Dalam kisah Sang Buddha mempertunjukkan kekuatan batinnya yang disebut Keajaiban Ganda (Mukjizat Kembar) di kebun mangga milik tukang kebun Ganda (Kanda menurut RAPB) di Savatthi yang terdapat dalam Dhammapada Atthakatha, terdapat kejadian bagaimana para pertapa ajaran lain "dihajar" habis-habisan oleh panas matahari, angin badai, dan hujan sbb:
atau versi terjemahan STI dalam "Sang Buddha Pelindungku":
Intinya kedua versi ini sama, hanya berbeda terjemahan dan cara penuturan kisahnya. Namun jika diperhatikan baik-baik, maka akan ditemukan suatu ketidaksesuaian: Jika kejadian alam seperti jalannya matahari, terjadinya badai dan hujan diatur oleh hukum Utu Niyama dan tidak ada sosok makhluk pun apakah dewa atau brahma yang dapat mempengaruhi jalannya hukum tersebut, mengapa para dewa dalam kisah di atas bisa "menciptakan" terik matahari yang panas, angin kencang, badai, hujan deras dan hujan batu tersebut?
Apakah benar demikian (ada dewa tertentu yang mengatur cuaca dan iklim seperti dalam kisah Perjalanan ke Barat/Kera Sakti)? Atau ada yang "salah" dengan kisah ini (yang berasal dari kitab Komentar/Atthakatha terhadap Dhammapada)?
semua yang ada di tulisan ini benar, bro arya
pada saat Guru Agung mejadi manusia, para devata dapat mempengaruhi alam manusia dan "niyama" saat jaman ini dapat di "bengkokan oleh para devata"
saat inilah, manusia mengenal yang namanya "tuhan" karena 2 demensi alam (alam halus dan alam manusia) dapat saling bersingungan
saat masa ini bro arya, jika ada deva turun kebumi, bahkan mata manusia biasa dapat melihat wujud devata tersebut sama seperti kita melihat angota keluarga kita yang lain, lengkap dengan segala cahaya mereka
maka timbul "keraguan" bagi umat yang memahami sutta berdasarka "teks" saja, tampa mampu memahami kejadian di waktu dahulu
intinya bro arya, apa yang ada disutta dan di jataka, adalah benar terjadi,
cuma umat tidak mampu melihat kejadian sebenarnya
mettacetanna