easter-japanese

Sejak lulus kuliah dan mulai kerja belasan tahun yang lalu, lokasi kantor saya relatif dekat sehingga bisa ditempuh dalam waktu singkat. Alhasil saya tidak perlu bangun dan berangkat kerja terlalu pagi.

Sesuai kata-kata Sang Buddha bahwa segala sesuatu yang berkondisi atau terbentuk dari gabungan unsur adalah tidak kekal (Sabbe Sankhara Anicca), hal di atas juga akhirnya harus berubah. Saya pindah kerja ke lokasi yang cukup jauh.

Awalnya tidak mudah bangun dan berangkat pagi-pagi, di saat para tetangga baru membuka mata dan beranjak dari peraduannya. Harus berkorban pula tidak tidur larut malam supaya pagi-pagi bisa bangun dengan segar dan cukup istirahat.

”Harus ada cara untuk memompa semangat dan motivasi diri nih”, pikir saya. Teringatlah bahwa setiap kali membaca daftar yang berisi tujuan hidup saya, setiap kali pula saya malu dan tersenyum mesem. Apa lacur, dua poin yang selalu muncul di daftar tersebut selama bertahun-tahun adalah lari pagi ringan (jogging) dan latihan meditasi rutin.

Seperti kebanyakan orang, tulisan ya tinggal tulisan, tujuan tinggal tujuan, niatan tinggal niatan. Banyak sekali alasan serta pembenaran yang dapat saya munculkan untuk tidak melakukan keduanya. Alhasil, saya nyaman-nyaman saja walaupun antara pemahaman-pikiran-ucapan baik (bahwa berolah raga dan latihan meditasi rutin sangat baik untuk kesehatan fisik dan mental) dengan perbuatan nyata belum konsisten.

Untungnya Mas ’Untung’ selalu muncul di saat yang menguntungkan. Dengan ’aji untung’ ini, saya mengubah situasi dan kondisi yang seharusnya kurang menyenangkan, menjadi menyenangkan.

”Inilah kesempatan yang tepat untuk mulai mewujudkan kedua tujuan tersebut, lari pagi dan meditasi pagi”, guman saya.

Pagi hari memang waktu yang tepat, paling tidak bagi saya, untuk melakukan keduanya. Suasana pagi yang masih sepi, hening, sunyi, udara masih bersih dan segar, sangat cocok untuk bermeditasi yang dilanjutkan dengan lari pagi ringan. Paling banter waktu yang saya butuhkan untuk keduanya antara 30 sampai 45 menit.

Tak terasa sudah hampir dua tahun saya menjalankan keduanya secara rutin. Sekarang saya tidak perlu lagi malu dan tersenyum mesem jika melihat daftar tujuan hidup saya. Bukannya tersiksa karena harus bangun dan berangkat kerja pagi, malahan saya bersyukur atas pilihan pindah kerja ke lokasi yang cukup jauh tersebut.

Terhadap suatu perubahan yang kelihatannya tidak menyenangkan, sesungguhnya ada makna lain yang dapat kita ambil dari sudut pandang yang lain. Dengan pendekatan ini, kita akan lebih mudah menjalani kehidupan yang penuh corak dan selalu berubah.