//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Manfaat menyebut nama Para Buddha  (Read 83170 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Manfaat menyebut nama Para Buddha
« Reply #180 on: 18 August 2011, 08:51:01 AM »
dalam pengertian saya, pemahaman intelektual kualitas buddha tidaklah penting ataupun relevan dalam praktek ini.

imo, mengucapkan nama buddha di sini bertujuan untuk memberikan objek pada batin dengan hasil akhir keterkonsentrasian (one-pointedness) pada nama buddha ini sehingga hanya ada nama buddha ini di dalam batin (semacam nimitta?). bedanya melafal buddha dengan melafal "morpheus" atau melafal "megan fox" mungkin terletak pada asosiasi nama buddha itu dengan keagungan atau kesucian. jadi cukup kualitas general saja, tidak perlu secara intelek superdetail (seperti penjelasan vijja carana sampano yg berarti 9 butir2 vijja dan 15 butir2 carana sampano, blablabla).

sepertinya mirip dengan praktik metode buddho berikut:
http://www.accesstoinsight.org/lib/thai/thate/buddho.html

jadi dibilang membeo kayaknya bukan, tapi dibilang perenungan kualitas2 (dengan intelek / mikir) kayaknya juga bukan.
mohon dikoreksi oleh yg mengerti praktik nienfo atau buddho.
imo, pemahaman ttg dukkha adalah paham buddhism umum, bukan theravada atau mahayana...
Kalau memang intinya adalah sama, kira-kira untuk apa dibabarkan begitu banyak nama Buddha? Lagipula dalam sutranya disebutkan bahwa jika orang yang mendengar tersebut memunculkan keyakinan atau rasa hormat, maka baru 'manjur'. Jadi saya pikir sepertinya itu bukan seperti metode "Buddho" tapi lebih ke Buddhanusmrti yang menimbulkan suatu keyakinan.


Offline waliagung

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 417
  • Reputasi: 3
  • Gender: Male
  • SEMOGA SEMUA MAHLUK HIDUP BERBAHAGIA
Re: Manfaat menyebut nama Para Buddha
« Reply #181 on: 18 August 2011, 09:31:15 AM »
saya pernah lihat ada tulisan bahwa di saat kita sekarat dan ingat nama buddha amithaba
kita akan masuk shukavati...........
menurut sy itu sm....
hanya dikala sekarat yg berperan besar adalah kharmanya.....
kalu cukup baik kharmanya pasti ingat dia pada buddha,tp bila buruk hanya ada ketakutan dlm sekarat.......oh sungguh ...........kasihan dia.........dan mereka .........yg hidup tanpa kebajikan tuhan

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Manfaat menyebut nama Para Buddha
« Reply #182 on: 18 August 2011, 09:37:35 AM »
Wkwkwkwkwkw.... tapi......

Roh Kudusnya kan bukan manusia, tidak ada ajaran kr****n yang mengatakan Roh Kudus (Parakletos) = Manusia yang penuh dosa itu sendiri. Roh Kudus adalah salah satu dari Trinitas Tuhan.

Klo Buddha = manusia

:)) :))
artinya manusia dihidupkan oleh roh, yang berasal dari tuhan, artinya buda pun rohnya berasal dari tuhan.
ada dikatakan dalam alkitab juga :
Oleh sebab itu, bernubuatlah dan katakan kepada mereka: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Sungguh, Aku membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu, hai umat-Ku, dari dalamnya, dan Aku akan membawa kamu ke tanah Israel. Dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah TUHAN, pada saat Aku membuka kubur-kuburmu dan membangkitkan kamu, hai umat-Ku, dari dalamnya. Aku akan memberikan Roh-Ku ke dalammu, sehingga kamu hidup kembali dan Aku akan membiarkan kamu tinggal di tanahmu. Dan kamu akan mengetahui bahwa Aku, TUHAN, yang mengatakannya dan membuatnya, demikianlah firman TUHAN."

Quote
Lagian kan Roh Kudus tidak selama-lamanya tuh dan merupakan anugerah saja.
betul :)

Quote
Klo Buddha dalam hati ya selama-lamanya, karena memang Buddha tidak terpisah dengan hati manusia.

 :)) :))
yang saya ingin tanyakan, buda dalam hati itu artinya semua manusia tidak terkecuali manusia yang mempunyai agama dan kepercayaan lain?

Quote
Klo Roh Kudus menurut anda tinggal dalam manusia.

Buddha tidak lagi tinggal, tapi adalah hakekat sejati dari suatu eksistensi manusia dan berada dalam diri sendiri.

 _/\_
The Siddha Wanderer
bisa dijelaskan lebih detail?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Manfaat menyebut nama Para Buddha
« Reply #183 on: 18 August 2011, 09:40:24 AM »
Kalau orangnya tidak pernah belajar tentang kualitas Buddha sebelumnya , lantas apa yang direnungkan? Kalau salah perenungan (mis: Buda = Nabinya Lao Mu) malah jadi aneh.
yang saya bingung seperti contoh cerita nenek kebanjiran itu, apa si bodisatwa apalokiteswara itu kaga malu ngaku2 jadi tim sar, atau tetangganya, padahal dia kaga nolong sama sekali (hanya alibi doang) padahal tim sar, tetangganya itu bisa saja utusan Yesus atau utusan lain.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline waliagung

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 417
  • Reputasi: 3
  • Gender: Male
  • SEMOGA SEMUA MAHLUK HIDUP BERBAHAGIA
Re: Manfaat menyebut nama Para Buddha
« Reply #184 on: 18 August 2011, 09:55:47 AM »
kayanya avalokitesvara dan yesus and muhamad terus dewa siwa,brahma,indra pada akur2 aja tuh.......

mereka pada kg lihat label umat yg akan di tolong agama apaun bila mereka yg dengar maka mereka yg akan menolong,,,,

sekalipun mereka tidak beragama tetap mereka bila berjodoh karma akan menolong........

kalau masih ragu berdoa...yg manatap panggil nabi atau tuhan mu ,,,,bila ketemu.......maka kau tak akan mengeluarkan satu kata tentang perbedaan .......sm2 punya 1  tuhan , 2 alam ,3 penyempurnaan ,4 kabahagian ,5 penderitaan ,6 kemerosotan ,7kemelekataan ,8 keinginan ,9 karma berputar, 10 diam saaat di puncak kebajikan................

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Manfaat menyebut nama Para Buddha
« Reply #185 on: 18 August 2011, 09:58:01 AM »
yang saya bingung seperti contoh cerita nenek kebanjiran itu, apa si bodisatwa apalokiteswara itu kaga malu ngaku2 jadi tim sar, atau tetangganya, padahal dia kaga nolong sama sekali (hanya alibi doang) padahal tim sar, tetangganya itu bisa saja utusan Yesus atau utusan lain.

ya tapi tim sar, tetangga, bahkan yesus pun adalah emanasi dari bodhisattwa, jadi tetap aja bodhisattwa yg menang.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Manfaat menyebut nama Para Buddha
« Reply #186 on: 18 August 2011, 10:00:24 AM »
ya tapi tim sar, tetangga, bahkan yesus pun adalah emanasi dari bodhisattwa, jadi tetap aja bodhisattwa yg menang.
kalau ada kasus penjahat di hukum pancung, dia berdoa pada bodisatwa, kaga taunya mati, dia komplen sama bodisatwa, trus bodisatwanya bilang tau gak siapa yang mancung kamu, itu gw =)) =)) =)) =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Manfaat menyebut nama Para Buddha
« Reply #187 on: 18 August 2011, 10:05:57 AM »
kayanya avalokitesvara dan yesus and muhamad terus dewa siwa,brahma,indra pada akur2 aja tuh.......

mereka pada kg lihat label umat yg akan di tolong agama apaun bila mereka yg dengar maka mereka yg akan menolong,,,,

sekalipun mereka tidak beragama tetap mereka bila berjodoh karma akan menolong........

kalau masih ragu berdoa...yg manatap panggil nabi atau tuhan mu ,,,,bila ketemu.......maka kau tak akan mengeluarkan satu kata tentang perbedaan .......sm2 punya 1  tuhan , 2 alam ,3 penyempurnaan ,4 kabahagian ,5 penderitaan ,6 kemerosotan ,7kemelekataan ,8 keinginan ,9 karma berputar, 10 diam saaat di puncak kebajikan................
kalau soal gitu ngapain berdoa pada tuhan, udah aja seperti cerita ini :
Cerita Hasidim:

Suatu hari sudah petang seorang petani miskin pulang dari pasar, menyadari bahwa ia lupa membawa buku-buku doanya. Roda gerobaknya terlepas tepat ditengah htan, dan ia menyesal bhwa hari akan lewat tanpa bisa mengucapkan doanya.

Maka inilah doa yang dibuatnya:
"Perbuatanku amat bodoh ya Tuhan. Aku meningggalkan rumah pagi ini tanpa membawa buku doa. Dan ingatanku itu sedemikian rupa hingga doa satupun tak dapat kukatakan tanpa buku. Maka inilah yang hendak kukatakan :
Aku akan mengucapkan a-b-c- ... lima kali pelan-pelan dan Engkau, yangmengetahui semua doa, bisa mengatur huruf-hurufnya, untuk membentuk doa, yang tak dapat kuingat "

Dan Tuhan berkata kepada para malaiktaNya :
"Dari segala doa yang Aku denga hari ini, satu ini niscaya yang paling baik, karena datang dari hati yang sederhana dan jujur".


(Doa sang katak 1 : Doa - hal 11 Kanisius 1990 cetakan ke 18 tahun ke 5)

Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Manfaat menyebut nama Para Buddha
« Reply #188 on: 18 August 2011, 10:11:45 AM »
apakah keterangan semua itu ada dalam kitab2 ybs, atau komentar2 belakangan? apakah komentar2 itu bisa dipertanggungjawabkan?
menurut om morp, dari cerita di atas kesimpulannya bagaimana?
bodisatwa itu tetangganya dan anggota sar?

lucunya cerita diatas itu sering di ceritakan dalam agama2 lain, dalam cerita MLM dengan mengubah tokohnya demi kepentingannya, entah cerita yang aslinya dari mana =))

kalau dalam MLM pernah juga saya mendengar, hanya mengganti tokoh tuhannya itu jadi si sales MLM nya itu =))
mengenai basis dari keterangan itu udah dijawab sama om gandalf.

terlepas dari cerita di atas, menurut pendapat saya, sah2 saja untuk memakai cerita untuk mengajarkan sesuatu. yg penting adalah pesan dan ajaran dibalik cerita tersebut. seperti yg dijelaskan oleh om gandalf, pesan dan ajaran mahayana memiliki kerangka yg konsisten dan berkesinambungan. saya sebagai orang luar bisa menerima keterangan itu...

ps: sebagian ahli berpendapat parable gajah dan orang2 buta yg disampaikan buddha dalam kanon pali merupakan penyampaian ulang dari cerita india kuno atau cerita jain. kalo itu benar, bagi saya sah2 saja Sang Buddha menggunakan parable itu untuk pesan dan ajarannya sendiri.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Manfaat menyebut nama Para Buddha
« Reply #189 on: 18 August 2011, 10:15:37 AM »
mengenai basis dari keterangan itu udah dijawab sama om gandalf.

terlepas dari cerita di atas, menurut pendapat saya, sah2 saja untuk memakai cerita untuk mengajarkan sesuatu. yg penting adalah pesan dan ajaran dibalik cerita tersebut. seperti yg dijelaskan oleh om gandalf, pesan dan ajaran mahayana memiliki kerangka yg konsisten dan berkesinambungan. saya sebagai orang luar bisa menerima keterangan itu...

ps: sebagian ahli berpendapat parable gajah dan orang2 buta yg disampaikan buddha dalam kanon pali merupakan penyampaian ulang dari cerita india kuno atau cerita jain. kalo itu benar, bagi saya sah2 saja Sang Buddha menggunakan parable itu untuk pesan dan ajarannya sendiri.


tanya om, parable gajah yg anda maksudkan, di bagian mana dari kanon Pali hal itu tertulis?

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Manfaat menyebut nama Para Buddha
« Reply #190 on: 18 August 2011, 10:18:18 AM »
mengenai basis dari keterangan itu udah dijawab sama om gandalf.

terlepas dari cerita di atas, menurut pendapat saya, sah2 saja untuk memakai cerita untuk mengajarkan sesuatu. yg penting adalah pesan dan ajaran dibalik cerita tersebut. seperti yg dijelaskan oleh om gandalf, pesan dan ajaran mahayana memiliki kerangka yg konsisten dan berkesinambungan. saya sebagai orang luar bisa menerima keterangan itu...

ps: sebagian ahli berpendapat parable gajah dan orang2 buta yg disampaikan buddha dalam kanon pali merupakan penyampaian ulang dari cerita india kuno atau cerita jain. kalo itu benar, bagi saya sah2 saja Sang Buddha menggunakan parable itu untuk pesan dan ajarannya sendiri.

justru apabila memilih cerita dengan tidak benar bisa menimbulkan kesalahpahaman, kalau dalam kalama sutta sudah jelas cerita itu harus diragukan, juga pemahaman buda ada di semua orang apakah tidak aneh? apakah di semua manusia/hanya manusia2 yang baik saja baru disebut itu pekerjaan buda, kalau manusia2 yang tidak baik itu disebut pekerjaan mara?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Manfaat menyebut nama Para Buddha
« Reply #191 on: 18 August 2011, 10:22:24 AM »
tanya om, parable gajah yg anda maksudkan, di bagian mana dari kanon Pali hal itu tertulis?
Tittha Sutta



Demikian telah kudengar.

Satu ketika Sang Bhagava tengah bersemayam dekat Savatthi, di Hutan Jeta, Taman Anathapindika. Adapun pada ketika itu terdapat banyak pendeta, pertapa, dan pengelana dari beraneka aliran yang hidup di sekitar Savatthi dengan pandangan yang berbeda-beda, pendapat yang berbeda-beda, kepercayaan yang berbeda-beda, bergantung untuk dukungan atas pandangan mereka yang berbeda-beda. Beberapa dari para pendeta dan pertapa memegang pandangan ini, doktrin ini: "Alam semesta adalah kekal. Hanya ini yang benar; apapun lainnya keliru."

Beberapa dari para pendeta dan pertapa memegang pandangan ini, doktrin ini: "Alam semesta adalah tak-kekal" ... "Alam semesta adalah terbatas" ... "Alam semesta adalah tanpa batas" ... "Jiwa dan tubuh adalah sama" ... "Jiwa adalah satu hal dan tubuh hal lainnya" ... "Setelah kematian Sang Tathagata ada" ... "Setelah kematian Sang Tathagata tiada" ... "Setelah kematian Sang Tathagata ada dan tiada" ... "Setelah kematian Sang Tathagata tidak ada tidak pula tiada. Hanya ini yang benar; apapun lainnya keliru."

Dan mereka hidup bercekcok, bertengkar, dan berselisih; melukai satu sama lain dengan senjata mulut, berkata, "Dhamma adalah seperti ini, Dhamma bukan seperti itu. Dhamma bukan seperti itu, Dhamma adalah seperti ini."

Kemudian di pagi hari, sejumlah besar bhikkhu, setelah mengenakan jubah mereka dan membawa mangkuk serta jubah-luar mereka, pergi ke Savatthi untuk mengumpulkan makanan sedekah. Setelah pergi mengumpulkan makanan sedekah di Savatthi, sehabis bersantap, kembali dari pengumpulan makanan sedekah mereka, mereka pergi kepada Sang Bhagava dan, ketika tiba, setelah menyalami beliau, duduk di satu sisi. Sementara mereka tengah duduk di sana, mereka berkata kepada Sang Bhagava: "Bhante, terdapat banyak pendeta, pertapa, dan pengelana dari beraneka aliran yang hidup di sekitar Savatthi dengan pandangan yang berbeda-beda, pendapat yang berbeda-beda, kepercayaan yang berbeda-beda, bergantung untuk dukungan atas pandangan mereka yang berbeda-beda ... dan mereka hidup bercekcok, bertengkar, dan berselisih, melukai satu sama lain dengan senjata mulut, berkata, 'Dhamma adalah seperti ini, Dhamma bukan seperti itu. Dhamma bukan seperti itu, Dhamma adalah seperti ini.'"

"Para bhikkhu, para pengelana dari aliran-aliran lain adalah buta dan tak bermata. Mereka tidak mengetahui apa yang bermanfaat dan apa yang berbahaya. Mereka tidak mengetahui apa yang adalah Dhamma dan apa yang bukan-Dhamma. Tidak mengetahui apa yang bermanfaat dan apa yang berbahaya, tidak mengetahui apa yang adalah Dhamma dan apa yang bukan-Dhamma, mereka hidup bercekcok, bertengkar, dan berselisih, melukai satu sama lain dengan senjata mulut, berkata, 'Dhamma adalah seperti ini, Dhamma bukan seperti itu. Dhamma bukan seperti itu, Dhamma adalah seperti ini.'

"Dahulu, di Savatthi ini juga, terdapat seorang raja tertentu yang berkata pada seorang lelaki, 'Kumpulkan bersama-sama semua orang di Savatthi yang telah buta sejak lahir.'"

"'Baiklah, paduka,' lelaki tersebut menyahut dan, setelah mengumpulkan semua orang di Savatthi yang telah buta sejak lahir, ia pergi kepada sang raja dan ketika tiba berkata, 'Paduka, semua orang di Savatthi yang telah buta sejak lahir telah dikumpulkan bersama-sama.'

"'Bagus sekali, kalau begitu, perlihatkan orang-orang buta itu seekor gajah.'

"'Baiklah, paduka,' lelaki tersebut menyahut dan ia memperlihatkan orang-orang buta itu seekor gajah. Pada beberapa orang buta ia memperlihatkan kepala gajah, berkata, 'Inilah, orang buta, seperti apa seekor gajah itu.' Pada beberapa dari mereka ia memperlihatkan telinga gajah, berkata, 'Inilah, orang buta, seperti apa seekor gajah itu.' Pada beberapa dari mereka ia memperlihatkan gadingnya ... belalainya ... badannya ... kakinya ... bagian belakangnya ... ekornya ... rambut di ujung ekornya, berkata, 'Inilah, orang buta, seperti apa seekor gajah itu.'

"Kemudian, setelah memperlihatkan orang-orang buta itu gajah tersebut, lelaki itu pergi kepada sang raja dan ketika tiba berkata, 'Paduka, orang-orang buta itu telah melihat gajah tersebut. Sudilah paduka lakukan apa yang paduka pikir sekarang waktunya untuk dilakukan.'

"Kemudian sang raja pergi kepada orang-orang buta itu dan ketika tiba menanyakan mereka, 'Orang-orang buta, sudahkah kalian melihat gajah tersebut?'

"'Ya, paduka. Kami telah melihat gajah tersebut.'

"Sekarang beritahu aku, orang-orang buta, seperti apa gajah itu.'

"Orang-orang buta yang telah dipertunjukkan kepala gajah menjawab, 'Gajah, paduka, adalah persis seperti sebuah tempayan air.'

"Mereka yang telah dipertunjukkan telinga gajah menjawab, 'Gajah, paduka, adalah persis seperti sebuah keranjang penampi.'

"Mereka yang telah dipertunjukkan gading gajah menjawab, 'Gajah, paduka, adalah persis seperti sebuah pentung besi.'

"Mereka yang telah dipertunjukkan belalai gajah menjawab, 'Gajah, paduka, adalah persis seperti sebuah tiang bajak.'

"Mereka yang telah dipertunjukkan badan gajah menjawab, 'Gajah, paduka, adalah persis seperti sebuah lumbung.'

"Mereka yang telah dipertunjukkan kaki gajah menjawab, 'Gajah, paduka, adalah persis seperti sebuah tonggak.'

"Mereka yang telah dipertunjukkan bagian belakang gajah menjawab, 'Gajah, paduka, adalah persis seperti sebuah lumpang.'

"Mereka yang telah dipertunjukkan ekor gajah menjawab, 'Gajah, paduka, adalah persis seperti sebuah alu.'

"Mereka yang telah dipertunjukkan rambut di ujung ekor gajah menjawab, 'Gajah, paduka, adalah persis seperti sebuah sapu.'

"Berkata, 'Gajah adalah seperti ini, gajah bukan seperti itu. Gajah bukan seperti itu, gajah adalah seperti ini,' mereka memukul satu sama lain dengan tinju mereka. Dan hal itu memuaskan sang raja.

"Dalam cara yang sama, para bhikkhu, para pengelana dari aliran-aliran lain adalah buta dan tak bermata. Mereka tidak mengetahui apa yang bermanfaat dan apa yang berbahaya. Mereka tidak mengetahui apa yang adalah Dhamma dan apa yang bukan-Dhamma. Tidak mengetahui apa yang bermanfaat dan apa yang berbahaya, tidak mengetahui apa yang adalah Dhamma dan apa yang bukan-Dhamma, mereka hidup bercekcok, bertengkar, dan berselisih; melukai satu sama lain dengan senjata mulut, berkata, 'Dhamma adalah seperti ini, Dhamma bukan seperti itu. Dhamma bukan seperti itu, Dhamma adalah seperti ini.'"

Kemudian, menginsyafi pentingnya hal tersebut, Sang Bhagava ketika itu mengutarakan sabda ini:

Beberapa dari mereka yang disebut para pendeta dan pertapa ini melekat.
Mereka bertengkar dan berkelahi --
orang-orang yang melihat satu sisi. 
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Manfaat menyebut nama Para Buddha
« Reply #192 on: 18 August 2011, 10:27:21 AM »
Kalau memang intinya adalah sama, kira-kira untuk apa dibabarkan begitu banyak nama Buddha?
mmmm, marketing? :)
seriously, saya menebak ini ada hubungannya dengan objek meditasi. seperti halnya samatha bisa memakai salah satu dari 40 kammatthana, demikian juga orang yg punya kecenderungan berbeda akan memilih buddha yg sesuai dengannya.

Lagipula dalam sutranya disebutkan bahwa jika orang yang mendengar tersebut memunculkan keyakinan atau rasa hormat, maka baru 'manjur'. Jadi saya pikir sepertinya itu bukan seperti metode "Buddho" tapi lebih ke Buddhanusmrti yang menimbulkan suatu keyakinan.
pendapat saya sebelumnya didasarkan hasil googling pertama dari search query "nienfo".

argumen saya, praktisi memerlukan kata yg memiliki asosiasi dengan keagungan ataupun kesucian, yg bisa memberi efek kedamaian dan tidak menimbulkan gejolak batin.

toh tradisi thai tidak mengatakan kata "buddho" boleh diganti seenaknya dengan "morpheus" atau "megan fox" kan....
ataukah anda memiliki pengertian meditasi buddho yg lain? bagaimana menurut anda?
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Manfaat menyebut nama Para Buddha
« Reply #193 on: 18 August 2011, 10:38:02 AM »
mmmm, marketing? :)
seriously, saya menebak ini ada hubungannya dengan objek meditasi. seperti halnya samatha bisa memakai salah satu dari 40 kammatthana, demikian juga orang yg punya kecenderungan berbeda akan memilih buddha yg sesuai dengannya.
pendapat saya sebelumnya didasarkan hasil googling pertama dari search query "nienfo".

argumen saya, praktisi memerlukan kata yg memiliki asosiasi dengan keagungan ataupun kesucian, yg bisa memberi efek kedamaian dan tidak menimbulkan gejolak batin.

toh tradisi thai tidak mengatakan kata "buddho" boleh diganti seenaknya dengan "morpheus" atau "megan fox" kan....
ataukah anda memiliki pengertian meditasi buddho yg lain? bagaimana menurut anda?

kenapa tidak terpikirkan ajaran lain yang dengan mengenal namanya, mengamalkan ajarannya, masuk surga ciptaannya.

bandingkan versi surga nya :
sukawati :
     Lagi pula Sariputra, alam Surga Sukhavati dikelilingi oleh tujuh tingkat pagar, tujuh lapis jaring dan tujuh baris pepohonan, semuanya dikelilingi oleh empat kelompok mustika, oleh karena itulah alam tersebut dinamakan Surga Sukhavati. (Ayat 6)
        Dan Sariputra, di alam Surga Sukhavati terdapat kolam yang terbuat dari 7 kelompok mustika, yang berisi air delapan pahala kebajikan. Dasar kolamnya ditaburi butiran pasir emas murni, ke empat sisinya terdapat tangga, yang terbuat dari kombinasi emas, perak, lazuardi (vaidurya), kristal (sphatika).(Ayat 7)
        Di atasnya terdapat bangunan bertingkat yang terhias megah dengan emas, perak, lazuardi (vaidurya), kristal (sphatika), musaragalva, rohita-mukta (mutiara merah), asmag arbha (koral). (Ayat 8)
       Bunga-bunga teratai di dalam kolam sebesar roda kereta yang warna hijau bersinar hijau, yang warna kuning bersinar kuning, yang warna merah bersinar merah, yang warna putih bersinar putih, sungguh halus, indah, harum dan suci (ajaib).
        Sariputra, alam Surga Sukhavati mencapai tingkat pahala dan kebajikan yang demikian sempurna, megah dan agung. (Ayat 9)
        Dan Sariputra, di alam Buddha ini senantiasa bergema irama musik surgawi yang merdu, lantainya terbuat dari emas. Siang dan malam selama 6 periode waktu selalu turun hujan bunga-bunga mandarawa surgawi. (Ayat 10)
        Pada pagi hari para makhluk di alam tersebut masing-masing memberi persembahan jubah, dan berbagai bunga-bunga indah kepada sepuluh trilyun Buddha di berbagai penjuru dengan penuh ketulusan. (Ayat 11)
        Saat waktu makan tiba, mereka kembali ke negeri asal untuk makan dan menjalankan pembinaan diri, mendalami Sutra.
        Sariputra, alam Surga Sukhavati mencapai tingkat pahala dan kebajikan yang demikian sempurna, megah dan agung. (Ayat 12)
        Lagi pula Sariputra, di alam tersebut terdapat burung-burung yang langka, indah dan beraneka warna, bangau putih, merak, nuri, sari, kalavinka, dan burung berkepala dua. Burung-burung ini sepanjang 6 periode waktu siang dan malam bernyanyi dengan suara yang merdu dan serasi (harmonis). (Ayat 13)


versi alkitab wahyu :
4:1. Kemudian dari pada itu aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu yang telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya: Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini.
4:2 Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang.
4:3 Dan Dia yang duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis; dan suatu pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya.
4:4 Dan sekeliling takhta itu ada dua puluh empat takhta, dan di takhta-takhta itu duduk dua puluh empat tua-tua, yang memakai pakaian putih dan mahkota emas di kepala mereka.
4:5 Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.
4:6 Dan di hadapan takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal; di tengah-tengah takhta itu dan di sekelilingnya ada empat makhluk penuh dengan mata, di sebelah muka dan di sebelah belakang.
4:7 Adapun makhluk yang pertama sama seperti singa, dan makhluk yang kedua sama seperti anak lembu, dan makhluk yang ketiga mempunyai muka seperti muka manusia, dan makhluk yang keempat sama seperti burung nasar yang sedang terbang.

4:8. Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang."
4:9 Dan setiap kali makhluk-makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan ucapan syukur kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai selama-lamanya,
4:10 maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil berkata:
4:11 "Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan."
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Manfaat menyebut nama Para Buddha
« Reply #194 on: 18 August 2011, 10:47:44 AM »
yang saya bingung seperti contoh cerita nenek kebanjiran itu, apa si bodisatwa apalokiteswara itu kaga malu ngaku2 jadi tim sar, atau tetangganya, padahal dia kaga nolong sama sekali (hanya alibi doang) padahal tim sar, tetangganya itu bisa saja utusan Yesus atau utusan lain.
Kalau dari yang dulu saya pelajari, Avalokiteshvara itu sesungguh2nya tidak ada secara personal, itu hanya sebuah personifikasi dari cinta kasih saja. Jadi jika seseorang melakukan sesuatu berdasarkan cinta kasih kepada orang lain, (seperti Tim SAR yang menolong berdasarkan belas kasih) maka itu diumpamakan seperti Avalokiteshvara yang 'menjelma' dalam perbuatan orang tersebut. Tidak ada pribadi/sosok Avalokiteshvaranya, tapi ada sebuah kualitasnya di sana. Hanya saja biasanya orang masih melekat pada pandangan 'deva membantu manusia', jadi berpikir ada satu pribadi di sana. Saya cukup cocok dengan pandangan segelintir "Mahayanis" ini, tapi apakah itu betul pandangan Mahayana, saya tidak tahu.