Permasalahan di Kota Sidoarjo
Wednesday, March 3, 2010 1:34 AM
From:
"megah detra"
Add sender to Contacts
To:
b_sudhammacaro [at] yahoo.com
Cc:
b_sudhammacaro [at] yahoo.com
Vihara Dharma Bhakti Sidoarjo berdiri 8 thn yg lalu dibawah pimpinan Romo Dhammamanggala Nogroho, sebelum ada Vihara Dharma Bhakti sebagian besar umat Buddha di Sidoarjo mengikuti kebaktian di Vihara-Vihara yg tersebar di kota Surabaya dan sebagian tetap sembahyang di kelenteng. Kelenteng Tjong Hok Kiong di Kota Sidoarjo telah berdiri ratusan tahun yang lalu, sebagian warga Tionghoa di Sidoarjo pada awalnya adalah pemeluk agama Konghucu dan Buddha.
Seperti telah diketahui bahwa agama kr****n sangat agresif sekali mencari umat utk direkrut dan rajin pula mendirikan gereja-gereja. Sebagian umat Konghucu banyak yg berpindah ke agama kr****n setelah diselidiki ternyata mereka yg pindah agama tersebut tidak mempunyai pengetahuan sama sekali baik agama Buddha maupun Konghucu, mereka mudah dihasut dgn doktrin menyembah berhala. Mereka buta sama sekali akan pengetahuan agama misalnya : apa gunanya dupa, dewa A atau B kenapa dipuja dan bagaimana riwayatnya...itu semua mereka tdk tahu dan bahkan setiap tanggal 1 dan 15 imlek mereka kebanyakan hanya berdoa asal berdoa kemudian makan-makan dan pulang.
Hal ini memicu Romo utk semakin gencar memberitakan Dhamma baik kepada umat yg ada di kelenteng dan rupanya ini memicu suatu kecemburuan bagi pengurus Kelenteng sebab pada mulanya Romo hanyalah anak dari seorg "pesuruh" Kelenteng, mungkin mereka merasa malu karena dipimpin oleh seorang anak yg statusnya jauh di bawah para pengurus Kelenteng. Romo pernah mengusulkan pada para pengurus Kelenteng agar dirinya diberi kesempatan utk memberikan ceramah agama di kelenteng sekaligus melakukan pembinaan kepada umat, bahkan surat pengajuan resmi juga sudah diberikan, tetapi tetap saja bertepuk sebelah tangan...alasannya cukup klise : ruang yg diajukan Romo utk melakukan kbaktian dan pembinanaan agama Buddha akan digunakan utk sesuatu yg lain yaitu karaoke dan memang akhirnya ruang tersebut dibangun utk karaoke dgn fasilitas yg serba wah....
Ketegangan kian memuncak ketika Romo ditunjuk sebagai pemimpin agama Buddha di Sidoarjo, sekaligus diangkat sebagai Dharma Duta sekaligus juga diangkat sebagai Ketua Walubi Sidoarjo oleh Ketua Walubi Jatim Prof. Philip walaupun tanpa SK. Para pengurus kelenteng merasa dilangkahi maka dari itu mereka bersama-sama dgn Ketua Kelenteng kota Gresik yg juga merangkap Wakil Ketua Walubi Jatim melakukan somasi pada Romo agar tdk membawa-bawa nama Walubi di kota Sidoarjo (disini jelas terlihat tdk adanya koordinasi antara Ketua dan Wakil Ketua Walubi Jatim).
Akhirnya terjadi pembunuhan karakter atas pribadi Romo mulai menuduh korupsi, membohongi umat dan Pendeta yg mengaku-ngaku sebagai pendeta, vihara -viharaan dsb. Padahal SK dari pemerintah telah dikantongi Romo mulai pendirian Vihara sampai pengangkatan pemimpin agama Buddha. Banyak juga umat yg terpancing sehingga sedikit demi sedikit mulai berkurang, tetapi Dhamma tetap dibabarkan... Istilahnya dianggap anjing menggonggong kafilah berlalu. Setiap kali Romo berusaha mendekati pihak kelenteng tetapi tetap saja tdk berhasil, mereka pengurus kelenteng dgn tegas menyatakan kelenteng milik Konghucu (kalau milik Konghucu ngapain mereka ngurusi Walubi yg sama dgn agama Buddha).
Masih banyak sekali Bhante yg tdk dpt saya utarakan, terus terang saya paling bangga dgn Kelenteng di Kota Malang dan Madiun, di tempat itu saya bisa merasakan indahnya kebersamaan...tetapi di Sidoarjo
Rasanya sulit, tetapi saya yakin bahwa saat-saat yang indah itu akan terwujud suatu ketika...terima kasih Bhante...
Semoga semua makhluk hidup berbahagia...
Sidoarjo- Jatim.
Megah Detra
ini sy hanya copas aja~
ini benar ga ya??? kalau benar sungguh menyedihkan
tnyt ketegangan antara umat buddha dan konghucu jg ada