//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Ngelem dari sudut pandang Buddhis dan Kesehatan  (Read 6302 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Ngelem dari sudut pandang Buddhis dan Kesehatan
« on: 17 July 2012, 08:06:53 AM »
Quote
Sebuah pengalaman mengubah cara pandang saya terhadap para pengemis yang meminta-minta di lampu merah.

Para pengemis dan pengamen yang menghampiri kendaraan yang tengah berhenti di lampu merah adalah pemandangan sehari-hari yang bisa dijumpai di kota-kota besar, termasuk Jakarta.

Tak hanya penyandang cacat, sekarang banyak anak kecil, ibu-ibu, bahkan anak remaja yang menjadi peminta-minta. Sering saya merasa tersentuh dan akhirnya memberikan sedikit uang yang saya miliki.

(Apalagi saya banyak mendengar ajaran agama yang mengatakan bahwa kita harus memberikan kepada orang-orang yang membutuhkan bantuan.)

Tetapi beberapa hari yang lalu, sepulang saya beribadah, saya berada di sebuah lampu merah di daerah Sawah Besar, Jakarta Barat. Saya melihat seorang anak lelaki berumur sekitar 9-10 tahun sedang meminta-minta.

Pengemudi mobil di depan saya memberikan uang dalam jumlah yang cukup besar. Uang kertas yang berwarna merah. Dengan lima angka 0.

Seketika setelah mendapat uang, anak itu mendekati remaja lain yang lebih tua. Ia menyerahkan uang kertas merah itu kepada remaja yang memakai celana jins dan kaos oblong dan nampak seperti preman itu.

Tak berapa lama, remaja itu mengeluarkan sekaleng lem Aica Aibon, mengoleskannya pada selembar handuk, dan menyerahkannya kepada si anak lelaki. Lalu anak tersebut duduk di dekat pot, sambil menghirup handuk tersebut sampai teler.
Spoiler: ShowHide


Saya cukup terkejut dan berpikir. Tidak akan pernah lagi saya memberi sedekah kepada anak-anak kecil tersebut. Saya tidak mau lagi sedekah saya disalahgunakan.

Saya pernah mendengar sebuah teori yang diungkapkan oleh seorang dosen di kampus saya. Ia berkata, memberikan uang kepada anak kecil yang meminta-minta akan membuatnya terbiasa menjadi pengemis dan membentuk mentalitas yang buruk.

Hal ini tentu saja tidak baik karena akan membuat mereka memilih jalan yang jauh lebih mudah untuk mendapatkan uang, tanpa harus bekerja. Dan dalam jangka panjang, memberi sedekah terbukti tidak akan mengurangi jumlah pengemis di jalanan.

Kalau menurut Anda, bagaimana?

http://id.berita.yahoo.com

Nah, yang ingin saya bahas adalah Apakah aktifitas ngelem termasuk pelanggaran sila ke 5?
Apakah ngelem benar bisa mengakibatkan kecanduan? Bagaimana dampak ngelem terhadap kesehatan? :)
« Last Edit: 17 July 2012, 08:10:19 AM by hemayanti »
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Ngelem dari sudut pandang Buddhis dan Kesehatan
« Reply #1 on: 17 July 2012, 08:38:52 AM »
^ ^ ^
Jadi inget tayangan kick andy, ini saya copas:

Spoiler: ShowHide
Sabtu, 21 April 2012, 19:30:00 WIB
MENGGAPAI ASA BERSAMA
(http://www.kickandy.com/hope/archaive/read/menggapai-asa-bersama.html)

Anak bertubuh  kurus  itu  duduk  sambil menutup  hidung  dan mulutnya  dengan   bagian  kerah  dari  jaket  hitamnya yang  kumal.  Matanya  sayu,  dengan  tatapan  nanar.  Anak  13 tahun  itu  sedang  menikmati   bau lem aibon   yang  telah  menjadi   candu  bagi  kehidupannya.   
“Nama  saya  Angga,”   ujarnya  ketika  kami  bertanya tentang  namanya.  “Saya  kabur  dari  rumah karena  saya malu, adik saya  sudah kelas  5 tapi  saya  masih kelas  2.  Gak  enak  dimarahin terus,”   ia bertutur  tentang  alasan  keberadaannya  di  pasar Ciroyom,  yang  sudah   hampir  dua  tahun.

Anak  seperti  Angga tidak  sendirian, puluhan  anak   setiap  hari  bisa  kita lihat  di  pasar  Ciroyom, Bandung.  Puluhan  anak  yang   rata-rata berasal  dari  keluarga  miskin atau hidup dengan orang tua yang bercerai. Puluhan anak  mencari  uang  dengan berprofesi sebagai   pengamen, tenaga kuli panggul, pengojek  paying, hingga mengemis.  Puluhan anak  yang  tidak memiliki tempat tinggal  layak. Mereka  sehari-hari  menggelandang  di pasar  tersebut dan  beristirahat  di  sebuah  ruang  yang  sangat  tidak  layak  disebut sebagai kamar.

Ruang  itu  berukuran  2 x 2 meter, dibuat pembatas  sehingga menjadi  2  lantai, berdinding   dan  berlantai  triplek  tambal sulam. Di situlah  sedikitnya  20 anak laki-laki  akan tidur  saling menindih satu  sama lain. 

Kehidupan  mereka  memang  keras. Tak aneh  jika  bahasa  kasar  menjadi  cara berkomunikasi  satu  sama lain.  Satu hal  yang  mungkin  patut dipuji  adalah  cara mereka  mencari  uang  untuk melanjutkan  hidup. Ketika  waktunya bongkar  muat  barang, mereka bisa bekerja sebagai  kuli angkut. Ketika  musim  hujan, mereka  menjadi   pengojek payung. Kadang lain mereka  mengamen  atau mengemis. “Ya  daripada  nyolong, mending  ngamen atau ngemis  aja,”  ujar  Acung, salah  satu  anak  jalanan  itu.

 Target pendapatan mereka  rata-rata  hanya  Rp 5000  saja.  Uang  tersebut  dialokasikan  untuk  membeli makan Rp.3000 dan  sisanya  Rp.2000  untuk membeli lem aibon!    Ya, lem  aibon   menjadi  bagian  penting  dalam  kesenangan mereka  sehari-hari.  Dan  ketika  mereka  tak ingin ketahuan  ngelem, maka  dengan  sigap  mereka  akan  menyelipkannya  di  ketiak, atau  dibalik lengan  baju panjangnya.  Anak  jalanan  Ciroyom, Bandung, memang terkenal  dengan  kebiasaan  ngelemnya.

Beruntunglah  di  tengah  ketragisan  nasib dan kebiasaan buruk mereka, ada  segelintir  orang  yang  datang  untuk  memberi  oase  kehidupan. Sejumlah mahasiswa  dari beberapa  universitas  di Bandung  sudah  sejak  2008  mendirikan  Rumah Belajar  Sahaja  Ciroyom (RBSC).  Saat  ini  ada sekitar  10 relawan yang bergabung  di  RBSC.

Setiap  hari  Sabtu dan  Minggu  anak-anak  jalanan Ciroyom, belajar  bersama pelajaran  membaca dan menghitung. Pelajaran  dilaksanakan di atap pasar Ciroyom, secara lesehan.  Sekitar  40  anak  jalanan  bersemangat  untuk belajar, meski sesekali  masih  sambil  menghirup  lem aibonnya.  Selain  belajar membaca dan menulis, mereka  juga  belajar  tentang  budi pekerti,  hingga  menari.  “Saya sekarang  dapat  nilai  100 terus  untuk  berhitung,” kata Noor, seorang  anak  jalanan  perempuan  itu dengan nada bangga.  Melalui  RBSC, Noor dan anak-anak  jalanan lainnya mulai merajut  asa  menuju  masa depan  yang lebih baik.

Dalam perjalanannya, RBSC rupanya telah menjadi cikal bakal berdirinya rumah belajar untuk anak jalanan lainnya yang tersebar di empat titik di Kota Bandung yaitu Rumah Belajar Sahaja Cimahi,  Rumah Belajar Sahaja Cihampelas, dan yang baru dibentuk adalah Rumah Belajar Sahaja Cimindi. Hampir semua dari rumah belajar tersebut telah mendapatkan dukungan dari pemerintah setempat. Diantara empat rumah belajar itu rumah belajar Ciroyom yang masih tersendat-sendat dalam pendanaan dan membimbing anak-anak disana.

Meski  demikian, Rumah  Belajar  Sahaja  sudah memberi  banyak  arti  bagi  anak-anak  jalanan  Ciroyom. Bagi  anak-anak yang  sudah bisa belajar  normal, biasanya mereka  ditransfer  ke sebuah  sekolah di Depok, agar  bisa belajar  secara  normal dan terhindar dari kebiasaan  buruknya, ngelem.

[....]


___________________

yupp... ngelem bisa jadi candu. Ada seorang anak yang bilang, kalo stres mikirin hidup, dia ngelem. Banyak yang ikut-ikutan temannya ngelem, lama-lama kecanduan. Bahkan ada pihak tertentu yang jadi supplier lem untuk anak-anak ini.

Di antara sesama anak jalanan pecandu lem, kalau ada yang ga punya uang, mereka saling membagikan lem satu sama lain.

Yang saya salut dari Rumah Belajar  Sahaja  Ciroyom (RBSC), selain mengajar pelajaran sekolah (termasuk keterampilan seperti menari, dst), mereka juga berkeinginan agar anak-anak ini punya rumah (anak-anak ini biasanya tidur di mana saja, kadang berdesakan dalam suatu ruangan kecil), mereka juga ingin anak-anak ini bersih (mandi setiap hari), dan mereka juga ingin anak-anak berhenti ngelem (tapi yang namanya kecanduan, ya butuh proses, tidak bisa dipaksakan juga).

Anak-anak itu ditanya: "seandainya Rumah Belajar ini berhasil mendapatkan rumah untuk kalian, apa kalian mau berhenti ngelem?" mereka bilang: "mau, kak.."

Selama ini memang RBSC ingin punya rumah untuk anak-anak ini, tapi dana tidak cukup. Tapi untunglah, karena acara kick andy, ada yang sumbangin uang yang mudah-mudahan cukup membantu RBSC membeli rumah ;D
« Last Edit: 17 July 2012, 08:41:20 AM by dhammadinna »

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: Ngelem dari sudut pandang Buddhis dan Kesehatan
« Reply #2 on: 17 July 2012, 08:55:50 AM »
Tentang dampak buruk ngelem, ini saya copas lagi:

Seperti halnya narkotika, menghirup aroma lem menyebabkan ketagihan. Menghirup lem secara terus-menerus dapat menimbulkan resiko gangguan kesehatan. Secara fisik saja, dapat menyebabkan tubuh menjadi lemas, lesu dan nafsu makan berkurang. Pada tahapan lebih lanjut dapat menyebabkan gangguan pernafasan dan sakit saat menelan. Sementara secara psikologis, ngelem dapat menimbulkan dis-orientasi, seperti lambat dalam berpikir dan kerap berhalusinasi.

Dengan ngelem, korban bisa kehilangan kesadaran. Lamanya efek ini sekitar 15 menit sampai beberapa jam. Kalau dosisnya petroleum dan toluene besar, akan meniimbulkan efek kejang-kejang, koma, dan bahkan kematian. Kematian bisa terjadi kerena kecelakaan, seperti kesulitan bernafas sewaktu menghirup lem yang berada di kantong plastik.

[...]

Sayangnya, terkadang ngelem dijadikan semacam syarat bagi anak untuk diterima dalam pergaulan ataupun komunitas tertentu. Jika tidak ngelem akan dijuluki pengecut atau tidak gaul. Ada semacam tekanan sosiokultural seperti bangga bila ngelem. Ngelem memungkinkan secara fisik untuk menghilangkan rasa lapar, kelelahan dan juga rasa sakit terhadap penyakit yang dideritanya. Sementara secara psikis bisa menghilangkan rasa cemas, depresi dan stres.

Halusinasi dan fantasi yang diperoleh dari ngelem, tak lepas dari kandungan zat kimia dalam lem tersebut. Satu kaleng lem mengandung volatile hidrokarbon termasuk di antaranya, toluene aceton, alifatik acetat, benzine, petroleum naftat, perklorethylen, trikloretane dan karbontetraklorida. Selain itu juga mengandung volatile hidrokarbon, diethyleter, kloroform, nitrous oxyda, aerosol dan insektiside.

Bahan-bahan kimia ini bersifat menekan system susunan saraf pusat (SSP depresstant) yang sebanding dengan efek alkohol meskipun gejalanya berbeda. Umumnya efek akut bahan ini serupa dengan inhalasi ether atau mitrous oxyda (obat anastesi/bius umum) yang berupa euforia ringan, mabuk, pusing kepala tapi masih dapat menguasai diri. Sesudah itu korban akan fly dan merasa dapat melakukan apa saja tindakan impulsif dan agresif. Kalau ini berkelanjutan maka akan timbul gejala psikotik akut seperti delirium, eksitasi, disorientasi, halusinasi dengan kesadaran berkabut dan amnesia, yakni kondisi terganggunya daya ingat.

sumber: http://testingduadua.blogspot.com/2009/03/12-tekun-berlatih-di-rumah-musik.html
« Last Edit: 17 July 2012, 08:57:31 AM by dhammadinna »

Offline sanjiva

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.091
  • Reputasi: 101
  • Gender: Male
Re: Ngelem dari sudut pandang Buddhis dan Kesehatan
« Reply #3 on: 17 July 2012, 09:51:28 AM »
Nah, yang ingin saya bahas adalah Apakah aktifitas ngelem termasuk pelanggaran sila ke 5?
Apakah ngelem benar bisa mengakibatkan kecanduan? Bagaimana dampak ngelem terhadap kesehatan? :)
Gw berpendapat melanggar.

Ya. Kecanduan.
Kecanduan akan sensasi telernya akibat menghirup uapnya lem itu.

Dampaknya thd kesehatan kayaknya seperti menghirup bensin dan thinner (pelarut cat).  Kena ke paru2 dan mungkin syaraf otak yg mendapat sensasi dari hirupan zat kimia itu.  IMHO.
« Last Edit: 17 July 2012, 09:53:48 AM by sanjiva »
«   Ignorance is bliss, but the truth will set you free   »

Offline khiong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 478
  • Reputasi: 29
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Ngelem dari sudut pandang Buddhis dan Kesehatan
« Reply #4 on: 17 July 2012, 12:04:46 PM »
saya setuju,melanggar sila 5, karena dengan sengaja memabukkan diri.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Ngelem dari sudut pandang Buddhis dan Kesehatan
« Reply #5 on: 17 July 2012, 12:56:35 PM »
Sila ke 5 : saya bertekad melatih diri untuk menghindari perbuatan yang melemahkan kesadaran atau memabukkan.
Jelas bahwa mereka 'melatih' melemahkan kesadaran akibatnya bahaya bagi nyawa sendiri.
« Last Edit: 17 July 2012, 12:58:54 PM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline juanpedro

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 949
  • Reputasi: 48
  • Gender: Male
Re: Ngelem dari sudut pandang Buddhis dan Kesehatan
« Reply #6 on: 17 July 2012, 01:10:06 PM »
Nah, yang ingin saya bahas adalah Apakah aktifitas ngelem termasuk pelanggaran sila ke 5?
Apakah ngelem benar bisa mengakibatkan kecanduan? Bagaimana dampak ngelem terhadap kesehatan? :)

sungguh LDM benar-benar meningkatkan inovasi dan ke-kreativitas-an umat manusia =))

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: Ngelem dari sudut pandang Buddhis dan Kesehatan
« Reply #7 on: 17 July 2012, 03:00:06 PM »
wah yang tayangan kick andy itu jujur udah lama saya pengen tau. waktu ujian akhir juga sempat ditanya soal tayangan itu. ;D
sayangnya pas itu saya g tau.
 _/\_ anumodana yah, berkat cc dhammadina akhirnya tercapai juga keinginan lama saya. ;D

dari semua jawaban sepertinya memang melanggar sila ke-5 ya.
tapi jujur cukup penasaran, ada yang tau dari mana awal mulanya aktifitas ngelem itu?
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline DeNova

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.067
  • Reputasi: 106
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Ngelem dari sudut pandang Buddhis dan Kesehatan
« Reply #8 on: 17 July 2012, 10:10:54 PM »
Quote
tapi jujur cukup penasaran, ada yang tau dari mana awal mulanya aktifitas ngelem itu?
IMO: karena gag mampu beli temen2nya yang mahal belinya aica aibon aja yang murah meriah, kalau ganja boleh ditanam bebas maybe pakenya ganja :whistle: :whistle: :whistle:

 

anything