//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Sejarah Organisasi Buddhist dan Sangha di Indonesia  (Read 47211 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Sejarah Organisasi Buddhist dan Sangha di Indonesia
« Reply #60 on: 09 July 2010, 11:50:39 AM »

loh yang unik kalo dari minangkabau ya?  kalo dari madura, atau manado unik ngga? :)
madura kental dengan Islam , Manado kental dengan kr****n ... ada juga kan yang jadi Bhikku orang madura & manado asli

Mengenai Madura / Manado, sy kurang tau krn saya terlahir dan besar di Sumatera Barat.

Jadi, bagi saya, dengan kondisi Sumatera Barat yg memegang teguh adat basandi syarik, syarik basandi kitabulah (adat berdasarkan syari'at dan syari'at berdasarkan alquran), maka cukup mengagumkan bisa muncul seorang Bhikkhu dari lingkungan begini.

Mungkin yg dari Manado / Madura lebih mengetahui situasi wilayahnya masing2 dan siapa tau bisa tertarik mengumpulkan dan menyusun artikel2 yg serupa.

Quote
oh ya... mengenai minangkabau, adat istiadatnya itu berasal dari kerajaan pagaruyung kerajaan buddhis, sebelum masuknya agama Islam


Betul Bro, di abad ke 13, Sumatera Barat (termasuk Jambi dan Palembang) dibawah kerajaan Pagaruyung (masih berkaitan dengan kerajaan Sriwijaya). Raja yg terkenal adalah Adityawarman. Kerajaan ini memeluk agama Buddha Tantra (bercampur Hinduisme). Sampai sekarang sisa2 candi masih ada di Sumatera Tengah dan sama sekali tidak terpelihara.

Saya juga akan mengumpulkan data2 dan mendokumentasi sisa2 candi yg sekarang terbengkalai ini.

Saya perhatikan, ada sedikit kecenderungan untuk menutup2i kenyataan bahwa Sumatera Barat ternyata dulu kerajaan Buddhist besar, terlebih tahun2 belakangan ini. Banyak literatur soal sejarah Minangkabau yg baru, yg hanya menyebutkan Adityawarman dan Pagaruyung tanpa mau menyinggung2 kepercayaan yg mereka anut dulu.


::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Sejarah Organisasi Buddhist dan Sangha di Indonesia
« Reply #61 on: 09 July 2010, 04:22:33 PM »
partikelir = Parti-kelir = Party - Kelir
Party = pesta
Kelir = warna
Pesta warna ?

arti partikelir ada beberapa :
bukan untuk umum
bukan kepunyaan pemerintah
bukan (milik) dinas
swasta.

maaf tuhan sumedho ! ;D
 _/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline lelaki

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 7
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Sejarah Organisasi Buddhist dan Sangha di Indonesia
« Reply #62 on: 20 July 2010, 03:00:23 AM »
saya memposting mengenai cerita ini di facebook saya,dan mendapatkan tanggapan sebagai berikut :

message seperti berikut :

dari Thio Kenghin :
Pemiliknya bukan Anton Haliman.
Sewaktu Bhante Sombat menujuk sebidang tanah di daerah Sunter ada sumur tua.
Bhante Sombhat sudah mengetahui pemilik tanah tsb di daerah selatan pintu rumahnya berbentuk Gapura Kerajaan Majapahit di Trowulan dan diruang tamunya ada Patung Dewa Garuda terbuat dari kayu.
Beberapa umat Buddha berkeinginan membeli seluas 10 x 20 M dari Badan Otorita Sunter. dan ditunjuk ke P.T. Agung Podomoro sebagai penguasa karena telah membebaskan tanah tersebut dan membuat Site Plan dan Sarana Penunjang seperti Jalan, Saluran air dan Waduk Sunter.
Mereka datang kesana diketemukan Bpk Anton Haliman.
Bpk Anton Haliman menolak menjual tanah tersebut peruntukannya untuk Vihara, walaupun mengaku ibunya pun Buddhist.
Dalam bayangan Bpk Anton Vihara itu sama seperti Vihara Wan Kiap Sie gg Tepekong Ps Baru dan Vihara Toa se bio Petak Sembilan dimana ibunya suka berkunjung.
Di depan Vihara Wan Kiap Sie ada juga Vihara Kwan Im yang dihuni oleh Cai cie upacara ritualnya pernah diprotes oleh lingkungannya memakai Tambur dan Kecring samapi masuk di koran.
Takut nanti peruntukan Vihara Dhammaccakkha Jaya nanti membuat tanah sekitarnya tidak laku.
Mereka datang kerumah bpk Anton dalam usaha mereka untuk mendapatkan sebidang Tanah tersebut (10 x 20 m), ternya rumah pak Anton pintunya depannya biasa bukan seperti yang digambarkan Bhante Sobhat dan diruang tamunya tidak ada Dewa Garuda.
Atas petunjuk Bhante Sombhat mencari ke daerah selatan dan berputar-putar didaerah jalan Teuku Umar dan jalan Tanjung No 8.
Tiba-2 seorang umat menujuk satu rumah pintu depannya bergaya Bali Rumah itu Jln Tanjung No 8. dan mereka turun berkunjung masuk kerumah tersebut dan mengutarakan maksud tujuannya membeli tanah di daerah Kawasan Badan Otorita Sunter.
Setelah dipersilakan masuk kedalam ruangan Tamu yang besar ternyata ada ukiran patung Garuda dari Bali. tepat seperti yang digambarkan oleh Bhante Sombhat.
Mereka lebih yakin lagi tidak salah alamat. dan ternyata itu rumah seorang Mayor Jenderal Dr, IS mantan penjabat BUMN yang terkenal.
Dengan ramah tamah mereka disambut oleh pemilik tanah.
Dan pemilik tanah menawarkan untuk mengambil satu blok saja. karena peruntukkannya untuk Vihara seperti yang mereka ceritakan tidak seperti bentuk Kelenteng. dan mengatakan dia asalnya dari Palembang yang pernah menjadi pusat Kerajaan Buddhis yang terkenal di Asia.
Mereka yang ingin membeli tanah tersebut terkejut atas tawaran yang diluar jangkauan biaya yang diperkirakan tersedia.
Dan lebih terkejut lagi tanah satu blok bukan untuk dijual tapi akan dihibakan olehnya.
Dan langsung menelepon bpk Anton Haliman untuk melaksanakan surat-2nya yang diperlukan yang akan dibuat di depan Notaris.
Jadi kesimpulan nya ibunda bpk Anton Haliman tidak mendapat informasi yang benar atau bpk Anton Haliman yang menutup informasi yang benar.
Mereka kelompok ini masih hidup.
Harap Sdr. Memperbaikinya informasinya supaya anda punya tulisan menjadi lebih valid

saya balas :

Ok.Nanti dikaji..Krn ada sumbernya,saya no comment,nanti mslh ini saya bw ke forum..Anumodana _/\_

di balas lagi :
Membuat sejarah yang salah juga menyebarkan kebohonganan. nanti cerita anda dianggap bohong juga.

Bhante Sombhat masih sering berkunjung ke Dhammacakkha Jaya.

Tante Mamy yang dijalan Kepu yang menrima tanah itu dari Mayor Jenderal IS masih hidup.

Pertanyaannya terlihat anda mendapatkan cerita dari sumber yang tidak benar.
Apakah anda mendapatkan cerita ini dari Sangha Agung.

buat TS ada comment?

Bro, coba lihat di Web Dhammacakka tentang sejarah Vihara: http://www.dhammacakka.org/index.php?option=com_content&view=article&id=67&Itemid=116

Kalimat ini saya kutip dari web tersebut tentang sejarah Vihara tersebut:
Setelah melalui pencarian yang cukup sulit, di daerah sekitar Ancol yang sedang diadakan pembangunan perumahan itulah akhirnya mereka menemukan sebuah tempat dengan ciri-ciri yang sesuai. Setelah mencari informasi, diketahui bahwa tanah tersebut milik PT. Agung Podomoro. Mengingat harga tanah yang cukup tinggi, maka tanah yang akan dibeli hanya seluas 1.000 m2  saja. Setelah mengetahui bahwa tanah tersebut akan dipergunakan untuk membangun vihara, ternyata Anton Haliman atas nama Direksi PT. Agung Podomoro sebaliknya ingin menyumbangkan satu blok tanah seluas satu hektar kepada Saṅgha, asalkan ijin pembangunannya sudah didapatkan. Pernyataan PT. Agung Podomoro untuk menyumbangkan satu blok tanah seluas satu hektar tersebut dituangkan dalam surat resmi kepada Saṅgha Theravāda Indonesia dan diserahkan langsung oleh Anton Haliman kepada Bhikkhu Paññāvaro selaku Sekretaris Jenderal Saṅgha Theravada Indonesia dalam suatu rapat di kantor PT. Agung Podomoro, Sunter. Pada waktu itu Saṅgha Theravāda Indonesia dipimpin oleh Sekretaris Jenderal.



Sepertinya harus disampaikan ke Bapak Thio Kenghin jangan berbohong mengarang sejarah, Buddhism berbeda dengan religion lain, apapun alasannya nilai sebuah kebohongan adalah pelanggaran sila. Hanya dengan kejujuran kita bisa membangun sejarah yang baik.

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Sejarah Organisasi Buddhist dan Sangha di Indonesia
« Reply #63 on: 21 July 2010, 01:26:48 AM »
saya memposting mengenai cerita ini di facebook saya,dan mendapatkan tanggapan sebagai berikut :

message seperti berikut :

dari Thio Kenghin :
Pemiliknya bukan Anton Haliman.
Sewaktu Bhante Sombat menujuk sebidang tanah di daerah Sunter ada sumur tua.
Bhante Sombhat sudah mengetahui pemilik tanah tsb di daerah selatan pintu rumahnya berbentuk Gapura Kerajaan Majapahit di Trowulan dan diruang tamunya ada Patung Dewa Garuda terbuat dari kayu.
Beberapa umat Buddha berkeinginan membeli seluas 10 x 20 M dari Badan Otorita Sunter. dan ditunjuk ke P.T. Agung Podomoro sebagai penguasa karena telah membebaskan tanah tersebut dan membuat Site Plan dan Sarana Penunjang seperti Jalan, Saluran air dan Waduk Sunter.
Mereka datang kesana diketemukan Bpk Anton Haliman.
Bpk Anton Haliman menolak menjual tanah tersebut peruntukannya untuk Vihara, walaupun mengaku ibunya pun Buddhist.
Dalam bayangan Bpk Anton Vihara itu sama seperti Vihara Wan Kiap Sie gg Tepekong Ps Baru dan Vihara Toa se bio Petak Sembilan dimana ibunya suka berkunjung.
Di depan Vihara Wan Kiap Sie ada juga Vihara Kwan Im yang dihuni oleh Cai cie upacara ritualnya pernah diprotes oleh lingkungannya memakai Tambur dan Kecring samapi masuk di koran.
Takut nanti peruntukan Vihara Dhammaccakkha Jaya nanti membuat tanah sekitarnya tidak laku.
Mereka datang kerumah bpk Anton dalam usaha mereka untuk mendapatkan sebidang Tanah tersebut (10 x 20 m), ternya rumah pak Anton pintunya depannya biasa bukan seperti yang digambarkan Bhante Sobhat dan diruang tamunya tidak ada Dewa Garuda.
Atas petunjuk Bhante Sombhat mencari ke daerah selatan dan berputar-putar didaerah jalan Teuku Umar dan jalan Tanjung No 8.
Tiba-2 seorang umat menujuk satu rumah pintu depannya bergaya Bali Rumah itu Jln Tanjung No 8. dan mereka turun berkunjung masuk kerumah tersebut dan mengutarakan maksud tujuannya membeli tanah di daerah Kawasan Badan Otorita Sunter.
Setelah dipersilakan masuk kedalam ruangan Tamu yang besar ternyata ada ukiran patung Garuda dari Bali. tepat seperti yang digambarkan oleh Bhante Sombhat.
Mereka lebih yakin lagi tidak salah alamat. dan ternyata itu rumah seorang Mayor Jenderal Dr, IS mantan penjabat BUMN yang terkenal.
Dengan ramah tamah mereka disambut oleh pemilik tanah.
Dan pemilik tanah menawarkan untuk mengambil satu blok saja. karena peruntukkannya untuk Vihara seperti yang mereka ceritakan tidak seperti bentuk Kelenteng. dan mengatakan dia asalnya dari Palembang yang pernah menjadi pusat Kerajaan Buddhis yang terkenal di Asia.
Mereka yang ingin membeli tanah tersebut terkejut atas tawaran yang diluar jangkauan biaya yang diperkirakan tersedia.
Dan lebih terkejut lagi tanah satu blok bukan untuk dijual tapi akan dihibakan olehnya.
Dan langsung menelepon bpk Anton Haliman untuk melaksanakan surat-2nya yang diperlukan yang akan dibuat di depan Notaris.
Jadi kesimpulan nya ibunda bpk Anton Haliman tidak mendapat informasi yang benar atau bpk Anton Haliman yang menutup informasi yang benar.
Mereka kelompok ini masih hidup.
Harap Sdr. Memperbaikinya informasinya supaya anda punya tulisan menjadi lebih valid

saya balas :

Ok.Nanti dikaji..Krn ada sumbernya,saya no comment,nanti mslh ini saya bw ke forum..Anumodana _/\_

di balas lagi :
Membuat sejarah yang salah juga menyebarkan kebohonganan. nanti cerita anda dianggap bohong juga.

Bhante Sombhat masih sering berkunjung ke Dhammacakkha Jaya.

Tante Mamy yang dijalan Kepu yang menrima tanah itu dari Mayor Jenderal IS masih hidup.

Pertanyaannya terlihat anda mendapatkan cerita dari sumber yang tidak benar.
Apakah anda mendapatkan cerita ini dari Sangha Agung.

buat TS ada comment?

Bro, coba lihat di Web Dhammacakka tentang sejarah Vihara: http://www.dhammacakka.org/index.php?option=com_content&view=article&id=67&Itemid=116

Kalimat ini saya kutip dari web tersebut tentang sejarah Vihara tersebut:
Setelah melalui pencarian yang cukup sulit, di daerah sekitar Ancol yang sedang diadakan pembangunan perumahan itulah akhirnya mereka menemukan sebuah tempat dengan ciri-ciri yang sesuai. Setelah mencari informasi, diketahui bahwa tanah tersebut milik PT. Agung Podomoro. Mengingat harga tanah yang cukup tinggi, maka tanah yang akan dibeli hanya seluas 1.000 m2  saja. Setelah mengetahui bahwa tanah tersebut akan dipergunakan untuk membangun vihara, ternyata Anton Haliman atas nama Direksi PT. Agung Podomoro sebaliknya ingin menyumbangkan satu blok tanah seluas satu hektar kepada Saṅgha, asalkan ijin pembangunannya sudah didapatkan. Pernyataan PT. Agung Podomoro untuk menyumbangkan satu blok tanah seluas satu hektar tersebut dituangkan dalam surat resmi kepada Saṅgha Theravāda Indonesia dan diserahkan langsung oleh Anton Haliman kepada Bhikkhu Paññāvaro selaku Sekretaris Jenderal Saṅgha Theravada Indonesia dalam suatu rapat di kantor PT. Agung Podomoro, Sunter. Pada waktu itu Saṅgha Theravāda Indonesia dipimpin oleh Sekretaris Jenderal.



Sepertinya harus disampaikan ke Bapak Thio Kenghin jangan berbohong mengarang sejarah, Buddhism berbeda dengan religion lain, apapun alasannya nilai sebuah kebohongan adalah pelanggaran sila. Hanya dengan kejujuran kita bisa membangun sejarah yang baik.


Coba tanyakan lagi.. Yang bener mana nih?

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Sejarah Organisasi Buddhist dan Sangha di Indonesia
« Reply #64 on: 21 July 2010, 09:08:19 AM »
saya memposting mengenai cerita ini di facebook saya,dan mendapatkan tanggapan sebagai berikut :

message seperti berikut :

dari Thio Kenghin :
Pemiliknya bukan Anton Haliman.
Sewaktu Bhante Sombat menujuk sebidang tanah di daerah Sunter ada sumur tua.
Bhante Sombhat sudah mengetahui pemilik tanah tsb di daerah selatan pintu rumahnya berbentuk Gapura Kerajaan Majapahit di Trowulan dan diruang tamunya ada Patung Dewa Garuda terbuat dari kayu.
Beberapa umat Buddha berkeinginan membeli seluas 10 x 20 M dari Badan Otorita Sunter. dan ditunjuk ke P.T. Agung Podomoro sebagai penguasa karena telah membebaskan tanah tersebut dan membuat Site Plan dan Sarana Penunjang seperti Jalan, Saluran air dan Waduk Sunter.
Mereka datang kesana diketemukan Bpk Anton Haliman.
Bpk Anton Haliman menolak menjual tanah tersebut peruntukannya untuk Vihara, walaupun mengaku ibunya pun Buddhist.
Dalam bayangan Bpk Anton Vihara itu sama seperti Vihara Wan Kiap Sie gg Tepekong Ps Baru dan Vihara Toa se bio Petak Sembilan dimana ibunya suka berkunjung.
Di depan Vihara Wan Kiap Sie ada juga Vihara Kwan Im yang dihuni oleh Cai cie upacara ritualnya pernah diprotes oleh lingkungannya memakai Tambur dan Kecring samapi masuk di koran.
Takut nanti peruntukan Vihara Dhammaccakkha Jaya nanti membuat tanah sekitarnya tidak laku.
Mereka datang kerumah bpk Anton dalam usaha mereka untuk mendapatkan sebidang Tanah tersebut (10 x 20 m), ternya rumah pak Anton pintunya depannya biasa bukan seperti yang digambarkan Bhante Sobhat dan diruang tamunya tidak ada Dewa Garuda.
Atas petunjuk Bhante Sombhat mencari ke daerah selatan dan berputar-putar didaerah jalan Teuku Umar dan jalan Tanjung No 8.
Tiba-2 seorang umat menujuk satu rumah pintu depannya bergaya Bali Rumah itu Jln Tanjung No 8. dan mereka turun berkunjung masuk kerumah tersebut dan mengutarakan maksud tujuannya membeli tanah di daerah Kawasan Badan Otorita Sunter.
Setelah dipersilakan masuk kedalam ruangan Tamu yang besar ternyata ada ukiran patung Garuda dari Bali. tepat seperti yang digambarkan oleh Bhante Sombhat.
Mereka lebih yakin lagi tidak salah alamat. dan ternyata itu rumah seorang Mayor Jenderal Dr, IS mantan penjabat BUMN yang terkenal.
Dengan ramah tamah mereka disambut oleh pemilik tanah.
Dan pemilik tanah menawarkan untuk mengambil satu blok saja. karena peruntukkannya untuk Vihara seperti yang mereka ceritakan tidak seperti bentuk Kelenteng. dan mengatakan dia asalnya dari Palembang yang pernah menjadi pusat Kerajaan Buddhis yang terkenal di Asia.
Mereka yang ingin membeli tanah tersebut terkejut atas tawaran yang diluar jangkauan biaya yang diperkirakan tersedia.
Dan lebih terkejut lagi tanah satu blok bukan untuk dijual tapi akan dihibakan olehnya.
Dan langsung menelepon bpk Anton Haliman untuk melaksanakan surat-2nya yang diperlukan yang akan dibuat di depan Notaris.
Jadi kesimpulan nya ibunda bpk Anton Haliman tidak mendapat informasi yang benar atau bpk Anton Haliman yang menutup informasi yang benar.
Mereka kelompok ini masih hidup.
Harap Sdr. Memperbaikinya informasinya supaya anda punya tulisan menjadi lebih valid

saya balas :

Ok.Nanti dikaji..Krn ada sumbernya,saya no comment,nanti mslh ini saya bw ke forum..Anumodana _/\_

di balas lagi :
Membuat sejarah yang salah juga menyebarkan kebohonganan. nanti cerita anda dianggap bohong juga.

Bhante Sombhat masih sering berkunjung ke Dhammacakkha Jaya.

Tante Mamy yang dijalan Kepu yang menrima tanah itu dari Mayor Jenderal IS masih hidup.

Pertanyaannya terlihat anda mendapatkan cerita dari sumber yang tidak benar.
Apakah anda mendapatkan cerita ini dari Sangha Agung.

buat TS ada comment?

Bro, coba lihat di Web Dhammacakka tentang sejarah Vihara: http://www.dhammacakka.org/index.php?option=com_content&view=article&id=67&Itemid=116

Kalimat ini saya kutip dari web tersebut tentang sejarah Vihara tersebut:
Setelah melalui pencarian yang cukup sulit, di daerah sekitar Ancol yang sedang diadakan pembangunan perumahan itulah akhirnya mereka menemukan sebuah tempat dengan ciri-ciri yang sesuai. Setelah mencari informasi, diketahui bahwa tanah tersebut milik PT. Agung Podomoro. Mengingat harga tanah yang cukup tinggi, maka tanah yang akan dibeli hanya seluas 1.000 m2  saja. Setelah mengetahui bahwa tanah tersebut akan dipergunakan untuk membangun vihara, ternyata Anton Haliman atas nama Direksi PT. Agung Podomoro sebaliknya ingin menyumbangkan satu blok tanah seluas satu hektar kepada Saṅgha, asalkan ijin pembangunannya sudah didapatkan. Pernyataan PT. Agung Podomoro untuk menyumbangkan satu blok tanah seluas satu hektar tersebut dituangkan dalam surat resmi kepada Saṅgha Theravāda Indonesia dan diserahkan langsung oleh Anton Haliman kepada Bhikkhu Paññāvaro selaku Sekretaris Jenderal Saṅgha Theravada Indonesia dalam suatu rapat di kantor PT. Agung Podomoro, Sunter. Pada waktu itu Saṅgha Theravāda Indonesia dipimpin oleh Sekretaris Jenderal.



Sepertinya harus disampaikan ke Bapak Thio Kenghin jangan berbohong mengarang sejarah, Buddhism berbeda dengan religion lain, apapun alasannya nilai sebuah kebohongan adalah pelanggaran sila. Hanya dengan kejujuran kita bisa membangun sejarah yang baik.


Coba tanyakan lagi.. Yang bener mana nih?

Samanera yang saya hormati,
Dari yang saya ketahui pernyataan kedua-duanya benar, alamarhum Anton Haliman dan amarhum I*** S***** adalah rekan bisnis.Seperti yang umum terjadi di jaman Suharto, seringkali pejabat menyerahkan uangnya dan/atau fasilitas yang dimilikinya kepada orang lain untuk diolah.
Atau mengajak kerja-sama orang lain untuk berbisnis, jadi ia hanya memiliki saham pasif.

Kalau tidak salah para purnawirawan ABRI orde baru umumnya memiliki fasilitas-fasilitas untuk dikembangkan, pembagian tanah-tanah terlantar, hutan atau tanah-tanah bekas milik Belanda, atau  tanah-tanah sitaan dari penguasa lama dsbnya.

Dalam hal ini Bhante Sombat bertemu keduanya, yaitu alm. I**** S***** dan alm. Anton Haliman.

Demikian yang saya ketahui.

  ^:)^
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Sejarah Organisasi Buddhist dan Sangha di Indonesia
« Reply #65 on: 21 July 2010, 09:50:56 AM »
saya memposting mengenai cerita ini di facebook saya,dan mendapatkan tanggapan sebagai berikut :

message seperti berikut :

dari Thio Kenghin :
Pemiliknya bukan Anton Haliman.
Sewaktu Bhante Sombat menujuk sebidang tanah di daerah Sunter ada sumur tua.
Bhante Sombhat sudah mengetahui pemilik tanah tsb di daerah selatan pintu rumahnya berbentuk Gapura Kerajaan Majapahit di Trowulan dan diruang tamunya ada Patung Dewa Garuda terbuat dari kayu.
Beberapa umat Buddha berkeinginan membeli seluas 10 x 20 M dari Badan Otorita Sunter. dan ditunjuk ke P.T. Agung Podomoro sebagai penguasa karena telah membebaskan tanah tersebut dan membuat Site Plan dan Sarana Penunjang seperti Jalan, Saluran air dan Waduk Sunter.
Mereka datang kesana diketemukan Bpk Anton Haliman.
Bpk Anton Haliman menolak menjual tanah tersebut peruntukannya untuk Vihara, walaupun mengaku ibunya pun Buddhist.
Dalam bayangan Bpk Anton Vihara itu sama seperti Vihara Wan Kiap Sie gg Tepekong Ps Baru dan Vihara Toa se bio Petak Sembilan dimana ibunya suka berkunjung.
Di depan Vihara Wan Kiap Sie ada juga Vihara Kwan Im yang dihuni oleh Cai cie upacara ritualnya pernah diprotes oleh lingkungannya memakai Tambur dan Kecring samapi masuk di koran.
Takut nanti peruntukan Vihara Dhammaccakkha Jaya nanti membuat tanah sekitarnya tidak laku.
Mereka datang kerumah bpk Anton dalam usaha mereka untuk mendapatkan sebidang Tanah tersebut (10 x 20 m), ternya rumah pak Anton pintunya depannya biasa bukan seperti yang digambarkan Bhante Sobhat dan diruang tamunya tidak ada Dewa Garuda.
Atas petunjuk Bhante Sombhat mencari ke daerah selatan dan berputar-putar didaerah jalan Teuku Umar dan jalan Tanjung No 8.
Tiba-2 seorang umat menujuk satu rumah pintu depannya bergaya Bali Rumah itu Jln Tanjung No 8. dan mereka turun berkunjung masuk kerumah tersebut dan mengutarakan maksud tujuannya membeli tanah di daerah Kawasan Badan Otorita Sunter.
Setelah dipersilakan masuk kedalam ruangan Tamu yang besar ternyata ada ukiran patung Garuda dari Bali. tepat seperti yang digambarkan oleh Bhante Sombhat.
Mereka lebih yakin lagi tidak salah alamat. dan ternyata itu rumah seorang Mayor Jenderal Dr, IS mantan penjabat BUMN yang terkenal.
Dengan ramah tamah mereka disambut oleh pemilik tanah.
Dan pemilik tanah menawarkan untuk mengambil satu blok saja. karena peruntukkannya untuk Vihara seperti yang mereka ceritakan tidak seperti bentuk Kelenteng. dan mengatakan dia asalnya dari Palembang yang pernah menjadi pusat Kerajaan Buddhis yang terkenal di Asia.
Mereka yang ingin membeli tanah tersebut terkejut atas tawaran yang diluar jangkauan biaya yang diperkirakan tersedia.
Dan lebih terkejut lagi tanah satu blok bukan untuk dijual tapi akan dihibakan olehnya.
Dan langsung menelepon bpk Anton Haliman untuk melaksanakan surat-2nya yang diperlukan yang akan dibuat di depan Notaris.
Jadi kesimpulan nya ibunda bpk Anton Haliman tidak mendapat informasi yang benar atau bpk Anton Haliman yang menutup informasi yang benar.
Mereka kelompok ini masih hidup.
Harap Sdr. Memperbaikinya informasinya supaya anda punya tulisan menjadi lebih valid

saya balas :

Ok.Nanti dikaji..Krn ada sumbernya,saya no comment,nanti mslh ini saya bw ke forum..Anumodana _/\_

di balas lagi :
Membuat sejarah yang salah juga menyebarkan kebohonganan. nanti cerita anda dianggap bohong juga.

Bhante Sombhat masih sering berkunjung ke Dhammacakkha Jaya.

Tante Mamy yang dijalan Kepu yang menrima tanah itu dari Mayor Jenderal IS masih hidup.

Pertanyaannya terlihat anda mendapatkan cerita dari sumber yang tidak benar.
Apakah anda mendapatkan cerita ini dari Sangha Agung.

buat TS ada comment?

Bro, coba lihat di Web Dhammacakka tentang sejarah Vihara: http://www.dhammacakka.org/index.php?option=com_content&view=article&id=67&Itemid=116

Kalimat ini saya kutip dari web tersebut tentang sejarah Vihara tersebut:
Setelah melalui pencarian yang cukup sulit, di daerah sekitar Ancol yang sedang diadakan pembangunan perumahan itulah akhirnya mereka menemukan sebuah tempat dengan ciri-ciri yang sesuai. Setelah mencari informasi, diketahui bahwa tanah tersebut milik PT. Agung Podomoro. Mengingat harga tanah yang cukup tinggi, maka tanah yang akan dibeli hanya seluas 1.000 m2  saja. Setelah mengetahui bahwa tanah tersebut akan dipergunakan untuk membangun vihara, ternyata Anton Haliman atas nama Direksi PT. Agung Podomoro sebaliknya ingin menyumbangkan satu blok tanah seluas satu hektar kepada Saṅgha, asalkan ijin pembangunannya sudah didapatkan. Pernyataan PT. Agung Podomoro untuk menyumbangkan satu blok tanah seluas satu hektar tersebut dituangkan dalam surat resmi kepada Saṅgha Theravāda Indonesia dan diserahkan langsung oleh Anton Haliman kepada Bhikkhu Paññāvaro selaku Sekretaris Jenderal Saṅgha Theravada Indonesia dalam suatu rapat di kantor PT. Agung Podomoro, Sunter. Pada waktu itu Saṅgha Theravāda Indonesia dipimpin oleh Sekretaris Jenderal.



Sepertinya harus disampaikan ke Bapak Thio Kenghin jangan berbohong mengarang sejarah, Buddhism berbeda dengan religion lain, apapun alasannya nilai sebuah kebohongan adalah pelanggaran sila. Hanya dengan kejujuran kita bisa membangun sejarah yang baik.


Coba tanyakan lagi.. Yang bener mana nih?

Samanera yang saya hormati,
Dari yang saya ketahui pernyataan kedua-duanya benar, alamarhum Anton Haliman dan amarhum I*** S***** adalah rekan bisnis.Seperti yang umum terjadi di jaman Suharto, seringkali pejabat menyerahkan uangnya dan/atau fasilitas yang dimilikinya kepada orang lain untuk diolah.
Atau mengajak kerja-sama orang lain untuk berbisnis, jadi ia hanya memiliki saham pasif.

Kalau tidak salah para purnawirawan ABRI orde baru umumnya memiliki fasilitas-fasilitas untuk dikembangkan, pembagian tanah-tanah terlantar, hutan atau tanah-tanah bekas milik Belanda, atau  tanah-tanah sitaan dari penguasa lama dsbnya.

Dalam hal ini Bhante Sombat bertemu keduanya, yaitu alm. I**** S***** dan alm. Anton Haliman.

Demikian yang saya ketahui.

  ^:)^


Oh.. begitu. Thanks untuk penjelasannya.

Offline lelaki

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 7
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Sejarah Organisasi Buddhist dan Sangha di Indonesia
« Reply #66 on: 22 July 2010, 12:00:55 AM »
saya memposting mengenai cerita ini di facebook saya,dan mendapatkan tanggapan sebagai berikut :

message seperti berikut :

dari Thio Kenghin :
Pemiliknya bukan Anton Haliman.
Sewaktu Bhante Sombat menujuk sebidang tanah di daerah Sunter ada sumur tua.
Bhante Sombhat sudah mengetahui pemilik tanah tsb di daerah selatan pintu rumahnya berbentuk Gapura Kerajaan Majapahit di Trowulan dan diruang tamunya ada Patung Dewa Garuda terbuat dari kayu.
Beberapa umat Buddha berkeinginan membeli seluas 10 x 20 M dari Badan Otorita Sunter. dan ditunjuk ke P.T. Agung Podomoro sebagai penguasa karena telah membebaskan tanah tersebut dan membuat Site Plan dan Sarana Penunjang seperti Jalan, Saluran air dan Waduk Sunter.
Mereka datang kesana diketemukan Bpk Anton Haliman.
Bpk Anton Haliman menolak menjual tanah tersebut peruntukannya untuk Vihara, walaupun mengaku ibunya pun Buddhist.
Dalam bayangan Bpk Anton Vihara itu sama seperti Vihara Wan Kiap Sie gg Tepekong Ps Baru dan Vihara Toa se bio Petak Sembilan dimana ibunya suka berkunjung.
Di depan Vihara Wan Kiap Sie ada juga Vihara Kwan Im yang dihuni oleh Cai cie upacara ritualnya pernah diprotes oleh lingkungannya memakai Tambur dan Kecring samapi masuk di koran.
Takut nanti peruntukan Vihara Dhammaccakkha Jaya nanti membuat tanah sekitarnya tidak laku.
Mereka datang kerumah bpk Anton dalam usaha mereka untuk mendapatkan sebidang Tanah tersebut (10 x 20 m), ternya rumah pak Anton pintunya depannya biasa bukan seperti yang digambarkan Bhante Sobhat dan diruang tamunya tidak ada Dewa Garuda.
Atas petunjuk Bhante Sombhat mencari ke daerah selatan dan berputar-putar didaerah jalan Teuku Umar dan jalan Tanjung No 8.
Tiba-2 seorang umat menujuk satu rumah pintu depannya bergaya Bali Rumah itu Jln Tanjung No 8. dan mereka turun berkunjung masuk kerumah tersebut dan mengutarakan maksud tujuannya membeli tanah di daerah Kawasan Badan Otorita Sunter.
Setelah dipersilakan masuk kedalam ruangan Tamu yang besar ternyata ada ukiran patung Garuda dari Bali. tepat seperti yang digambarkan oleh Bhante Sombhat.
Mereka lebih yakin lagi tidak salah alamat. dan ternyata itu rumah seorang Mayor Jenderal Dr, IS mantan penjabat BUMN yang terkenal.
Dengan ramah tamah mereka disambut oleh pemilik tanah.
Dan pemilik tanah menawarkan untuk mengambil satu blok saja. karena peruntukkannya untuk Vihara seperti yang mereka ceritakan tidak seperti bentuk Kelenteng. dan mengatakan dia asalnya dari Palembang yang pernah menjadi pusat Kerajaan Buddhis yang terkenal di Asia.
Mereka yang ingin membeli tanah tersebut terkejut atas tawaran yang diluar jangkauan biaya yang diperkirakan tersedia.
Dan lebih terkejut lagi tanah satu blok bukan untuk dijual tapi akan dihibakan olehnya.
Dan langsung menelepon bpk Anton Haliman untuk melaksanakan surat-2nya yang diperlukan yang akan dibuat di depan Notaris.
Jadi kesimpulan nya ibunda bpk Anton Haliman tidak mendapat informasi yang benar atau bpk Anton Haliman yang menutup informasi yang benar.
Mereka kelompok ini masih hidup.
Harap Sdr. Memperbaikinya informasinya supaya anda punya tulisan menjadi lebih valid

saya balas :

Ok.Nanti dikaji..Krn ada sumbernya,saya no comment,nanti mslh ini saya bw ke forum..Anumodana _/\_

di balas lagi :
Membuat sejarah yang salah juga menyebarkan kebohonganan. nanti cerita anda dianggap bohong juga.

Bhante Sombhat masih sering berkunjung ke Dhammacakkha Jaya.

Tante Mamy yang dijalan Kepu yang menrima tanah itu dari Mayor Jenderal IS masih hidup.

Pertanyaannya terlihat anda mendapatkan cerita dari sumber yang tidak benar.
Apakah anda mendapatkan cerita ini dari Sangha Agung.

buat TS ada comment?

Bro, coba lihat di Web Dhammacakka tentang sejarah Vihara: http://www.dhammacakka.org/index.php?option=com_content&view=article&id=67&Itemid=116

Kalimat ini saya kutip dari web tersebut tentang sejarah Vihara tersebut:
Setelah melalui pencarian yang cukup sulit, di daerah sekitar Ancol yang sedang diadakan pembangunan perumahan itulah akhirnya mereka menemukan sebuah tempat dengan ciri-ciri yang sesuai. Setelah mencari informasi, diketahui bahwa tanah tersebut milik PT. Agung Podomoro. Mengingat harga tanah yang cukup tinggi, maka tanah yang akan dibeli hanya seluas 1.000 m2  saja. Setelah mengetahui bahwa tanah tersebut akan dipergunakan untuk membangun vihara, ternyata Anton Haliman atas nama Direksi PT. Agung Podomoro sebaliknya ingin menyumbangkan satu blok tanah seluas satu hektar kepada Saṅgha, asalkan ijin pembangunannya sudah didapatkan. Pernyataan PT. Agung Podomoro untuk menyumbangkan satu blok tanah seluas satu hektar tersebut dituangkan dalam surat resmi kepada Saṅgha Theravāda Indonesia dan diserahkan langsung oleh Anton Haliman kepada Bhikkhu Paññāvaro selaku Sekretaris Jenderal Saṅgha Theravada Indonesia dalam suatu rapat di kantor PT. Agung Podomoro, Sunter. Pada waktu itu Saṅgha Theravāda Indonesia dipimpin oleh Sekretaris Jenderal.



Sepertinya harus disampaikan ke Bapak Thio Kenghin jangan berbohong mengarang sejarah, Buddhism berbeda dengan religion lain, apapun alasannya nilai sebuah kebohongan adalah pelanggaran sila. Hanya dengan kejujuran kita bisa membangun sejarah yang baik.


Coba tanyakan lagi.. Yang bener mana nih?

Samanera yang saya hormati,
Dari yang saya ketahui pernyataan kedua-duanya benar, alamarhum Anton Haliman dan amarhum I*** S***** adalah rekan bisnis.Seperti yang umum terjadi di jaman Suharto, seringkali pejabat menyerahkan uangnya dan/atau fasilitas yang dimilikinya kepada orang lain untuk diolah.
Atau mengajak kerja-sama orang lain untuk berbisnis, jadi ia hanya memiliki saham pasif.

Kalau tidak salah para purnawirawan ABRI orde baru umumnya memiliki fasilitas-fasilitas untuk dikembangkan, pembagian tanah-tanah terlantar, hutan atau tanah-tanah bekas milik Belanda, atau  tanah-tanah sitaan dari penguasa lama dsbnya.

Dalam hal ini Bhante Sombat bertemu keduanya, yaitu alm. I**** S***** dan alm. Anton Haliman.

Demikian yang saya ketahui.

  ^:)^

Satu tambah satu sama dengan Dua, TIADA KEBENARAN YANG MENDUA. Please d... jangan menutupi kebohongan dengan kebohongan lagi. Capek d....

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Sejarah Organisasi Buddhist dan Sangha di Indonesia
« Reply #67 on: 22 July 2010, 12:09:14 AM »
[at] lelaki

Disini tak ada niat sedikit-pun berbohong ato menutupi kebohongan
mungkin saja ..... ada kesalahan persepsi ato hal yg "terlupakan" ... yg memberi kesan seperti menutup-nutup .....

kalo bro lelaki mengetahui seluk-beluk sejarahnya
Silakan share  _/\_ ......


  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline lelaki

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 7
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Sejarah Organisasi Buddhist dan Sangha di Indonesia
« Reply #68 on: 22 July 2010, 12:34:56 AM »
[at] lelaki

Disini tak ada niat sedikit-pun berbohong ato menutupi kebohongan
mungkin saja ..... ada kesalahan persepsi ato hal yg "terlupakan" ... yg memberi kesan seperti menutup-nutup .....

kalo bro lelaki mengetahui seluk-beluk sejarahnya
Silakan share  _/\_ ......

Yah, atur aja d pake bahasa lo bro. Kesalahan pepsi cola,hehe. "terlupakan", kesan seperti menutup-nutup, what ever.

Emang yang di atas blom jelas yah Bro? Oh my god.... Ampunilah pengikutmu yang cakep ini yah Buddha. ;D

 ^:)^ ^:)^ ^:)^

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Sejarah Organisasi Buddhist dan Sangha di Indonesia
« Reply #69 on: 22 July 2010, 12:43:19 AM »
^
^
Soo ......
kalo loe tau jalan cerita yg sebenarnya .... kenapa gak di ceritakan
kenapa loe tau itu cerita yg salah?
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Sejarah Organisasi Buddhist dan Sangha di Indonesia
« Reply #70 on: 22 July 2010, 07:02:47 AM »
Kalau sendiri tahu dan tidak menceritakan tapi mengatakan yang ada itu salah, lalu siapa yg manutup2xi ? Langsung saja bro :)
There is no place like 127.0.0.1

Offline lelaki

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 7
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Sejarah Organisasi Buddhist dan Sangha di Indonesia
« Reply #71 on: 22 July 2010, 07:51:25 AM »
Kalau sendiri tahu dan tidak menceritakan tapi mengatakan yang ada itu salah, lalu siapa yg manutup2xi ? Langsung saja bro :)

Di luar cerita di atas, sedikit informasi untuk Anda, tanah berdirinya Vihara Dhammacakkajaya Sunter pun memiliki  ‘kembarannya’ dan kisah tersendiri.

Konon Alm Bapak Anton Haliman (Pendiri Agung Podomoro Group) sewaktu mendonorkan tanah pada Sangha,  tak memahami Sangha sudah mengkotakkan diri.

Seperti kebanyakan donatur lain,  mereka masih berpikir semua biku adalah muridnya Ashin Jinarakkhita Mahathera dari Sangha Agung Indonesia.  Mereka tak mengetahui ada biku-biku ‘lulusan’ Wat Bovoranives  yang sudah memisahkan diri dari Sangha Agung Indonesia.

Jadi, tanah didanakan pada biku-biku ‘lulusan’ Wat Bovoranives tersebut, yang sekarang menjadi tempat berdirinya Vihara Dhammacakkajaya, Sunter.

Nah, belakangan setelah tanah itu terlanjur didanakan, barulah disadari biku-biku ‘lulusan’ Wat Bovoranives tersebut sudah memisahkan diri dari Ashin Jinarakkhita Mahathera di Sangha Agung Indonesia.

Karena perasaan tak enak hatinya pada Ashin Jinarakkhita Mahathera, Ibunda pendonor meminta anaknya kembali mendonorkan sebidang tanah yang sama pada Sangha, dalam hal ini pada Ashin Jinarakkhita Mahathera di Sangha Agung Indonesia.

Maka, donatur yang mendirikan perumahan elit di Sunter ini pun kembali mendonorkan sepetak tanah pada Sangha, kali ini pada Sangha Agung Indonesia. Lokasi tanah ini tak jauh dari Vihara Dhammacakkajaya, yakni di : JL. Agung Tengah 7 No.1 Blok B i/6 Sunter Agung Podomoro, dimana saat ini berdiri Sekolah Dharma Budi Bhakti.

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Sejarah Organisasi Buddhist dan Sangha di Indonesia
« Reply #72 on: 22 July 2010, 07:55:32 AM »
sip. thanks bro

kalau sudah diungkapkan dari berbagai sudut, baru bisa dibahas :)
There is no place like 127.0.0.1

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Sejarah Organisasi Buddhist dan Sangha di Indonesia
« Reply #73 on: 22 July 2010, 05:09:05 PM »
Kalau sendiri tahu dan tidak menceritakan tapi mengatakan yang ada itu salah, lalu siapa yg manutup2xi ? Langsung saja bro :)

Di luar cerita di atas, sedikit informasi untuk Anda, tanah berdirinya Vihara Dhammacakkajaya Sunter pun memiliki  ‘kembarannya’ dan kisah tersendiri.

Konon Alm Bapak Anton Haliman (Pendiri Agung Podomoro Group) sewaktu mendonorkan tanah pada Sangha,  tak memahami Sangha sudah mengkotakkan diri.

Seperti kebanyakan donatur lain,  mereka masih berpikir semua biku adalah muridnya Ashin Jinarakkhita Mahathera dari Sangha Agung Indonesia.  Mereka tak mengetahui ada biku-biku ‘lulusan’ Wat Bovoranives  yang sudah memisahkan diri dari Sangha Agung Indonesia.

Jadi, tanah didanakan pada biku-biku ‘lulusan’ Wat Bovoranives tersebut, yang sekarang menjadi tempat berdirinya Vihara Dhammacakkajaya, Sunter.

Nah, belakangan setelah tanah itu terlanjur didanakan, barulah disadari biku-biku ‘lulusan’ Wat Bovoranives tersebut sudah memisahkan diri dari Ashin Jinarakkhita Mahathera di Sangha Agung Indonesia.

Bro lelaki yang baik,

Setahu saya pada waktu memberikan tanah itu bapak Anton Haliman bukan hanya tak tahu Sangha mengkotakkan diri, ia bahkan tak tahu apa itu Sangha karena ia sekuler non-agama. Boleh tahu darimana sumber bro lelaki...? Apakah yang memberitahu anda mengenal langsung mereka..?

Quote
Karena perasaan tak enak hatinya pada Ashin Jinarakkhita Mahathera, Ibunda pendonor meminta anaknya kembali mendonorkan sebidang tanah yang sama pada Sangha, dalam hal ini pada Ashin Jinarakkhita Mahathera di Sangha Agung Indonesia.

Yang saya tahu, ibunda pak Anton adalah umat Buddha tradisi yang suka ke Vihara Sakyavanaram. Karena belakangan Ashin Jinarakkhita Mahathera tahu bahwa ibunda pak Anton adalah umat yang sering ke Vihara Sakyavanaram, kemudian ia juga meminta sebidang tanah melalui ibunda pak Anton.

Quote
Maka, donatur yang mendirikan perumahan elit di Sunter ini pun kembali mendonorkan sepetak tanah pada Sangha, kali ini pada Sangha Agung Indonesia. Lokasi tanah ini tak jauh dari Vihara Dhammacakkajaya, yakni di : JL. Agung Tengah 7 No.1 Blok B i/6 Sunter Agung Podomoro, dimana saat ini berdiri Sekolah Dharma Budi Bhakti.
Setuju.....
 
_/\_

Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline lelaki

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 7
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Sejarah Organisasi Buddhist dan Sangha di Indonesia
« Reply #74 on: 22 July 2010, 07:30:40 PM »
Kalau sendiri tahu dan tidak menceritakan tapi mengatakan yang ada itu salah, lalu siapa yg manutup2xi ? Langsung saja bro :)
Bro lelaki yang baik,

Setahu saya pada waktu memberikan tanah itu bapak Anton Haliman bukan hanya tak tahu Sangha mengkotakkan diri, ia bahkan tak tahu apa itu Sangha karena ia sekuler non-agama. Boleh tahu darimana sumber bro lelaki...? Apakah yang memberitahu anda mengenal langsung mereka..?



Offline williamhalim

    * Sebelumnya: willibordus
    * KalyanaMitta
    * *****
    * Thank You
    * -Given: 75
    * -Receive: 63
    *
    * Posts: 1.995
    * Reputasi: 100
    * Gender: Male
    * Ain't Talkin' 'Bout Love
    *
          o Yahoo Instant Messenger - willibordus [at] gmail.com

Sejarah Organisasi Buddhist dan Sangha di Indonesia
« on: 15 January 2010, 11:47:46 AM »

    * Quote
    * Thank You

Saya lagi mengumpulkan data tentang Drs. Mochtar Rasyid, alm. dulu dikenal dengan nama Bhante Subbhato. Salah satu link yg sy temukan ketika mencari informasi mengenai Beliau adalah link ini: http://harpin.wordpress.com/pic-history/ . Link ini berisi artikel yg cukup informatif mengenai sejarah Sangha dan Organisasi Buddhist di Indonesia.

Sejarah yg baik adalah yg mencatat apa adanya, hitam atau putih telah berlalu. Mengetahui sejarah dan dapat belajar darinya adalah suatu kebijaksanaan.



Quote
Yang saya tahu, ibunda pak Anton adalah umat Buddha tradisi yang suka ke Vihara Sakyavanaram. Karena belakangan Ashin Jinarakkhita Mahathera tahu bahwa ibunda pak Anton adalah umat yang sering ke Vihara Sakyavanaram, kemudian ia juga meminta sebidang tanah melalui ibunda pak Anton.

 :o  :o :o =)) =)) =))

|-) |-) |-)

Thank you all.
Jangan berbuat jahat, perbanyak kebajikan, sucikan hati dan pikiran, itulah ajaran semua Buddha. :lotus: :lotus: :lotus:
Bye... < :-* <:-P ^:)^ ^:)^ ^:)^