:: ASAL MULA DAN ARTI FRASE:
"Oh Anuradha, dari dulu hingga sekarang, aku hanya mengajarkan dukkha dan lenyapnya dukkha" ::
Ungkapan di atas tidak untuk disalahpahami sebagai singkatan dari 4 Kesunyataan Mulia. Untuk mengetahui lebih jelas asal dan maksud frase di atas, kita dapat melihatnya dalam SN 22.86 ANURADHA SUTTA sebagai sutta tempat ditemukannya frase tersebut dan melihat kembali penggunaan sebenarnya frase tersebut dalam SN 5.10 VAJIRA SUTTA sebagai studi perbandingan.
____________________
SN.22.86 Anuradha Sutta, Kandha Vagga Samyutta, berisi tentang pertanyaan Bhikkhu Anuraddha kepada Sang Buddha mengenai bagaimana sang bhikkhu harus menjawab bila ditanya di mana keberadaan Sang Buddha setelah Beliau parinibbana. Sang Buddha lalu bertanya balik pada Bhikkhu Anuradha, apakah sang bhikkhu menganggap masing-masing dari 5 kelompok khandha yakni jasmani, perasaan, persepsi, bentukan-bentukan batin, dan kesadaran (Pancakhandha) adalah TATHAGATA.
"Anuradha, bagaimana menurutmu? Apakah kau menganggap RUPA adalah Tathagata?"
"Bukan, Yang Mulia"
"Apakah kau menganggap VEDANA adalah Tathagata?"
"Apakah kau menganggap SAÑÑA adalah Tathagata?"
"Apakah kau menganggap SANKHARA adalah Tathagata?"
"Apakah kau menganggap VIÑÑANA adalah Tathagata?"
"Bukan, Yang Mulia"
...
Setelah itu Sang Buddha, berkata
"Oh Anuraddha, dari dulu hingga sekarang, aku hanya mengajarkan dukkha dan lenyapnya dukkha"
Singkatnya, pesan Sang Buddha pada Bhikkhu Anuraddha saat itu dalam konteks tersebut adalah wanti-wanti Sang Buddha agar Bhikkhu Anuraddha selalu mengingat bahwa Sang Buddha hanya menunjukkan bahwa yang ada semata adalah pancakhandha, yang terkondisi, bersifat anicca, dukkha dan anatta, tidak ada "diri/atta" yang terlibat.
Karena terkondisi oleh sebab-sebabnya maka pancakhandha terbentuk (yang ada hanya pancakhandha semata, tanpa suatu personifikasi atau atta). Pancakhandha adalah beban. Ditinjau dari hukum sebab musabab yang saling bergantungan, ... dengan adanya kontak, dimungkinkanlah perasaan; dengan adanya perasaan, dimungkinkanlah adanya nafsu keinginan, ... lalu dimungkinkanlah kemelekatan, dan dukkha pada akhirnya -> Dukkha
Tidak terbentuknya kembali pancakhandha/tiada kelahiran kembali (kasus setelah Sang Buddha parinibbana/mangkat yg menjadi konteks pembahasan pertanyaan Bhikkhu Anuraddha) -> Lenyapnya Dukkha.
____________________
Sekarang mari kita perhatikan frase "dukkha dan lenyapnya dukkha" dalam VAJIRA SUTTA:
Dalam SN 5.10 Vajira Sutta:
...
Mara, dengan tujuan mengganggu dan menteror, mendekat dan bertanya:
"Oleh siapa makhluk itu diciptakan?
Dimana Sang Pencipta berada?
Di mana makhluk diciptakan?
Di mana lenyapnya makhluk?"
...
Bhikkhuni Vajira, seorang Arahat, menjawab:
"Makhluk, kau bilang? Itukah pemikiranmu? Yang ada di sini, hanyalah kumpulan/tumpukan bentukan-bentukan (sankhara) semata. Tidak bisa ditemukan makhluk di tumpukan ini."
Lanjut Sang Bhikkhuni:
"Seperti halnya bila komponen-komponennya lengkap berkumpul, ada istilah 'kereta'; begitupula halnya bila khandha-khandha hadir berkumpul, maka sebagai perjanjian umum ada istilah 'makhluk'."
"Hanya penderitaan yang mengada menjelma tercipta;
Penderitaan lah yang tercipta dan lenyap;
Tiada apapun melainkan penderitaan yang tercipta.
Tiada apapun melainkan penderitaan yang lenyap."
Menyadari sang bhikkuni mengenalinya, Mara kecewa dan segera menghilang.
____________________
Menarik untuk dicermati bahwa setelah kotbah pertama Sang Buddha, Dhammacakkappavattana Sutta, yang berisi pembabaran Jalan Tengah (yaitu Jalan Mulia Beruas Delapan) dan pembabaran Empat Kesunyataan Mulia (sebagai landasan pengertian benar); kotbah persis yang kedua dari Beliau adalah Anattalakkhana Sutta, kotbah tentang sifat bukan diri (anatta).
Selamat Memperingati Bulan Asadha 2010