//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: "YANG LAIN"  (Read 56989 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline sukma

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 294
  • Reputasi: 0
"YANG LAIN"
« on: 31 December 2008, 04:45:11 PM »
Tradisi Filsafat telah lama mencari suatu afirmasi tentang subyek otonom dengan bertitik tolak pada Kesadaran diri dan rasionalitas manusia. Kesadaran yang berpusat pada diri dengan dukungan rasionalitas yang kokoh dapat menciptakan peluang bagi pemikiran yang tak terbatas (unlimited thinking) sebagai suatu Kebebasan. Berpikir atas dasar kebebasan adalah proses berpikir yang tidak mengandaikan sesuatu yang lain kecuali pemikiran itu sendiri,atau kita sebut ; "dalam berpikir saya bebas, karena saya tidak menjadi yang lain", Kebebasan seperti ini adalah kebebasan absolut, karena bergantung secara mutlak pada otonom kesadaran diri.

Ketika kebebasan berpikir dan kesadaran diri berjalan bersama dalam suatu gandengan mesra, maka KEBENARAN dapat saja dengan mudah di-kandang-kan dalam suatu ruang pemikiran yang tertutup ; dan sebagai akibat, kemungkinan untuk mengakui  Kebenaran yang lain menjadi terbatas. Filsafat yang tidak memberi ruang untuk Kebenaran yang lain, bahkan mereduksi Kebenaran Yang Lain hanya ke dalam satu Kebenaran tertentu, FILSAFAT seperti ini sepantasnya dituduh sebagai Filsafat Egologi

Manusia, ketika "berpikir" dia mengidentifikasikan batinnya dengan pikirannya, dan keduanya, baik batin maupun pikirannya sama-sama mengafirmasi seluruh eksistensi diri manusia sebagai subyek otonom.inilah yang di sebut Filsafat Totalitas. Totalitas dalam pengertian suatu cara berada yang berpusat pada diri. Cara berada seperti ini bertujuan untuk membentuk Indentifikasi diri. Dalam identifikasi, ada semacam gerakan dari dalam untuk kembali kepada diri. Gerakan yang mengandalkan kekuatan interior, yaitu kekuatan rasio, kesadaran diri, dan keinginan untuk mewujudkan kebutuhan dan kenikmatan yang berpusat pada diri.

Dalam Filsafat Totalitas, diri adalah pusat untuk segala-galanya. Pusat makna untuk memaknai yang lain. Pusat kenikmatan untuk mengobyekkan yang lain. Pusat Kebenaran untuk membenarkan diri. Pusat Nilai untuk menjadi standard bagi yang lain. Ya, Pusat yang menjadi ukuran segala. Ini adalah Totalitas.. Gerak langkah Totalitas adalah gerak langkah mereduksi. Mereduksi Yang Lain kepada yang sama, dalam reduksi ada gerak balik kepada yang sama, kepada diri sendiri, yaitu sang aku sebagai subyek otonom, pusat kebenaran. Kebenaran tidak di Cari di luar diri. Kebenaran berada dalam diri..

Benar bahwa Kebenaran selalu mengimplikasikan suatu pengalam di luar diri, namun setiap pengalaman selalu mempunyai suatu rujukan atau referensi pada subyek ; dan oleh karena itu, setiap pengalaman mesti dibahasakan oleh subyek. Pengalaman tak dapat dipisahkan dari obyek, karena setiap pengalaman adalah pengalaman subyek. Pemikiran Filsafat Totalitas amat sering mengeklusifkan yang transenden, dan mereduksi "Yang Lain" kepada "yang sama", demi cita-cita Filsafat yang Otonom.

Apakah masih mungkin berfilsafat tentang "Yang Lain:.? Sebelum pertanyaan ini dijawab, adalah baik kalau konsep tentang "Yang Lain" mesti di beri batas. Orang Yunani membedakan "Yang Lain" dalam pengertian "heteros" dan "allos". Heteros berarti "Yang Lain" sebagai plural dari antara dua, sedangkan 'allos" berarti "Yang Lain" sebagai "yang satu" di antara banyak "Yang Lain". Dari Heteros muncul kata ; Heteronom dan Heterogen.

Makna tentang "Yang Lain" dapat ditegasi ; "Yang Lain" adalah Yang bukan aku. . Untuk memahami 'Yang Lain" menurut cara dia berada, orang mesti pertama-tama menanggalkan seluruh pemahaman tentang dirinya, tentang dunianya, tentang rasionalitasnya, tentang kesadarn dirinya, tentang kebenarannya, tentang persepsinya, tentang kehendaknya.

Dia yang lain adalah yang bukan aku, untuk memahami "Yang Lain", aku tidak dapat memulai dari diriku, karena memulai dari diri ku berarti memulai dari dunia pemahaman dan persepsiku, Memulai dari Kbenaran yang saya miliki ; Jalan yang Benar untuk memahami "Yang Lain" adalah memulai dari dunianya, yaitu keberlainannya, Dunianya adalah keberlainannya, yang sering saya sebut keluar dari 'Zona Aman" kita.

Yang Lain sebagai yang Heteronom

Aspek heteronom di sini mesti dimengerti dengan merujuk pada makna tenatng "Yang Lain" sebagai Yang Lain secara radikal, radikalnya adalah "keberlainnannya", Filsafat yang memusatkan perhatiannya pada pemikiran tentang "Yang Lain secara absolut", filsafat seperti ini di namakan Filsafat Heteronom. filsafat Heteronom tidak berbicara tentang aspek 'Yang Lain' seperti obyek eksternal di luar kesadaran manusia. Yang Lain sebagai heteronom dicirikan oleh aspek transendensi. Transendensi di sini dapat dimengerti sebagai suatu keberlainan radikal yang melampaui dari sekadar pemahaman yang ontologis. Keberlainnan seperti ini memiliki dimensi dari atas, yaitu Yang Maha Tinggi.

Yang Lain sebagai Yang Eksterior

Esai tentang Eksterioritas ini mengindikasikan membangun suatu Filsafat tentang "ketakberhinggaan" sebagai alternatif untuk mengatasi Filsafat Totalitas. Kalau dilihat sepintas, arti kata eksterior dapat saja dimengerti sebagai suatu realitas yang manusia jumpai di luar kesadaran manusia. Suatu realitas eksternal seperti ,gunung, batu, pohon, yang manusia persepsi, namun Filsafat ketakberhinggaan ini dalam makna kata eksterior merujuk pada suatu Realitas yang transenden, realitas yang melampaui dunia kesadaran manusia, yaitu suatu realitas yang tidak masuk dalam konteks pemahaman ku di Dhamma. Yang eksterior adalah yang transenden, yang melampaui pengetahuan ku.






Offline sukma

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 294
  • Reputasi: 0
Re: "YANG LAIN"
« Reply #1 on: 31 December 2008, 09:23:02 PM »
“Yang Lain” sebagai Tak Berhingga ;

Ketakberhinggaan atau “infini” adalah ide yang sangat signifikan dalam pemikiran Filsafat Levinas, karena ide ini dibicarakan sebagai jalan keluar atas kritiknya terhadap  tradisi filsafat Totalitas. Ide tentang Tak Berhingga dimaksud kan dalam kaitan dengan stuktur dasar relasi antara pikiran dan ideatum sebagai realisasi ketakberhinggaan. Suatu ide selalu berada dalam pikiran, demikianpun tentang ide “yang tak berhingga”. Ide ini terkandung dalam pikiran manusia, Levinas mengakui bahwa studinya tentang “ketakberhinggaan” diterima dari kontaknya dengan Descartes ;

*Pertama-tama saya mulai dari ide Kartesian tentang ketakberhinggaan , dimana -ideatum-, yaitu suatu realitas di mana ide selalu terarah ke sana, adalah Realitas yang lebih besar dan tak berhingga, yang memungkinkan orang dapat memikirkannya. Bagi Descrates, ini adalah suatu pembuktian tentang Eksistensi Tuhan ; pikiran tak dapat memikirkan sesuatu yang melampaui pikiran itu sendiri ; ide ketakberhinggaan semestinya telah diberikan kepada manusia. Orang semestinya terarah kepada Tuhan yang Tak Berhingga, yang menempatkan ide tentang Yang Tak Berhingga di dalam dirinya *

Jelas bahwa Realitas ketakberhinggaan atau ideatum jauh melampaui ide tentang yang tak berhingga. Realitas ini adalah Tuhan. Tuhan menjadi sumber ide Yang Tak Berhingga. Sedangkan ide Yang Tak Berhingga, yang berada dalam pikiran manusia menjadi bagian dari pengetahuan manusia tentang Tuhan, yaitu tentang Tuhan yang senantiasa terbuka, dekat namun tetap transenden, tersembunyi dan lain secara radikal. Pikiran manusia senatiasa dibimbing atau diarahkan oleh “Realitas ketakberhinggaan”. Meskipun demikian Realitas ini tetap lain. “Yang Tak Berhingga adalah yang lain secara radikal dan absolut”. Keberlainnanya melampaui ide tentang yang tak berhingga. Oleh karena itu Realitas ketakberhinggaan tidak dapat digapai sepenuhnya oleh pikiran, meskipun pikiran mempunyai ide tentangnya. Ada keterbatasan pikiran dan pengetahuan manusia untuk menggapai Yang Tak Berhingga. 

Offline sukma

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 294
  • Reputasi: 0
Re: "YANG LAIN"
« Reply #2 on: 01 January 2009, 02:27:10 PM »
Sesudah sedikit pengantar tentang manusia melalui ilmu Filsafat untuk membicarakan "Yang Lain" yaitu Yang Tak Berhingga di mana pada akhirnya tentu akan muncul suatu kata "Tuhan", dan bagaimana kita sebagai pengikut Dhamma Buddha THERAVADA bisa ikut dalam Dialog Makna kata Tuhan Yang Universal tanpa merusak dasar Dhamma Buddha khususnya dari THERAVADA.?  .

Koreksi saya bila saya salah, Dhamma Buddha kita isinya adalah Pencapaian Pencerahan Sempurna dari Sang Buddha Gautama yang di tuangkan dalam Sutta dan banyak buku Suci lainnya, dan semua Isi tulisan ini dikatakan BIJAKSANA demi membantu pengikut-pengikut Buddha mencapai Pembebasan Sempurna dari penderitaan, adapun segala tulisan Sutta dan buku Suci kita digolongkan sebagai jenis Filsafat,dll. Dan, kita sebagai pengikutnya masing-masing dari awal pembelajaran Dhamma Buddha, tentunya tahu bahwa pembelajaran Dhamma kita tidak menyertai satu pelajaran yang di sebut Teology yaitu suatu pembahasan tentang Tuhan / Sang Pencipta. Tidak adanya pembelajaran Materi Teologi bukan berarti Pengikut Buddhisme adalah termasuk kelompok yang biasanya di sebut Atheis atau Komunis.Tentunya kita bisa berbicara tentang Tuhan karena sejak Sang Buddha Gautama membabarkan Dhamma, kata Ketuhanan Yang Maha Esa telah ada pada Dhamma kita.

Untuk berdialog tentang Makna Tuhan Yang Universal dengan Bijaksana, Intelektual, dan semangat Cinta-Kasih, apakah kita sebagai murid-murid Buddha diperboleh berbicara tentang Teologi tanpa memberi 3 alasan yang classic dibawah ini ;
Beberapa Sikap terhadap Allah /Tuhan ;

1 . Apa yang dikemukan kaum oleh Atheis, mereka memperdebatkannya dan bahkan menolaknya dengan mengatakan Allah /tuhan itu Tidak Ada dan bahwa sesyaty yang seperti Allah itu tidak memiliki Makna yang dapat di Spesifikasi.

2 . Agnostisisme yakni paham yang menegaskan bahwa Akal-Budi manusia tidak dapat mengetahui atau mengatakan apa-apa tentang Allah /Tuhan. Dengan kata lain, adanya Tuhan tidak dapat ditunjukkan dan sekaligus tiadanya Tuhan juga tidak bisa dibuktikan.

3 . Indiferentisme, yakni paham yang mengatakan persoalan mengenai Allah /Tuhan itu Tidak Relevan dan Tidak Banyak Manfaatnya.

Sebab, manusia adalah mahluk yang terbatas dengan keterbukaan yang tak berbatas....maka bertanya tentang Tuhan tidak pernah akan musnah pertanyaan ini dari Habitat Manusia. Maka, silahkan Vooting suara bila kita mau diskusi tentang Tuhan, maka harus bersikap Fair dengan memakai ilmu Teologi , hal yang sama bila sdr/i yang berbeda Agama nya mau berdiskusi Dhamma Buddha mereka juga siap belajar 8 Jalan Utama kita.

Sebagai kelanjutan Dialog kata Tuhan, maka saya sebagai pengikut Dhamma, menganut paham Dialog seperti di bawah ini ;

Untuk memahami 'Yang Lain" menurut cara dia berada, orang mesti pertama-tama menanggalkan seluruh pemahaman tentang dirinya, tentang dunianya, tentang rasionalitasnya, tentang kesadaran dirinya, tentang kebenarannya, tentang persepsinya, tentang kehendaknya.

Dia yang lain adalah yang bukan aku, untuk memahami "Yang Lain", aku tidak dapat memulai dari diriku, karena memulai dari diri ku berarti memulai dari dunia pemahaman dan persepsiku, Memulai dari Kebenaran yang saya miliki ; Jalan yang Benar untuk memahami "Yang Lain" adalah memulai dari dunianya, yaitu keberlainannya, Dunianya adalah keberlainannya, yang sering saya sebut keluar dari 'Zona Aman" kita.

 _/\_
 


« Last Edit: 01 January 2009, 02:31:13 PM by sukma »

Offline sukma

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 294
  • Reputasi: 0
Re: "YANG LAIN"
« Reply #3 on: 01 January 2009, 08:43:12 PM »
Noted ; tujuan saya turunkan tulisan ini bukanlah untuk membela Nama Tuhan pada kepercayaan sdr/i lain, karena sebenarnya tidak bisa apapun di tambah atau di kurangi untuk Eksistensi Tuhan, sebab Dia adalah Sempurna Adanya, di puji pun tidak akan menambah se miligram Kemuliaan atau Kekuasaan NYA., atau pun di hina pun tidak akan mengurangi se miligram Kemuliaan atau Kekuasaan NYA


Sebelum kita berdialog kata "Allah /Tuhan", perlu kiranya kita meditasi kata "Allah / Tuhan", meditasi ini perlu mengingat kata "Allah /Tuhan" bukan sekadar sebuah kata di antara banyak kata tetapi merupakan kata di mana bahasa memahami atau menangkap dirinya sendiri dalam dasarnya, sehingga kita bisa melihat dalam meditasi beberapa aspek makna dari kata "Allah /Tuhan" ini. Dilihat dari ;

Aspek Antropologis ;

Aspek Antropologis berkaitan dengan tiga fakta ;

1 . Kata "Allah /Tuhan" ada dalam bahasa-bahasa manusia. Kita juga sudah lazim menyebut dan mendengarnya. Kenyataan ini cukup membuat kita untuk merenungkan atau memeditasikannya. Lagi pula, kata itu sangat Unique. Keunikkannya terletak dalam hal ini, yaitu bahwa berbeda dengan kata benda-kata benda lainnya. "Allah / Tuhan" adalah nama untuk sesuatu yang tidak nampak dalam ruang dan waktu. Bila batas pengetahuan manusia adalah kenyataan eksternal, maka kata "Allah/Tuhan" sama sekali tidak memenuhi kualifikasi itu. Kata itu seolah tidak mengatakan banyak hal tentang apa yang di maksud atau ditunjuknya, sebagaimana halnya apabila kita mengatakan pohon. batu, meja, atau matahari. Kata itu juga tidak menjalankan fungsi seperti halnya indeks yang menunjuk atau tertuju ke sesuatu yang dijumpai secara langsung di luar kata itu. Sudah jelas di sini, kata 'Allah/Tuhan" bukanlah termasuk realitas kategorial dalam Sejarah, kendati -sebagaimana akan ditunjukan- mendasari atau menopang seluruh kenyataan termasuk bahasa kita.

2 .Apa yang paling sederhana dan tak terhindarkan bagi manusia adalah kenyataan bahwa "kata Allah itu berada dalam eksistensi intelektual dan spiritualnya". Ini berarti bahwa "Allah" turut diketahui dan diafirmasi -kendati secara implisit atau anonim- dalam aktivitas mengetahui suatu hal dan dalam bertindak bebas. Allah berhadapan dengan seluruh realisasi eksistensi kita. Sebagai demikian, Allah menunjuk pada pribadi yang tak terlukiskan dan melampaui semua pengertian kita. Dia adalah Misteri Suci. Mungkin karena hal ini juga, kata "Allah/Tuhan" selalu dapat diabaikan, tidak di-dengar-kan dan dianggap sebagai yang tidak bermakna. Orang-Orang tidak lagi melihat sebagai jawaban atas persoalan-persoalan hidupnya.

3 . ..........

  Manusia sebagai Mahluk Kebebasan

Manusia secara hakiki adalah mahluk kebebasan. Artinya, manusia berada atau bereksistensi sebagai mahluk kebebasan. Menjadi manusia berarti menjadi Bebas. Dalam arti ini, kebebasan bukan suatu dimensi tambahan atau salah satu kesanggupan diantara kesanggupan manusia yang lain. Akan tetapi, kebebasan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kenyataan manusia. Dengan demikian, kebebasan berhubungan erat dengan hal menjadi pibadi. Manusia dapat menciptakan atau merealisasikan sejumlah kemungkinan dirinya justru karena dia adalah mahluk yang senantiasa bebas. Maka, dalam mencintai, dalam menghendaki, dalam bertindak bebas atau dalam aktivitas mengetahui, misalnya, seseorang tidaklah memaksudkan sesuatu yang lain di luar dirinya tetapi sungguh memaksudkan dirinya.

Kebebasan sering dikaitkan dengan kesanggupan untuk memilih melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Saya, misalnya, dapat bebas memilih untuk merokok atau tidak merokok, menikah atau tidak menikah, dan sebagainya. Tentu saja, pemahaman yang melihat kebebasan berhubungan dengan pilihan atau keputusan itu tidaklah keliru. Namun, demikian, pilihan atau keputusan yang diambil itu menjadi mungkin karena dia sebetulnya sudah selalu mengandaikan adanya kebebasan yang disebut kebebasan transendental.

Kebebasan transendental ini bersifat primer, hakiki, mendahului, dan menyiapkan setiap tindakan realisasi diri dalam Sejarah. Realisasi diri manusia dalam Sejarah tidaklah mungkin dipikirkan tanpa adanya kebebasan transendental itu. Ringkasnya, kebebasan adalah kebebasan dalam dan melalui Sejarah / Historis dan dalam ruang waktu. Artinya, dalam kebebasan seorang pribadi berhadapan dengan dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Oleh karena itu, kebebasan berhubungan dengan kondisi dasar manusia yakni keterbukaan dan keterarahan dasarnya pada sesuatu yang lain dari dirinya sendiri yang dalam bahasa Iman di sebut Allah.

Manusia sebagai Mahluk Historis dan Interpersonal ;

Salah satu konsekuensi dari materialitas manusia adalah bahwa dia ada, bergerak, dan hidup dalam dunia, waktu dan Sejarah. Manusia sebagai pribadi dan subyek adalah manusia historis justru karena dia adalah mahluk transenden. Pengalaman transendensinya selalu terjadi dalam arena kehidupan manusia yang konkret. Tindakkan  Kebebasan dan Pengetahuannya menjadi mungkin karena adanya transendensi itu. Bertindak bebas selalu berarti bertindak secara historis ; bertindak dalam ruang dan waktu serta dalam hubungan dengan sesama. Naumun, pada saat yang sama dalam bertindak bebas ditegaskan subyektivitas sekaligus keterarahan seseorang.

Manusia sebagai mahluk historis dan interpersonal menunjuk pada tigal hal.

Pertama, manusia adalah mahluk yang berada dalam Sejarah. Dia berada, bergerak dan hidup dalam ruang dan waktu. Hidupnya dikondisikan oleh situasi kebebasan orang-orang lainnya. Dalam arti itu, dia menemukan dirinya sebagai yang sudah ada, sudah tercantum dalam Sejarah /Historis.

Kedua, dimensi spiritualitas atau transendensi. Hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa upaya menafsirkan diri merupakan hal yang Niscaya bagi manusia. Kendati dia berada dalam Sejarah dan serentak dikondisikan oleh situasi kebebasan sesamanya, dia masih dapat mengambil jarak terhadap situasinya itu. Dia tidak pernah berada begitu saja, akan tetapi sudah selalu berupaya mengerti faktisitasnya dan dengan demikian melampauinya. Upaya penafsiran diri ini merupakan kesadaran yang terus menyertai semua semua pengertian atau pengalamannya dalam Sejarah.

Ketiga, aktualisasi trasendensi manusia terjadi dalam Sejarah. Dia merealisasikan kemungkinan-kemungkinannya sebagai mahluk yang bebas di dalam Sejarah dan dalam hubungan dengan orang-orang lain. Keberakarannya dalam dunia dan sejarah merupakan titik tolak untuk transendensi.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: "YANG LAIN"
« Reply #4 on: 01 January 2009, 11:33:13 PM »
Lha karena universal-nya itulah menyebabkan bahwa Dharma itu menjawab memuliakan-NYA  pada tempat tertinggi... Seperti sdri.sukma katakan, dipuja puja tidak akan menambah sekian bobot kemuliaan-NYA, demikian juga kalau di-hina dan di-hujat juga tidak akan mengurangi sekian bobot kemuliaan-NYA...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline Jerry

  • Sebelumnya xuvie
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.212
  • Reputasi: 124
  • Gender: Male
  • Suffering is optional.. Pain is inevitable..
Re: "YANG LAIN"
« Reply #5 on: 02 January 2009, 12:27:46 AM »
Makna transendensi itu sendiri malah menjadi berkurang tatkala dibahas sifat2nya.. Semakin banyak dibahas berarti semakin banyak menempelkan label, yg berarti semakin terbentuk sisi2 yg membatasi, mengurangi keluasan pengertian transendensi itu.

Seperti yg pernah saya baca, jelas bila andaikata Tuhan itu turun ke dunia di hari kiamat, Dia akan memilih kaum Atheis dan Agnostis sebagai umat-Nya.

appamadena sampadetha

Offline Reenzia

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.199
  • Reputasi: 50
  • Gender: Female
  • The Wisdom ~
Re: "YANG LAIN"
« Reply #6 on: 02 January 2009, 01:07:29 AM »
ilmu adalah untuk dipelajari, sehingga bermanfaat bagi orang yg mempelajarinya
bukan untuk dibukukan, disampul dengan bagus, dan dipajang di toko atau perpustakaan

Offline hatRed

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 7.400
  • Reputasi: 138
  • step at the right place to be light
Re: "YANG LAIN"
« Reply #7 on: 02 January 2009, 08:51:45 AM »
Quote
Noted ; tujuan saya turunkan tulisan ini bukanlah untuk membela Nama Tuhan pada kepercayaan sdr/i lain

trus... jadinya maksudnya apa ?
i'm just a mammal with troubled soul



Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: "YANG LAIN"
« Reply #8 on: 02 January 2009, 09:48:27 AM »
Tulisannya susah dimengerti oleh aye nih :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: "YANG LAIN"
« Reply #9 on: 02 January 2009, 10:16:59 AM »
pengen tanya donk kok Setan lebih aktif kuasanya daripada Tuhan yah?
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: "YANG LAIN"
« Reply #10 on: 02 January 2009, 10:21:03 AM »
pengen tanya donk kok Setan lebih aktif kuasanya daripada Tuhan yah?

Karena TUHAN itu sibuk menjawab doa doa umat-nya, sedangkan Setan banyak nganggur... makanya lebih reseh... hehehehe...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline nyanadhana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.903
  • Reputasi: 77
  • Gender: Male
  • Kebenaran melampaui batas persepsi agama...
Re: "YANG LAIN"
« Reply #11 on: 02 January 2009, 10:24:20 AM »
emang doa pernah dijawab,kutukan lebih manjur kok daripada doa.habis kalo doa...nomor yang anda tuju sibuk melulu,kadang dijawab sama mailbox.
Sadhana is nothing but where a disciplined one, the love, talks to one’s own soul. It is nothing but where one cleans his own mind.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: "YANG LAIN"
« Reply #12 on: 02 January 2009, 10:26:57 AM »
Khan Tuhan kuasanya untuk yang percaya, sedangkan setan itu yang paling banyak dipercaya kakakakak
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline sukma

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 294
  • Reputasi: 0
Re: "YANG LAIN"
« Reply #13 on: 02 January 2009, 12:30:47 PM »
Oentoek sobat ku, Dilbert, Xuvie, Reenzia, hatRed, dan Ryu,

Posting by Sukma ; Noted ; tujuan saya turunkan tulisan ini bukanlah untuk membela Nama Tuhan pada kepercayaan sdr/i lain

Pertanyaan ; hatred ;
trus... jadinya maksudnya apa ?


Sederhana saja kenapa saya mau membuang energi untuk penulisan “Yang Lain” / Tuhan dilihat dari pondasi Ajaran Buddha.?. Sebab, “kita-kita” nya hanya pintar memberi pendapat tanpa pernah mau refleksi pengalaman akan Tuhan Yang Maha Esa (sesuai Dhamma) pada pribadi lepas pribadi. Pernahkan kita refleksi secara Total seluruh Ajaran Sang Buddha Gautama, dari mulai A – Z .? Atau pernahkan kita refleksi pribadi Beliau yang aslinya dari Agama Hindu dengan nota bene ; adanya puluhan dewa dan dewi dan tuhan.? lantas sejak Beliau membabarkan Ajaran Beliau di lingkungan Agama Hindu dengan nota bene puluhan tuhan, dewa, dewi, yang tumbuh begitu subur di masyarakat Hindu dengan segala deritanya mereka.?, Lantas pernahkah kita ikut me-refleksi dari dasar apa Beliau akhirnya merangkum kata Ketuhanan Yang Maha Esa diantara kebudayaan Hindu ini.?

Bisa kah saya juga memakai cara sobat-sobat yang dengan yakinnya berbicara setan-setan, dengan mengasumsi dewa-dewi dan tuhan yang tumbuh dengan ratusan pribadi di zaman Gautama juga adalah setan-setan seperti yang kalian tulis diatas ini.?

Jadi lah Pengikut Sang Buddha yang BIJAKSANA sesuai Ajaran Beliau Yang Bijaksana bila kalian mau berbicara tentang Tuhan maka saran saya ; meditasikan Sang Buddha Gautama ketika Beliau mengambil rujukan kalimat "Ketuhanan Yang Maha Esa"

 _/\_

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: "YANG LAIN"
« Reply #14 on: 02 January 2009, 12:34:21 PM »
perasaan sang Buddha tidak pernah mengambil rujukan kalimat "Ketuhanan Yang Maha Esa"
di sutta mana yah ?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

 

anything