selaku Sekretaris Jenderal Saṅgha Theravada Indonesia dalam suatu rapat di kantor PT. Agung Podomoro, Sunter. Pada waktu itu Saṅgha Theravāda Indonesia dipimpin oleh Sekretaris Jenderal.
Sepertinya harus disampaikan ke Bapak Thio Kenghin jangan berbohong mengarang sejarah, Buddhism berbeda dengan religion lain, apapun alasannya nilai sebuah kebohongan adalah pelanggaran sila. Hanya dengan kejujuran kita bisa membangun sejarah yang baik.
Coba tanyakan lagi.. Yang bener mana nih?
saya memposting mengenai cerita ini di facebook saya,dan mendapatkan tanggapan sebagai berikut :
message seperti berikut :
dari Thio Kenghin :
Pemiliknya bukan Anton Haliman.
Sewaktu Bhante Sombat menujuk sebidang tanah di daerah Sunter ada sumur tua.
Bhante Sombhat sudah mengetahui pemilik tanah tsb di daerah selatan pintu rumahnya berbentuk Gapura Kerajaan Majapahit di Trowulan dan diruang tamunya ada Patung Dewa Garuda terbuat dari kayu.
Beberapa umat Buddha berkeinginan membeli seluas 10 x 20 M dari Badan Otorita Sunter. dan ditunjuk ke P.T. Agung Podomoro sebagai penguasa karena telah membebaskan tanah tersebut dan membuat Site Plan dan Sarana Penunjang seperti Jalan, Saluran air dan Waduk Sunter.
Mereka datang kesana diketemukan Bpk Anton Haliman.
Bpk Anton Haliman menolak menjual tanah tersebut peruntukannya untuk Vihara, walaupun mengaku ibunya pun Buddhist.
Dalam bayangan Bpk Anton Vihara itu sama seperti Vihara Wan Kiap Sie gg Tepekong Ps Baru dan Vihara Toa se bio Petak Sembilan dimana ibunya suka berkunjung.
Di depan Vihara Wan Kiap Sie ada juga Vihara Kwan Im yang dihuni oleh Cai cie upacara ritualnya pernah diprotes oleh lingkungannya memakai Tambur dan Kecring samapi masuk di koran.
Takut nanti peruntukan Vihara Dhammaccakkha Jaya nanti membuat tanah sekitarnya tidak laku.
Mereka datang kerumah bpk Anton dalam usaha mereka untuk mendapatkan sebidang Tanah tersebut (10 x 20 m), ternya rumah pak Anton pintunya depannya biasa bukan seperti yang digambarkan Bhante Sobhat dan diruang tamunya tidak ada Dewa Garuda.
Atas petunjuk Bhante Sombhat mencari ke daerah selatan dan berputar-putar didaerah jalan Teuku Umar dan jalan Tanjung No 8.
Tiba-2 seorang umat menujuk satu rumah pintu depannya bergaya Bali Rumah itu Jln Tanjung No 8. dan mereka turun berkunjung masuk kerumah tersebut dan mengutarakan maksud tujuannya membeli tanah di daerah Kawasan Badan Otorita Sunter.
Setelah dipersilakan masuk kedalam ruangan Tamu yang besar ternyata ada ukiran patung Garuda dari Bali. tepat seperti yang digambarkan oleh Bhante Sombhat.
Mereka lebih yakin lagi tidak salah alamat. dan ternyata itu rumah seorang Mayor Jenderal Dr, IS mantan penjabat BUMN yang terkenal.
Dengan ramah tamah mereka disambut oleh pemilik tanah.
Dan pemilik tanah menawarkan untuk mengambil satu blok saja. karena peruntukkannya untuk Vihara seperti yang mereka ceritakan tidak seperti bentuk Kelenteng. dan mengatakan dia asalnya dari Palembang yang pernah menjadi pusat Kerajaan Buddhis yang terkenal di Asia.
Mereka yang ingin membeli tanah tersebut terkejut atas tawaran yang diluar jangkauan biaya yang diperkirakan tersedia.
Dan lebih terkejut lagi tanah satu blok bukan untuk dijual tapi akan dihibakan olehnya.
Dan langsung menelepon bpk Anton Haliman untuk melaksanakan surat-2nya yang diperlukan yang akan dibuat di depan Notaris.
Jadi kesimpulan nya ibunda bpk Anton Haliman tidak mendapat informasi yang benar atau bpk Anton Haliman yang menutup informasi yang benar.
Mereka kelompok ini masih hidup.
Harap Sdr. Memperbaikinya informasinya supaya anda punya tulisan menjadi lebih valid
saya balas :
Ok.Nanti dikaji..Krn ada sumbernya,saya no comment,nanti mslh ini saya bw ke forum..Anumodana _/\_
di balas lagi :
Membuat sejarah yang salah juga menyebarkan kebohonganan. nanti cerita anda dianggap bohong juga.
Bhante Sombhat masih sering berkunjung ke Dhammacakkha Jaya.
Tante Mamy yang dijalan Kepu yang menrima tanah itu dari Mayor Jenderal IS masih hidup.
Pertanyaannya terlihat anda mendapatkan cerita dari sumber yang tidak benar.
Apakah anda mendapatkan cerita ini dari Sangha Agung.
buat TS ada comment?
Bro, coba lihat di Web Dhammacakka tentang sejarah Vihara: http://www.dhammacakka.org/index.php?option=com_content&view=article&id=67&Itemid=116
Kalimat ini saya kutip dari web tersebut tentang sejarah Vihara tersebut:
Setelah melalui pencarian yang cukup sulit, di daerah sekitar Ancol yang sedang diadakan pembangunan perumahan itulah akhirnya mereka menemukan sebuah tempat dengan ciri-ciri yang sesuai. Setelah mencari informasi, diketahui bahwa tanah tersebut milik PT. Agung Podomoro. Mengingat harga tanah yang cukup tinggi, maka tanah yang akan dibeli hanya seluas 1.000 m2 saja. Setelah mengetahui bahwa tanah tersebut akan dipergunakan untuk membangun vihara, ternyata Anton Haliman atas nama Direksi PT. Agung Podomoro sebaliknya ingin menyumbangkan satu blok tanah seluas satu hektar kepada Saṅgha, asalkan ijin pembangunannya sudah didapatkan. Pernyataan PT. Agung Podomoro untuk menyumbangkan satu blok tanah seluas satu hektar tersebut dituangkan dalam surat resmi kepada Saṅgha Theravāda Indonesia dan diserahkan langsung oleh Anton Haliman kepada Bhikkhu Paññāvaro selaku Sekretaris Jenderal Saṅgha Theravada Indonesia dalam suatu rapat di kantor PT. Agung Podomoro, Sunter. Pada waktu itu Saṅgha Theravāda Indonesia dipimpin oleh Sekretaris Jenderal.
Sepertinya harus disampaikan ke Bapak Thio Kenghin jangan berbohong mengarang sejarah, Buddhism berbeda dengan religion lain, apapun alasannya nilai sebuah kebohongan adalah pelanggaran sila. Hanya dengan kejujuran kita bisa membangun sejarah yang baik.
Coba tanyakan lagi.. Yang bener mana nih?
Samanera yang saya hormati,
Dari yang saya ketahui pernyataan kedua-duanya benar, alamarhum Anton Haliman dan amarhum I*** S***** adalah rekan bisnis.Seperti yang umum terjadi di jaman Suharto, seringkali pejabat menyerahkan uangnya dan/atau fasilitas yang dimilikinya kepada orang lain untuk diolah.
Atau mengajak kerja-sama orang lain untuk berbisnis, jadi ia hanya memiliki saham pasif.
Kalau tidak salah para purnawirawan ABRI orde baru umumnya memiliki fasilitas-fasilitas untuk dikembangkan, pembagian tanah-tanah terlantar, hutan atau tanah-tanah bekas milik Belanda, atau tanah-tanah sitaan dari penguasa lama dsbnya.
Dalam hal ini Bhante Sombat bertemu keduanya, yaitu alm. I**** S***** dan alm. Anton Haliman.
Demikian yang saya ketahui.
^:)^
saya memposting mengenai cerita ini di facebook saya,dan mendapatkan tanggapan sebagai berikut :
message seperti berikut :
dari Thio Kenghin :
Pemiliknya bukan Anton Haliman.
Sewaktu Bhante Sombat menujuk sebidang tanah di daerah Sunter ada sumur tua.
Bhante Sombhat sudah mengetahui pemilik tanah tsb di daerah selatan pintu rumahnya berbentuk Gapura Kerajaan Majapahit di Trowulan dan diruang tamunya ada Patung Dewa Garuda terbuat dari kayu.
Beberapa umat Buddha berkeinginan membeli seluas 10 x 20 M dari Badan Otorita Sunter. dan ditunjuk ke P.T. Agung Podomoro sebagai penguasa karena telah membebaskan tanah tersebut dan membuat Site Plan dan Sarana Penunjang seperti Jalan, Saluran air dan Waduk Sunter.
Mereka datang kesana diketemukan Bpk Anton Haliman.
Bpk Anton Haliman menolak menjual tanah tersebut peruntukannya untuk Vihara, walaupun mengaku ibunya pun Buddhist.
Dalam bayangan Bpk Anton Vihara itu sama seperti Vihara Wan Kiap Sie gg Tepekong Ps Baru dan Vihara Toa se bio Petak Sembilan dimana ibunya suka berkunjung.
Di depan Vihara Wan Kiap Sie ada juga Vihara Kwan Im yang dihuni oleh Cai cie upacara ritualnya pernah diprotes oleh lingkungannya memakai Tambur dan Kecring samapi masuk di koran.
Takut nanti peruntukan Vihara Dhammaccakkha Jaya nanti membuat tanah sekitarnya tidak laku.
Mereka datang kerumah bpk Anton dalam usaha mereka untuk mendapatkan sebidang Tanah tersebut (10 x 20 m), ternya rumah pak Anton pintunya depannya biasa bukan seperti yang digambarkan Bhante Sobhat dan diruang tamunya tidak ada Dewa Garuda.
Atas petunjuk Bhante Sombhat mencari ke daerah selatan dan berputar-putar didaerah jalan Teuku Umar dan jalan Tanjung No 8.
Tiba-2 seorang umat menujuk satu rumah pintu depannya bergaya Bali Rumah itu Jln Tanjung No 8. dan mereka turun berkunjung masuk kerumah tersebut dan mengutarakan maksud tujuannya membeli tanah di daerah Kawasan Badan Otorita Sunter.
Setelah dipersilakan masuk kedalam ruangan Tamu yang besar ternyata ada ukiran patung Garuda dari Bali. tepat seperti yang digambarkan oleh Bhante Sombhat.
Mereka lebih yakin lagi tidak salah alamat. dan ternyata itu rumah seorang Mayor Jenderal Dr, IS mantan penjabat BUMN yang terkenal.
Dengan ramah tamah mereka disambut oleh pemilik tanah.
Dan pemilik tanah menawarkan untuk mengambil satu blok saja. karena peruntukkannya untuk Vihara seperti yang mereka ceritakan tidak seperti bentuk Kelenteng. dan mengatakan dia asalnya dari Palembang yang pernah menjadi pusat Kerajaan Buddhis yang terkenal di Asia.
Mereka yang ingin membeli tanah tersebut terkejut atas tawaran yang diluar jangkauan biaya yang diperkirakan tersedia.
Dan lebih terkejut lagi tanah satu blok bukan untuk dijual tapi akan dihibakan olehnya.
Dan langsung menelepon bpk Anton Haliman untuk melaksanakan surat-2nya yang diperlukan yang akan dibuat di depan Notaris.
Jadi kesimpulan nya ibunda bpk Anton Haliman tidak mendapat informasi yang benar atau bpk Anton Haliman yang menutup informasi yang benar.
Mereka kelompok ini masih hidup.
Harap Sdr. Memperbaikinya informasinya supaya anda punya tulisan menjadi lebih valid
saya balas :
Ok.Nanti dikaji..Krn ada sumbernya,saya no comment,nanti mslh ini saya bw ke forum..Anumodana _/\_
di balas lagi :
Membuat sejarah yang salah juga menyebarkan kebohonganan. nanti cerita anda dianggap bohong juga.
Bhante Sombhat masih sering berkunjung ke Dhammacakkha Jaya.
Tante Mamy yang dijalan Kepu yang menrima tanah itu dari Mayor Jenderal IS masih hidup.
Pertanyaannya terlihat anda mendapatkan cerita dari sumber yang tidak benar.
Apakah anda mendapatkan cerita ini dari Sangha Agung.
buat TS ada comment?
Bro, coba lihat di Web Dhammacakka tentang sejarah Vihara: http://www.dhammacakka.org/index.php?option=com_content&view=article&id=67&Itemid=116
Kalimat ini saya kutip dari web tersebut tentang sejarah Vihara tersebut:
Setelah melalui pencarian yang cukup sulit, di daerah sekitar Ancol yang sedang diadakan pembangunan perumahan itulah akhirnya mereka menemukan sebuah tempat dengan ciri-ciri yang sesuai. Setelah mencari informasi, diketahui bahwa tanah tersebut milik PT. Agung Podomoro. Mengingat harga tanah yang cukup tinggi, maka tanah yang akan dibeli hanya seluas 1.000 m2 saja. Setelah mengetahui bahwa tanah tersebut akan dipergunakan untuk membangun vihara, ternyata Anton Haliman atas nama Direksi PT. Agung Podomoro sebaliknya ingin menyumbangkan satu blok tanah seluas satu hektar kepada Saṅgha, asalkan ijin pembangunannya sudah didapatkan. Pernyataan PT. Agung Podomoro untuk menyumbangkan satu blok tanah seluas satu hektar tersebut dituangkan dalam surat resmi kepada Saṅgha Theravāda Indonesia dan diserahkan langsung oleh Anton Haliman kepada Bhikkhu Paññāvaro selaku Sekretaris Jenderal Saṅgha Theravada Indonesia dalam suatu rapat di kantor PT. Agung Podomoro, Sunter. Pada waktu itu Saṅgha Theravāda Indonesia dipimpin oleh Sekretaris Jenderal.
Sepertinya harus disampaikan ke Bapak Thio Kenghin jangan berbohong mengarang sejarah, Buddhism berbeda dengan religion lain, apapun alasannya nilai sebuah kebohongan adalah pelanggaran sila. Hanya dengan kejujuran kita bisa membangun sejarah yang baik.
Coba tanyakan lagi.. Yang bener mana nih?
Samanera yang saya hormati,
Dari yang saya ketahui pernyataan kedua-duanya benar, alamarhum Anton Haliman dan amarhum I*** S***** adalah rekan bisnis.Seperti yang umum terjadi di jaman Suharto, seringkali pejabat menyerahkan uangnya dan/atau fasilitas yang dimilikinya kepada orang lain untuk diolah.
Atau mengajak kerja-sama orang lain untuk berbisnis, jadi ia hanya memiliki saham pasif.
Kalau tidak salah para purnawirawan ABRI orde baru umumnya memiliki fasilitas-fasilitas untuk dikembangkan, pembagian tanah-tanah terlantar, hutan atau tanah-tanah bekas milik Belanda, atau tanah-tanah sitaan dari penguasa lama dsbnya.
Dalam hal ini Bhante Sombat bertemu keduanya, yaitu alm. I**** S***** dan alm. Anton Haliman.
Demikian yang saya ketahui.
^:)^
[at] lelaki
Disini tak ada niat sedikit-pun berbohong ato menutupi kebohongan
mungkin saja ..... ada kesalahan persepsi ato hal yg "terlupakan" ... yg memberi kesan seperti menutup-nutup .....
kalo bro lelaki mengetahui seluk-beluk sejarahnya
Silakan share _/\_ ......
Kalau sendiri tahu dan tidak menceritakan tapi mengatakan yang ada itu salah, lalu siapa yg manutup2xi ? Langsung saja bro :)
Kalau sendiri tahu dan tidak menceritakan tapi mengatakan yang ada itu salah, lalu siapa yg manutup2xi ? Langsung saja bro :)
Di luar cerita di atas, sedikit informasi untuk Anda, tanah berdirinya Vihara Dhammacakkajaya Sunter pun memiliki ‘kembarannya’ dan kisah tersendiri.
Konon Alm Bapak Anton Haliman (Pendiri Agung Podomoro Group) sewaktu mendonorkan tanah pada Sangha, tak memahami Sangha sudah mengkotakkan diri.
Seperti kebanyakan donatur lain, mereka masih berpikir semua biku adalah muridnya Ashin Jinarakkhita Mahathera dari Sangha Agung Indonesia. Mereka tak mengetahui ada biku-biku ‘lulusan’ Wat Bovoranives yang sudah memisahkan diri dari Sangha Agung Indonesia.
Jadi, tanah didanakan pada biku-biku ‘lulusan’ Wat Bovoranives tersebut, yang sekarang menjadi tempat berdirinya Vihara Dhammacakkajaya, Sunter.
Nah, belakangan setelah tanah itu terlanjur didanakan, barulah disadari biku-biku ‘lulusan’ Wat Bovoranives tersebut sudah memisahkan diri dari Ashin Jinarakkhita Mahathera di Sangha Agung Indonesia.
Karena perasaan tak enak hatinya pada Ashin Jinarakkhita Mahathera, Ibunda pendonor meminta anaknya kembali mendonorkan sebidang tanah yang sama pada Sangha, dalam hal ini pada Ashin Jinarakkhita Mahathera di Sangha Agung Indonesia.
Maka, donatur yang mendirikan perumahan elit di Sunter ini pun kembali mendonorkan sepetak tanah pada Sangha, kali ini pada Sangha Agung Indonesia. Lokasi tanah ini tak jauh dari Vihara Dhammacakkajaya, yakni di : JL. Agung Tengah 7 No.1 Blok B i/6 Sunter Agung Podomoro, dimana saat ini berdiri Sekolah Dharma Budi Bhakti.Setuju.....
Kalau sendiri tahu dan tidak menceritakan tapi mengatakan yang ada itu salah, lalu siapa yg manutup2xi ? Langsung saja bro :)Bro lelaki yang baik,
Setahu saya pada waktu memberikan tanah itu bapak Anton Haliman bukan hanya tak tahu Sangha mengkotakkan diri, ia bahkan tak tahu apa itu Sangha karena ia sekuler non-agama. Boleh tahu darimana sumber bro lelaki...? Apakah yang memberitahu anda mengenal langsung mereka..?
Offline williamhalim
* Sebelumnya: willibordus
* KalyanaMitta
* *****
* Thank You
* -Given: 75
* -Receive: 63
*
* Posts: 1.995
* Reputasi: 100
* Gender: Male
* Ain't Talkin' 'Bout Love
*
o Yahoo Instant Messenger - willibordus [at] gmail.com
Sejarah Organisasi Buddhist dan Sangha di Indonesia
« on: 15 January 2010, 11:47:46 AM »
* Quote
* Thank You
Saya lagi mengumpulkan data tentang Drs. Mochtar Rasyid, alm. dulu dikenal dengan nama Bhante Subbhato. Salah satu link yg sy temukan ketika mencari informasi mengenai Beliau adalah link ini: http://harpin.wordpress.com/pic-history/ . Link ini berisi artikel yg cukup informatif mengenai sejarah Sangha dan Organisasi Buddhist di Indonesia.
Sejarah yg baik adalah yg mencatat apa adanya, hitam atau putih telah berlalu. Mengetahui sejarah dan dapat belajar darinya adalah suatu kebijaksanaan.QuoteYang saya tahu, ibunda pak Anton adalah umat Buddha tradisi yang suka ke Vihara Sakyavanaram. Karena belakangan Ashin Jinarakkhita Mahathera tahu bahwa ibunda pak Anton adalah umat yang sering ke Vihara Sakyavanaram, kemudian ia juga meminta sebidang tanah melalui ibunda pak Anton.
:o :o :o =)) =)) =))
|-) |-) |-)
Thank you all.
Jangan berbuat jahat, perbanyak kebajikan, sucikan hati dan pikiran, itulah ajaran semua Buddha. :lotus: :lotus: :lotus:
Bye... < :-* <:-P ^:)^ ^:)^ ^:)^
Kalau sendiri tahu dan tidak menceritakan tapi mengatakan yang ada itu salah, lalu siapa yg manutup2xi ? Langsung saja bro :)Bro lelaki yang baik,
Setahu saya pada waktu memberikan tanah itu bapak Anton Haliman bukan hanya tak tahu Sangha mengkotakkan diri, ia bahkan tak tahu apa itu Sangha karena ia sekuler non-agama. Boleh tahu darimana sumber bro lelaki...? Apakah yang memberitahu anda mengenal langsung mereka..?
Offline williamhalim
* Sebelumnya: willibordus
* KalyanaMitta
* *****
* Thank You
* -Given: 75
* -Receive: 63
*
* Posts: 1.995
* Reputasi: 100
* Gender: Male
* Ain't Talkin' 'Bout Love
*
o Yahoo Instant Messenger - willibordus [at] gmail.com
Sejarah Organisasi Buddhist dan Sangha di Indonesia
« on: 15 January 2010, 11:47:46 AM »
* Quote
* Thank You
Saya lagi mengumpulkan data tentang Drs. Mochtar Rasyid, alm. dulu dikenal dengan nama Bhante Subbhato. Salah satu link yg sy temukan ketika mencari informasi mengenai Beliau adalah link ini: http://harpin.wordpress.com/pic-history/ . Link ini berisi artikel yg cukup informatif mengenai sejarah Sangha dan Organisasi Buddhist di Indonesia.
Sejarah yg baik adalah yg mencatat apa adanya, hitam atau putih telah berlalu. Mengetahui sejarah dan dapat belajar darinya adalah suatu kebijaksanaan.QuoteYang saya tahu, ibunda pak Anton adalah umat Buddha tradisi yang suka ke Vihara Sakyavanaram. Karena belakangan Ashin Jinarakkhita Mahathera tahu bahwa ibunda pak Anton adalah umat yang sering ke Vihara Sakyavanaram, kemudian ia juga meminta sebidang tanah melalui ibunda pak Anton.
:o :o :o =)) =)) =))
|-) |-) |-)
Thank you all.
Jangan berbuat jahat, perbanyak kebajikan, sucikan hati dan pikiran, itulah ajaran semua Buddha. :lotus: :lotus: :lotus:
Bye... < :-* <:-P ^:)^ ^:)^ ^:)^
well silahkan berbicara, kita sebagi umat hanya ada di pinggir dan mendoakan semoga semuanya sadar dengan apa yang mereka lalukan.
Bro Daimon, emang Sangha yang anda 'Senang, sayang dan Bangga' udah pasti 'Sempurna' !, karena dari tulisan yang anda kemukakan sepertinya sudah pasti kesalahan ada di pihak Sangha yang anda tidak suka karena berkhianat ('berkhianat' pendapat bro Daimon) !
Bro Daimon yang kamu kemukakan adalah curhat dari pandangan pribadi kamu, dimana hasil dari mendengar, isu, dan melihat hanya yang ada, tetapi ada hal2 lainnya masih belum bro Daimon ketahui,
karena hal menyangkut prilaku dari tokoh2 di kalangan Buddhis, jadi tidak boleh diceritakan.
Jadi alangkah baiknya jika bro Daimon tidak mencampuri urusan Sangha, dan janganlah menghakimi bahwa ada anggota Sangha yang berkhianat, cara itu bukanlah perbuatan baik !
IMO, tidak ada Sangha yang berkhianat, tapi memang sesuai dengan pandangan masing2 aliran yaitu pedoman Vinaya & Sila berbeda tidak mungkin bersatu.
Tapi karena semuanya mengaku ajaran Buddha, jadi untuk menampung aliran beberapa Sangha yang ada karena berbeda pedoman juga sudah terbentuk yaitu KASI.
Karena demikian yang ada, itulah yang harus kita akui.
Kita sebagai umat awam tentulah lebih bijak tidak mencampuri urusan Sangha. Karena para anggota Sangha lah lebih tahu apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan.
seperti tulisan Bro Fabian. saya setuju sekali, karena tidak berpihakan sesuai kenyataan yang ada.
_/\_
memang wa ada tulis berkhianat yah? di baca lagi toh post nya rasanya aku sudah berusaha berbicara secara netral sekali disini. Pernyataan yang daku tulis hanya menitik beratkan jangan sampai perbuataan terhadap Bhante Ashin Jinarakitha tidak terulang lagi di kemudian hari. toh daku juga masih umat Theravada.
Bro Lelaki yang baik,
Mungkin karena anda memiliki suatu "kemelekatan kuat" terhadap yang anda dengar dari satu sisi, oleh karena itu sikap anda terhadap hal ini bisa dimengerti, tolong coba tanyakan kepada bro Harpin yang anda jadikan sebagai acuan, darimanakah sumbernya?
Apakah ia mengenal tokoh sejarah yang terlibat?
Saya mengetahui sebagian sejarah Vihara Dhammacakkajaya sejak belum lahir, ketika STI masih bermarkas di Vihara Buddha Metta, saya mengenal secara pribadi bhante Sombat, saya mengenal secara pribadi pak Mochtar Rasyid, saya mengenal secara pribadi tante Chandra yang disebut tante Mamy yang di Kepu, saya mengenal pak Cucu Ali Hartono ketika saya masih aktif datang ke Vihara Dharma Kirti tahun 70-an, di Palembang jaman Bhiksuni Gunaloka (pak Cucu kemudian menjadi ketua MBI, saya rasa waktu itu namanya masih MUABI, ia diberikan tugas membangun tanah yang sekarang jadi sekolah Dharma Budi Bakti oleh Ashin Jinarakkkhita, ibu Suktadharmi adalah adik ipar nenek saya, kalau tidak salah juga menjadi anggota yayasan di DBB). Dan saya juga mengenal langsung pak Anton Haliman.
Bhante Sombat secara pribadi memberitahu saya dan beberapa teman-teman yang ketika itu sering ke Buddha Metta mengenai maksud beliau untuk membangun Vihara dan mencari tanah. Yang masih saya ingat beliau mengatakan langsung kepada saya ketika itu bahwa uang yang tersedia hanya berjumlah kira-kira Rp 33 juta rupiah.
Beliau juga mengajak saya berkunjung ke Sunter, di lokasi yang sekarang berdiri Vihara Dhammacakka waktu masih padang ilalang, ketika itu Sunter masih dianggap "tempat Jin buang anak" kami berteduh dibawah pohon sengon yang sampai sekarang masih tegak berdiri.
Pak Anton Haliman sendiri merasa puas setelah mendanakan tanahnya untuk Vihara, tanahnya yang tadinya tidak laku mendadak menjadi ramai luar biasa, banyak yang membeli, oleh karena itu beliau menyumbangkan lagi pagar untuk Vihara, yang masih berdiri sampai sekarang.
Dan saya tegaskan sekali lagi pak Anton Haliman baru mengenal Dhamma sejak pembangunan Vihara Dhammacakka. Sebelumnya ia non-agama/Buddhis KTP.
Nah sekarang coba jelaskan sumber anda, adakah sumber lain, selain dari blog bro Harpin? Dan coba tolong tanyakan sumber bro Harpin.
_/\_
fix the quote nestQuoteBro Lelaki yang baik,
Mungkin karena anda memiliki suatu "kemelekatan kuat" terhadap yang anda dengar dari satu sisi, oleh karena itu sikap anda terhadap hal ini bisa dimengerti, tolong coba tanyakan kepada bro Harpin yang anda jadikan sebagai acuan, darimanakah sumbernya?
Apakah ia mengenal tokoh sejarah yang terlibat?
Saya mengetahui sebagian sejarah Vihara Dhammacakkajaya sejak belum lahir, ketika STI masih bermarkas di Vihara Buddha Metta, saya mengenal secara pribadi bhante Sombat, saya mengenal secara pribadi pak Mochtar Rasyid, saya mengenal secara pribadi tante Chandra yang disebut tante Mamy yang di Kepu, saya mengenal pak Cucu Ali Hartono ketika saya masih aktif datang ke Vihara Dharma Kirti tahun 70-an, di Palembang jaman Bhiksuni Gunaloka (pak Cucu kemudian menjadi ketua MBI, saya rasa waktu itu namanya masih MUABI, ia diberikan tugas membangun tanah yang sekarang jadi sekolah Dharma Budi Bakti oleh Ashin Jinarakkkhita, ibu Suktadharmi adalah adik ipar nenek saya, kalau tidak salah juga menjadi anggota yayasan di DBB). Dan saya juga mengenal langsung pak Anton Haliman.
Bhante Sombat secara pribadi memberitahu saya dan beberapa teman-teman yang ketika itu sering ke Buddha Metta mengenai maksud beliau untuk membangun Vihara dan mencari tanah. Yang masih saya ingat beliau mengatakan langsung kepada saya ketika itu bahwa uang yang tersedia hanya berjumlah kira-kira Rp 33 juta rupiah.
Beliau juga mengajak saya berkunjung ke Sunter, di lokasi yang sekarang berdiri Vihara Dhammacakka waktu masih padang ilalang, ketika itu Sunter masih dianggap "tempat Jin buang anak" kami berteduh dibawah pohon sengon yang sampai sekarang masih tegak berdiri.
Pak Anton Haliman sendiri merasa puas setelah mendanakan tanahnya untuk Vihara, tanahnya yang tadinya tidak laku mendadak menjadi ramai luar biasa, banyak yang membeli, oleh karena itu beliau menyumbangkan lagi pagar untuk Vihara, yang masih berdiri sampai sekarang.
Dan saya tegaskan sekali lagi pak Anton Haliman baru mengenal Dhamma sejak pembangunan Vihara Dhammacakka. Sebelumnya ia non-agama/Buddhis KTP.
Nah sekarang coba jelaskan sumber anda, adakah sumber lain, selain dari blog bro Harpin? Dan coba tolong tanyakan sumber bro Harpin.
_/\_
Dear Bro Fabian yang anak angkat B.Thitaketuko yang sangat baik,
Sori baru selancar di room ini lagi.
Tidak ada diantara kita yang tidak melekat pada yang kita dengar dan baca di sini. Bagaimanapun pengalaman Anda, termasuk mengenal V. Dhammacakka sebelum lahir itu urusan Anda yang belum tentu benar. Itu tidak menambah nilai lebih seperti saya mengenal keluarga B.Thitaketuko di Bengkulu atau saya mengenal B.Uttamo sebelum beliau jadi bikkhu.
Saya hanya menkritisi postingan geng anda atas nama Thio Kenghin yang mengaku saksi hidup yang mengatakan Bapak Anton Haliman bukan donatur tanah di Dhammacakka, yang syukurlah setelah aku posting informasi dari web Dhammacakka tidak ada lagi yang menyangkal Bapak Anton Haliman adalah donatur vihara Dhammacakka Jaya.
Kalau Anda benar2 saksi hidup yang mengetahui, kenapa tidak dari 5 bulan lalu Anda membenarkan Anton Haliman adalah donatur tanah Vihara Dhammacakka? Kenapa harus menunggu postingan aku dulu? Berpijak dari sikap Anda saya meragukan kebenaran dan kenetralan informasi dari Anda sebagai saksi hidup, atau mungkin anda saksi yang tidak tahu apa2 behind the scene?Sekali lagi anda menuduh berdasarkan praduga-praduga tak mendasar. Saya baru tahu perkembangan thread ini jadi OOT setelah secara kebetulan membaca dan langsung saya jawab, secara kebetulan saya membaca postingan anda. Padahal ini thread mengenai pak Mochtar Rasyid, jadi saya tidak terlalu perhatikan.
Lagian Jenderal IS itu siapa sih? Kok kayak pencuri atau pelaku kriminal saja harus pakai inisial segala? Hahaha, memalukan.
Soal informasi dari Harpin lo tanya aja sendiri ke dia, bukannya kamu temen deket dia? Atau tanya aja sama yang posting tulisan dia di room ini, berani gak?Lho...? Bukankah anda sendiri yang memberi link ke blognya dia? Saya tidak mengenal Harpin atau kalaupun mungkin saya pernah mengenal, tapi saya tak tahu yang mana, tadinya saya menduga anda teman baik dia, sama-sama di Buddhayana...? (maaf berarti saya salah).
Udah deh, gue mau cabut dulu yah, mau shoping2 dulu. Nanti kalo ada waktu, atau kalo gak ngantuk gue layanin lagi postingan lo. Tapi gue orangnya agak males, xixixixi, moga2 aja lo punya karma baik matang jadi mendapat kesempatan ditanggapin gue. ;D Tapi biar gak ditanggapin gue, gue bebasin kok lo cuap2 sendiri di room ini, gue cukup jadi penonton aja.
Bye.
Bro Lelaki yang baik,
Bhante thitaketuko dan Bhante Uttamo tak ada hubungannya dengan masalah ini, anda di sekte Buddhayana, tentu saja saya mengerti akan sikap anda, sayang saya tidak tahu siapa anda karena memakai nick samaran menuduh ini dan itu dan berasumsi berbagai macam.
Tentu saja anda mengatakan belum tentu benar, karena saya rasa anda tidak mengenal secara langsung orang-orang yang terlibat, sumber anda hanya dari blog bro Harpin dan web Dhammacakka (tolong di koreksi bila salah).
Maaf saya secara pribadi tidak kenal dengan pak Thio Keng Hin (atau mungkin saya mengenal tapi tak tahu yang mana, karena fotonya di facebook tidak jelas)
Dan ini menjelaskan sikap anda yang memang suka menuduh orang secara serampangan, apakah menurut anda saya pernah menyangkal bahwa pak Anton sebagai donatur tanah Vihara Dhammacakka?
Saya hanya menyangkal postingan anda yang mengatakan pak Anton seolah-olah sudah mengenal Dhamma dengan mengatakan bahwa dia tidak tahu Sangha pecah. Itulah sebabnya saya nyatakan bahwa sebelum mengenal Bhante Sombat beliau tak mengenal Dhamma.
Sekali lagi anda menuduh berdasarkan praduga-praduga tak mendasar. Saya baru tahu perkembangan thread ini jadi OOT setelah secara kebetulan membaca dan langsung saya jawab, secara kebetulan saya membaca postingan anda. Padahal ini thread mengenai pak Mochtar Rasyid, jadi saya tidak terlalu perhatikan.
Saya tak mau membantah pernyataan anda bahwa saya tak tahu apa-apa, karena memang saya tak mengenal anda dan dari keterangan anda kelihatannya anda suka sekali mendengar sas-sus....
Jendral IS saya hanya berikan sedikit clue untuk anda, jendral ini teman dekat Presiden waktu itu, ia pernah mengepalai BUMN yang sangat kaya, pada jaman ia mengepalai BUMN tersebut ia dianggap salah satu pejabat paling kaya.
Sengaja saya tidak mengungkapkan namanya secara lengkap karena saya anggap kurang etis.
Tentu saja nama pejabat yang kaya harus disamarkan karena nanti orang bertanya darimana kekayaannya kan...?
Lho...? Bukankah anda sendiri yang memberi link ke blognya dia? Saya tidak mengenal Harpin atau kalaupun mungkin saya pernah mengenal, tapi saya tak tahu yang mana, tadinya saya menduga anda teman baik dia, sama-sama di Buddhayana...? (maaf berarti saya salah).
Ya sudah... saya tak ada maksud apa-apa kok... hanya memberikan sedikit yang saya ketahui untuk membantu meluruskan sejarah...bukankah kita sama-sama mengharapkan yang benar terungkap? Kebetulan saya tahu ceriteranya dari awal sebelum berdirinya, karena ketika remaja saya sangat senang ketemu Bhikkhu, terlebih lagi bila Bhikkhu tersebut Vinayanya baik. Itulah yang menyebabkan saya mengenal dekat Bhante Sombat dan Bhante-Bhante yang lain di Vihara Buddha Metta waktu itu.
.
Wah info yang baru buat saya.
[at] di atas:
Bayangkan jika ada bhikku, bhikkuni, samanera, samaneri, pandita, upasaka, upasika, dan umat awam yang saling ribut! Ujung tombak Buddha Dharma mau dikemanakan? kadang saya suka merasa miris melihat serta mendengarnya. Biarkan saya belum memiliki rasa tenang seimbang,
Kalau ada Buddha di hadapan saya, saya malu sekali, sungguh-sungguh malu! hufff..
Saya berharap kita semua dapat bergandengan tangan bersama memajukan Buddha Dharma di Indonesia!
Selain itu, para umat awam serta para pandita yang ada harus bahu membahu dan optimis dalam mengembangkan Buddha Dhamma. Tentunya bukan monopoli agama, tapi sikap hidup dan toleransi antar umat beragama. Action lebih berguna ketimbang Talk ^^