easter-japanese

Ajaran Buddha Gautama yang mulia lambat laun akan dilupakan oleh manusia, hingga suatu ketika tidak akan ada lagi ajaran Buddha di muka bumi ini, bahkan kata “Buddha” sendiripun saat itu tidak lagi dikenal oleh penghuni alam ini.

Lenyapnya ajaran Buddha ini tidak berarti bahwa Dharma mulia alam semesta hilang lenyap selamanya, karena kebenaran hukum alam semesta tidak akan pernah musnah. Ajaran Buddha hilang dari muka bumi ini karena tidak lagi ada yang menerapkan Dharma, tidak lagi ada yang menjalankan Vinaya, tidak ada lagi yang melaksanakan Sila. Dalam pengertian yang lebih sederhana, lenyapnya ajaran Buddha menunjukkan bahwa empat pilar Buddha Dharma, yakni Bhiksu (Bhikkhu), Bhiksuni (Bhikkhuni), Upasaka dan Upasika telah tidak dapat lagi dijumpai di celah manapun di dunia ini. Lenyapnya ajaran Sang Buddha sesungguhnya sangat sejalan dengan ajaran Buddha itu sendiri, bahwa segala sesuatu yang saling bergantungan adalah tidak kekal, segala sesuatu yang berkondisi akan mengalami perubahan muncul dan lenyap secara silih berganti tiada henti. Demikian pulalah kehidupan manusia di alam ini beserta ajaran-ajaran yang ada akan muncul dan lenyap.

Demikianlah ajaran Buddha itu muncul dan lenyap, demikian pulalah dunia ini muncul dan lenyap. Pada masanya, bumi ini akan mengkerut dan kemudian hancur beserta seluruh isinya. Kemudian proses pengembangan bumi ini akan kembali terjadi hingga terbentuknya kembali alam kehidupan manusia di bumi ini. Proses kehidupan akan kembali terbentuk kala semua kondisi untuk itu telah terpenuhi. Manusia akan kembali menghuni bumi ini dan berbagai ajaran juga akan muncul, demikian pula ajaran kebenaran dari seorang Buddha akan kembali tampil dalam sejarah kehidupan manusia di muka bumi ini.

Saat dunia ini mengalami kesemrawutan dan pandangan salah menguasai alam semesta, seorang Bodhisattva (calon Buddha) akan kembali terlahir di alam manusia, beranjak dewasa dan menyadari inti kehidupan yang tidak lepas dari samsara (penderitaan), kemudian meninggalkan kehidupan duniawi dan mencapai Penerangan Sempurna (Samma-Sambodhi) serta mengajarkan Dharma yang telah lama hilang dari muka bumi kepada manusia dan para dewa. Saat itulah menunjukkan dimulainya pemutaran kembali roda Dharma.

Kehadiran seorang Buddha di dunia ini ditandai dengan kondisi kevakuman Dharma dari Buddha sebelumnya. Ketika ajaran Buddha sebelumnya masih eksis (walau hanya ibaratnya setetes air di dalam samudra), Buddha penerus tidak mungkin datang ke dunia ini. Ketika masih ada empat pilar Buddha Dharma, maka Buddha tidak mungkin lahir ke dunia ini. Bahkan, ketika masih ada orang yang mengenali Dharma sebagai ajaran Buddha, maka adalah tidak mungkin bila mengatakan Buddha penerus telah hadir.

Bodhisattva Maitreya – kelak jauh di masa yang akan datang – akan terlahir sebagai manusia yang kemudian mencapai pencerahan sebagai seorang Buddha. Lalu dengan welas asihnya mengajarkan Dharma para Buddha yakni Dharma yang sama dengan Dharma yang diajarkan oleh Buddha Gautama yang saat itu sudah tidak ada lagi di muka bumi ini. Maitreya saat ini berdiam di Surga Tusita dalam kebahagiaan alam calon Buddha menunggu matangnya kondisi pendukung untuk lahir di alam manusia. Salah satu kondisi pendukung itu adalah sebagaimana yang telah disebutkan di atas sebagai prasyarat datangnya seorang Buddha.

Bumi ini tidak dapat menahan kekuatan parami (latihan kesempurnaan) dari dua orang Samma-Sambuddha. Jika Bodhisattva Maitreya datang, mencapai keBuddhaan dan membabarkan ajaran (Dharma) saat ini, maka bumi ini akan hancur berkeping-keping oleh kekuatan parami dari Buddha Gautama yang menjadi berlipat dengan munculnya kekuatan parami Bodhisattva Maitreya yang mencapai keBuddhaan saat ajaran Buddha Gautama masih eksis.

Lalu, kapankah tepatnya Bodhisattva Maitreya akan lahir, mencapai pencerahan dan memutar roda Dharma di alam manusia ini? Berbicara soal hitungan waktu, Buddha Gautama menyatakan bahwa Bodhisattva Maitreya akan datang setelah 56 koti kalpa tahun dalam hitungan bumi (manusia), dihitung dari saat Buddha Gautama membabarkan Sutra perihal kedatangan Maitreya sebagai Buddha. Perlu diketahui bahwa dari masa Buddha Gautama membabarkan Dharma hingga saat ini, satu kalpa tahun pun masih belum berlalu.

Jika bicara soal kondisi prasyarat datangnya seorang Buddha penerus, maka sangat jelas bahwa kondisi kedatangan Bodhisattva Maitreya masih belum terpenuhi. Seperti yang disebutkan di atas, jika masih terdapat ajaran Buddha sebelumnya, maka adalah tidak mungkin seorang Buddha penerus datang ke alam manusia ini. Apakah ajaran Buddha Gautama telah lenyap? Keberadaan Sangha (pesamuan agung para bhiksu/bhiksuni) merupakan satu bukti nyata bahwa ajaran Buddha Gautama masih belum lenyap hingga hari ini. Demikian pula dengan keberadaan Upasaka/Upasika yang semakin menunjukkan bahwa keempat pilar pelindung Dharma bukan saja belum lenyap, bahkan justru masih berdiri dengan kokoh. Selain itu, keberadaan Borobudur dan berbagai candi Buddhis lainnya juga merupakan perwujudan dari ajaran mulia Buddha Gautama. Ajaran Buddha Gautama ini terukir indah yang tampak dalam bentuk relief, mandala dan arsitektur candi. Ini adalah beberapa bukti otentik yang menunjukkan bahwa ajaran Buddha Gautama belum dilupakan dan masih eksis di muka bumi ini, dengan demikian dapat dipastikan bahwa Bodhisattva Maitreya masih belum turun dari Surga Tusita untuk lahir di alam manusia ini dan mencapai keBuddhaan.

Sebagaimana yang juga terjadi dalam setiap ajaran agama, ayat-ayat Kitab Suci yang menyangkut kedatangan seorang Buddha baru dalam ajaran Buddha, ataupun nabi-nabi dan guru besar dalam agama lain, seringkali disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu demi maksud-maksud tertentu. Oleh sebab itu, umat Buddha harus berhati-hati atas pemanfaatan ayat-ayat sabda Buddha Gautama yang diambil sepenggal-sepenggal dan diartikan dengan tanpa memperhatikan konteks keseluruhan dari ayat-ayat tersebut. Ada pihak-pihak tertentu yang mengatakan bahwa Buddha Maitreya telah datang ke dunia ini, argumentasi yang mereka gunakan adalah ayat sabda Buddha Gautama: “Setelah ajaranNya telah dilupakan orang, tidak ada lagi yang mengenali ajaranNya, maka akan datang seorang Manusia Buddha bernama Maitreya.”

Sesungguhnya pengutipan ayat tersebut adalah justru semakin membuktikan bahwa Buddha Maitreya belum datang. Karena yang dikutip adalah ajaran Buddha Gautama, bukankah ini secara tidak langsung menyatakan bahwa ajaran Buddha Gautama masih eksis di muka bumi ini? Sudah jelas sekali, eksistensi ayat sabda Buddha Gautama yang dikutip tersebut adalah bukti nyata bahwa ajaran Buddha Gautama masih eksis, dengan demikian kondisi prasyarat datangnya seorang Buddha penerus masih belum terpenuhi.

Pun yang lebih tidak benar adalah pernyataan bahwa dipercepatnya kelahiran Bodhisattva Maitreya menjadi Buddha adalah atas sabda sebuah kuasa yang jauh superior melebihi para Buddha. Dari mana munculnya sebuah kuasa yang tidak pernah ada dalam Dharma Buddha Gautama selama ini? Sungguh ironis, ajaran yang mengatasnamakan Buddha Maitreya tetapi justru merendahkan martabat para Buddha.

Sebagai siswa Buddha, kita harus berusaha meluruskan hal-hal yang menyimpang tersebut sebagaimana Buddha Gautama pada zamanNya menentang ajaran-ajaran yang kurang tepat maupun salah yang dapat menjadi penghalang bangkitnya Pandangan Benar (Samma-Ditthi) yang merupakan unsur pertama dari Jalan Mulia Berunsur Delapan. Pelurusan ini juga didasarkan pada rasa welas asih agar para penganut ajaran tidak benar ini tidak terseret ke alam neraka Avicci.

Terpujilah Buddha Sakyamuni yang telah mencapai Penerangan Sempurna, yang masih dapat ditelusuri bukti otentik tempat kelahiranNya, tempat pencapaian Penerangan SempurnaNya, tempat ParinirvanaNya (Parinibbana) serta pitaka (keranjang) DharmaNya yang mulia.